Pada zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Kerajaan Purwacaraka dan rajanya bernama Sri Baginda Raja Purwa. Ia memiliki seorang putri bernama Nyi Mas Madusari. Parasnya cantik, rambutnya ikal mayang, kembannya sutra kesumba, kainnya batik Parang Mas dan tabiatnya baik sekali. Ia memiliki saputangan pelangi. Jika tersenyum, banyak hati yang tertawan.
Pada suatu hari, sang Putri bersedih hati karena saputangan pelanginya hilang. Rupanya ada pencuri sakti yang berani memasuki Tamansari. “Wahai, emban! Alangkah tak nyaman hatiku. Bunga-bunga indah di taman tiada menarik hati,” kata Nyi Mas Madusari.
“Oh, sang Putri, bila Emban boleh tahu, apakah gerangan yang membuat sedih hati sang Putri?” Tanya Ken Sanggem, emban kesayangan Nyi Mas Madusari.
“Emban, saputangan pelangiku hilang,” jawab Nyi Mas Madusari.
“Ya ampun, bagaimana saputangan pelangi sang Putri bisa hilang?”
“Entahlah, rupanya ada seorang pencuri sakti yang telah masuk ke Tamansari.”
“Gawat, Tamansari dalam bahaya. Gusti Putri seharusnya segera memberi tahu Sri Baginda.”
“Kau benar, pergilah ke dalam istana. Temuilah Sri Baginda Raja. Katakan kepada beliau bahwa Tamansari dalam suasana bahaya. Saputangan pelangi hilang dicuri orang,” kata sang Putri pada Ken Sanggem.
Buru-buru Ken Sanggem menghadap Baginda Raja di istana. Pesan sang Putri diutarakannya. Terkejutlah Sri Baginda dan beliau pun tergesa-gesa ke Tamansari. Dipeluknya Nyi Mas Madusari.
“Jangan cemas, putriku. Ramanda akan menangkap pencuri itu segera,” kata Sri Baginda.
Kemudian, dipanggillah seorang prajurit penjaga taman. “Hai, prajurit! Pergilah ke Gunung Tengger. Di sana ada seorang pertapa sakti. Ia tahu sebelum terjadi. Pertapa itu bernama Biku Gandakusuma. Katakan kepadanya, Sri Baginda Raja Purwa hendak minta tolong mencari saputangan pelangi milik Nyi Mas Madusari yang hilang.”
“Perkenankan hamba undur diri dari hadapan Sri Baginda dan hendak pergi ke Gunung Tengger,” kata prajurit itu.
“Berhati-hatilah di jalan, semoga perjalananmu berhasil,” kata Sang Prabu.
Dengan naik kuda, pergilah prajurit utusan itu ke Gunung Tengger. Sesampainya di sana, ia disambut dengan ramah oleh Biku Gandakusuma. Semua pesan sang Prabu segera disampaikan. Biku Gandakusuma segera mengheningkan cipta. Ia sedang melakukan ajian ngrogo sukma. Jiwanya melayang-layang dalam hening. Tidak lama kemudian, pencuri pun datang menghadap.
“Duhai, Sang Biku Agung. Maafkanlah hamba yang hina ini. Hamba mengaku bersalah. Hamba telah menginginkan milik sesama secara tidak adil. Hamba telah mencuri. Apalagi yang hamba curi adalah saputangan pelangi milik Nyi Mas Madusari. Semula hamba mengira, tanpa kerja hamba bisa hidup bahagia asalkan hamba memiliki saputangan pelangi. Ternyata dugaan hamba salah besar. Hamba orang serakah. Hamba bertekuk lutut dan pasrah. Hukuman apa yang akan Biku berikan terserahlah,” kata pencuri itu.
“Wahai, Tuan Prajurit. Pencurinya telah menyerah. Ia mohon ampun, bertobat dan pasrah. Kuserahkan dia pada Tuan,” kata Biku Gandakusuma.
“Sang Biku, saya berterima kasih sekali padamu. Perkenankanlah saya mohon pamit. Pencuri ini hendak saya bawa ke kerajaan untuk diserahkan kepada Sri Baginda Raja Purwa.”
“Pulanglah Tuan dengan selamat. Pesanku, jadikan pencuri itu sebagai seorang sahabat karena dia telah bertobat.”
Dengan bangga, prajurit itu membawa tawanan seorang pencuri. Sesampainya di hadapan raja, pencuri yang bertobat itu diampuni. Untuk beberapa waktu lamanya, pencuri itu harus mengabdi dalam kerajaan, sebelum akhirnya ia diangkat sebagai seorang prajurit pilihan.
Bunga-bunga di Tamansari bermekaran. Sang bayu bertiup perlahan. Bau wanginya semerbak ke mana-mana. Kini Nyi Mas Madusari tak lagi cemas. Saputangan pelangi miliknya dapat ditemukan lagi. Dipandangnya bunga anggrek putih. Mekar segar wangi semerbak.
Nyi Mas Madusari mengulum senyum, menggigit bibir sambil mengibas-ngibaskan saputangan pelanginya.
Cerita ini mengajarkan kepada kita untuk selalu berhati-hati dalam hidup. Kesetiaan seorang emban dan prajurit penjaga taman layak diteladani. Mereka rela mengabdi dalam suka dan duka. Kesucian hati sang biku dapat membuat ketajaman jiwanya. Ia tahu sebelum terjadi. Baginda Raja memiliki sifat yang arif dan bijaksana. Beliau memaafkan seorang pencuri yang benar-benar bertobat.
sumber: Ngalam (http://ngalam.id/read/3075/saputangan-pelangi/)
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja