Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Timur Banyuwangi
Kawing Colong
- 13 November 2018

Hubungan yang nggak direstui orangtua itu memang bikin sakit ya. Utamanya karena pada akhirnya nanti kita nggak bakal bisa menikahi pasangan karena terhalang restu. Duh, rasanya kayak percuma menghabiskan waktu sedemikian lama tapi nggak bisa menyandingnya di pelaminan. Biasanya kalau sudah begini, jalan terakhirnya adalah kawin lari walaupun risikonya besar.

Kawin lari mungkin bisa dibilang sebagai aib ya, tapi di Banyuwangi hal tersebut tidak dianggap memalukan. Ya, kawin lari bagi Suku Osing di sana merupakan hal yang dimaklumi bahkan jadi bagian adat. Istilah untuk kawin lari di sana adalah Kawin Colong. Keduanya sebenarnya agak berbeda, tapi intinya sama, yakni memaksa orangtua si mempelai wanita untuk memberikan restu.

Kawin Colong mungkin terkesan gampang ya, tapi dalam praktiknya tentu nggak semudah itu. Butuh banyak persiapan, terutama mental bagi pasangan yang melakukannya. Lebih dalam tentang ritual unik satu itu, berikut adalah beberapa hal tentang Kawin Colong yang mungkin belum kamu tahu.

Penyebab Terjadinya Kawin Colong

Ya, jelas tentu ada sebabnya kenapa seseorang melakukan Kawin Colong yang bisa dibilang menghebohkan itu. Alasannya sendiri biasanya ada dua, yakni karena restu yang nggak didapat serta si wanita yang ternyata sudah dijodohkan. Ketika posisinya sudah mati seperti ini, maka seseorang mungkin akan melakukan Kawin Colong.

Kawin Colong Merupakan Hasil Kesepakatan Berdua

Dalam praktiknya, Kawin Colong nggak bisa hanya dari satu pihak saja. Harus berdasarkan kesepakatan dua orang, dalam hal ini ya si pasangan sendiri. Kalau Kawin Colong hanya diprakarsai satu orang, maka prosesinya dianggap nggak sah, dan keluarga si wanita boleh untuk menuntut si pria ke ranah hukum.

Kawin Colong benar-benar direncanakan dengan baik oleh si pasangan. Mulai dari tempat bertemu sampai cara untuk kabur. Semua dipikirkan dengan masak. Dan sebisa mungkin Kawin Colong ini nggak ketahuan oleh si keluarga wanita. Pasalnya kalau ketahuan akan jadi masalah lain yang panjang urusannya.

Peran Seorang Colok

Kawin Colong dalam praktiknya nggak hanya melibatkan si pasangan, tapi juga pihak ketiga yang bernama Colok. Colok ini adalah seorang penengah yang mana tugasnya mewakili si pihak pria untuk meminta izin kepada orangtua si wanita. Intinya, si Colok ini adalah penyampai pesan yang mengabarkan kepada orangtua si wanita kalau anaknya sedang dalam prosesi Kawin Colong.

Menjadi seorang Colok ini sama sekali nggak mudah. Ia haruslah tokoh yang dituakan atau disegani di masyarakat. Bisa seorang apatur setempat atau mungkin ulama sekitar. Selain itu, menjadi Colok harus siap kena damprat si orangtua wanita. Biasanya, orangtua akan sangat marah ketika tahu anak di-Colong. Nggak hanya itu saja, seorang Colok harus rajin-rajin berkunjung ke rumah si wanita untuk tujuan mendamaikan atau bahasa Jawanya ngedem-ngedem.

Melakukan Kawin Colong = 100 Persen Menikah

Meskipun Kawin Colong ini kesannya seperti memaksa, namun ia selalu sukses menyatukan dua orang yang melakukannya. Ya, bisa dibilang ketika seorang wanita dan pria melakukan Kawin Colong, maka seratus persen mereka akan menikah. Dan malah nggak pakai lama biasanya. Seminggu atau dua minggu setelah pelarian cinta ini para pelakunya akan dinikahkan.

Kawin Colong sendiri seolah memiliki semacam kekuatan unik di mana ia seolah nggak bisa ditolak. Bahkan bagi orangtua yang tetap nggak menikahkan anaknya padahal sudah di-Kawin Colok maka hal tersebut akan jadi aib memalukan baginya. Meskipun marah, emosi, dongkol, si orangtua pada akhirnya harus merelakan anaknya untuk dinikahi pilihan si buah hatinya.

Tradisi Unik yang Sudah Jarang Dilakukan

Menurut orang-orang Osing, dulu cukup sering Kawin Colong ini dilakukan. Tapi, sekarang ini tradisi unik itu sudah nggak banyak dijalankan. Alasannya ada banyak, salah satunya mungkin karena orangtua sekarang sudah nggak mengekang anak perempuannya seperti orang-orang dulu. Sehingga si pemuda nggak perlu sampai melakukan Kawin Colong yang mendebarkan itu.

Alasan lain kenapa tradisi unik ini sudah jarang dipakai adalah karena Banyuwangi nggak hanya diisi oleh orang-orang Osing sekarang ini. Ada banyak suku di sana. Dan lazimnya, Kawin Colong ini hanya akan terjadi antar sesama Osing. Pernah tuh ada cerita Kawin Colong yang membawa si prianya ke penjara. Alasannya nggak lain karena si wanita ternyata bukan Osing dan orangtuanya melaporkan itu ke polisi sebagai aksi kriminal penculikan.

Di satu sisi Kawin Colong ini kesannya seperti pemaksaan ya, tapi kalau kita lihat dari sisi lain, tradisi ini adalah bukti sesungguhnya kekuatan cinta. Kalau nggak cinta-cinta banget, mana mau keduanya sepakat melakukan hal nekat ini. Ah, sepertinya bakal enak ya kalau tradisi ini diterapkan di seluruh Indonesia. Pasti nggak ada ada pasangan yang menderita.

sumber: https://www.boombastis.com/kawin-colong-banyuwangi/80138

#SBJ

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline