×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Jawa Timur

Saputangan Pelangi

Tanggal 13 Sep 2018 oleh Admin Budaya .

Pada zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Kerajaan Purwacaraka dan rajanya bernama Sri Baginda Raja Purwa. Ia memiliki seorang putri bernama Nyi Mas Madusari. Parasnya cantik, rambutnya ikal mayang, kembannya sutra kesumba, kainnya batik Parang Mas dan tabiatnya baik sekali. Ia memiliki saputangan pelangi. Jika tersenyum, banyak hati yang tertawan.

Pada suatu hari, sang Putri bersedih hati karena saputangan pelanginya hilang. Rupanya ada pencuri sakti yang berani memasuki Tamansari. “Wahai, emban! Alangkah tak nyaman hatiku. Bunga-bunga indah di taman tiada menarik hati,” kata Nyi Mas Madusari.

“Oh, sang Putri, bila Emban boleh tahu, apakah gerangan yang membuat sedih hati sang Putri?” Tanya Ken Sanggem, emban kesayangan Nyi Mas Madusari.

“Emban, saputangan pelangiku hilang,” jawab Nyi Mas Madusari.

“Ya ampun, bagaimana saputangan pelangi sang Putri bisa hilang?”

“Entahlah, rupanya ada seorang pencuri sakti yang telah masuk ke Tamansari.”

“Gawat, Tamansari dalam bahaya. Gusti Putri seharusnya segera memberi tahu Sri Baginda.”

“Kau benar, pergilah ke dalam istana. Temuilah Sri Baginda Raja. Katakan kepada beliau bahwa Tamansari dalam suasana bahaya. Saputangan pelangi hilang dicuri orang,” kata sang Putri pada Ken Sanggem.

Buru-buru Ken Sanggem menghadap Baginda Raja di istana. Pesan sang Putri diutarakannya. Terkejutlah Sri Baginda dan beliau pun tergesa-gesa ke Tamansari. Dipeluknya Nyi Mas Madusari.
“Jangan cemas, putriku. Ramanda akan menangkap pencuri itu segera,” kata Sri Baginda.

Kemudian, dipanggillah seorang prajurit penjaga taman. “Hai, prajurit! Pergilah ke Gunung Tengger. Di sana ada seorang pertapa sakti. Ia tahu sebelum terjadi. Pertapa itu bernama Biku Gandakusuma. Katakan kepadanya, Sri Baginda Raja Purwa hendak minta tolong mencari saputangan pelangi milik Nyi Mas Madusari yang hilang.”

“Perkenankan hamba undur diri dari hadapan Sri Baginda dan hendak pergi ke Gunung Tengger,” kata prajurit itu.

“Berhati-hatilah di jalan, semoga perjalananmu berhasil,” kata Sang Prabu.

Dengan naik kuda, pergilah prajurit utusan itu ke Gunung Tengger. Sesampainya di sana, ia disambut dengan ramah oleh Biku Gandakusuma. Semua pesan sang Prabu segera disampaikan. Biku Gandakusuma segera mengheningkan cipta. Ia sedang melakukan ajian ngrogo sukma. Jiwanya melayang-layang dalam hening. Tidak lama kemudian, pencuri pun datang menghadap.

“Duhai, Sang Biku Agung. Maafkanlah hamba yang hina ini. Hamba mengaku bersalah. Hamba telah menginginkan milik sesama secara tidak adil. Hamba telah mencuri. Apalagi yang hamba curi adalah saputangan pelangi milik Nyi Mas Madusari. Semula hamba mengira, tanpa kerja hamba bisa hidup bahagia asalkan hamba memiliki saputangan pelangi. Ternyata dugaan hamba salah besar. Hamba orang serakah. Hamba bertekuk lutut dan pasrah. Hukuman apa yang akan Biku berikan terserahlah,” kata pencuri itu.

“Wahai, Tuan Prajurit. Pencurinya telah menyerah. Ia mohon ampun, bertobat dan pasrah. Kuserahkan dia pada Tuan,” kata Biku Gandakusuma.

“Sang Biku, saya berterima kasih sekali padamu. Perkenankanlah saya mohon pamit. Pencuri ini hendak saya bawa ke kerajaan untuk diserahkan kepada Sri Baginda Raja Purwa.”

“Pulanglah Tuan dengan selamat. Pesanku, jadikan pencuri itu sebagai seorang sahabat karena dia telah bertobat.”

Dengan bangga, prajurit itu membawa tawanan seorang pencuri. Sesampainya di hadapan raja, pencuri yang bertobat itu diampuni. Untuk beberapa waktu lamanya, pencuri itu harus mengabdi dalam kerajaan, sebelum akhirnya ia diangkat sebagai seorang prajurit pilihan.

Bunga-bunga di Tamansari bermekaran. Sang bayu bertiup perlahan. Bau wanginya semerbak ke mana-mana. Kini Nyi Mas Madusari tak lagi cemas. Saputangan pelangi miliknya dapat ditemukan lagi. Dipandangnya bunga anggrek putih. Mekar segar wangi semerbak.

Nyi Mas Madusari mengulum senyum, menggigit bibir sambil mengibas-ngibaskan saputangan pelanginya.

Cerita ini mengajarkan kepada kita untuk selalu berhati-hati dalam hidup. Kesetiaan seorang emban dan prajurit penjaga taman layak diteladani. Mereka rela mengabdi dalam suka dan duka. Kesucian hati sang biku dapat membuat ketajaman jiwanya. Ia tahu sebelum terjadi. Baginda Raja memiliki sifat yang arif dan bijaksana. Beliau memaafkan seorang pencuri yang benar-benar bertobat.

 

 

sumber: Ngalam (http://ngalam.id/read/3075/saputangan-pelangi/)

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...