MITOS GUA MARGO TRESNA NGANJUK
Gua Margo Tresna, merupakan salah satu tempat periwisata yang berada di Kabupaten Nganjuk. Gua ini terletak di di Desa Sugihwaras Kecamatan Ngluyu 35 Km arah utara pusat Kota Nganjuk.
Nama Gua ini berasal dari Bahasa Jawa, yakni margo dan tresna. Margo memiliki arti sebuah jalan, sedangkan tresna berarti cinta. Tentu nama gua ini tidak diabil secara cuma-cuma. Ada sebuah cerita dibalik pemberian nama gua ini. Konon pada zaman Perang Pajang, kawasan Gua Margo Tresna menjadi tempat persembunyian seorang penggowo yang bernama Tlimah. Penggowo tersebut memiliki kesaktian untuk melindungi dan menjaga masyarakat dari segala ancaman yang ada. Karena kekuatan penggowo yang akhirnya menciptakan kedamaian dan ketentraman tersebut, akhirnya muncul kepercayaan bahwa Gua Margo Tresna merupakan tempat yang tepat untuk melakukan kegiatan lamun-lamun. Mulai mengolah pikiran, mencari inovasi, serta ketentraman hati. Termasuk pula perihal percintaan. Konon terdapat mitos apabila seseorang yang urusan rumah tangga / percintaan sedang tidak berjalan baik kemudian datang ke Gua Margo Tresna, maka urusan percintaannya menjadi lebih baik.
Mitos Gua Margo Tresna ini juga diperkuat dengan legenda diamana ada seorang petani yang memiliki anak tunggal bernama Djoko Drono. Ketika Djoko Drono menginja dewasa, petani dan istrinya tersebut meminta Djoko untuk menikah. Djoko pun mengatakan bahwa ia ingin menikah dengan seorang gadis yang sangat dicintainya selama ini, yang juga merupakan anak dari paklik dan buliknya, yakni Yuwati. Orang tua Djoko menyetujui permintaannya dan segera melamar Yuwati. Singkat cerita, keduanya pun menikah.
Namun, meskipun pernikahan keduanya didasari cinta antara satu sama lain, tetap tak memungkiri terjadi ketidakharmonisan dalam bahligai rumah tangga mereka. Djoko dan Yuwati tidak rukun, bahkan mereka tinggal terpisah di rumah orang tua mereka masing-masing. Kejadian ini terjadi selama berbulan-bulan. Melihat kenyataan pahit tersebut, kedua orang tua Djoko dan Yuwati mencari bantuan orang pintar tetapi tak membuahkan hasil. Djoko yang sebenarnya masih mencintai Yuwati pun tak ingin berpisah dengannya. Djoko pun selalu meminta petunjuk Tuhan supaya rumah tangganya kembali rukun. Siang, malam, tak henti Djoko berdoa.
Hingga akhirnya Djoko mendapat petunjuk bahwa ia harus pergi ke Gua Margo Tresna apabila ingin rumah tangganya kembali seperti semula. Ia pun segera menghubungi Yuwati untuk mengatur keberangkatan mereka. Akhirnya, pada hari yang telah ditentukan, Djoko dan Yuwati bersama-sama masuk ke dalam Gua Mrgo Tresna. Sementara orangtua Yuwati dan Djoko menunggu mereka di luar gua.
Betapa mengejutkankannya, setelah menunggu beberapa lama, orangtua Yuwati dan Djoko menyaksikan Djoko dan Yuwati keluar dari dalam gua dengan bergandengan tangan serta wajah yang sumringah. Dan semenjak itu, kehidupan rumah tangga Djoko dan Yuwati selalu rukun dan harmonis. Masyarakat sekitar gua tersebut percaya, bahwa gua tersebut atas izin Tuhan Yang Maha Esa membawa kerukunan dan ketrentaman hati. Oleh karena itu, mereka menamai gua tersebut Margo Tresna.
Referensi :
https://budayajawa.id/mitos-goa-margo-tresno-ngluyu-nganjuk/
https://jawatimuran1.wordpress.com/2013/12/21/goa-margo-trisno-kabupaten-nganjuk/
http://indosemut.blogspot.com/2011/07/berita-pariwisata.html
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.