Embah Buyut Jayakusumah: (sumber: E-book Cerita Rakyat (Mite dan Legenda) Daerah Jawa Barat. Muchtar, Drs. 2013. Jawa Barat.)
Kisah Punai Anai (https://dongengceritarakyat.com) Punai Anai adalah seorang anak yang berasal dari keluarga yang terbilang mapan dan berada meski ia mempunyai enam saudara kandung. Kedua orangtua Punai Anai sangat memercayai ramalan Datuk ahli nujum. Apa pun yang diucapkan Datuk ahli nujum mereka percayai sebagai sebuah kebenaran. Pada suatu hari kedua orangtua Punai Anai kembali mendatangi Datuk ahli nujum. Mereka bertanya perihal nasib mereka dan juga tujuh anak mereka di kemudian hari. Dengan menggunakan tempayan, air, dan sembilan jeruk limau serta mantra-mantra saktinya, Datuk ahli nujum mencoba meramal. Hasil ramalannya kemudian disampaikannya kepada kedua orangtua Punai Anai. Katanya, “Kalian dan juga enam anak kalian akan bernasib mujur. Sangat beruntung, malah. Hanya seorang anak kalian saja yang tidak akan bernasib baik.” “Siapa anak kami yang tidak bernasib baik itu, Datuk?” “Punai Anai,”jawab Datuk ahli nujum. &ld...
Seorang raja yang bertakhta di daerah Teluk Dalam. Raja Simangolong namanya. Sang raja mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik wajahnya yang bernama Sri Pandan. Sri Pandan tidak hanya cantik jelita wajahnya, namun juga dikenal baik hati. Terampil pula ia bekerja. Ia pandai menenun, menganyam tikar, dan juga terbiasa menumbuk padi. Kecantikan Sri Pandan begitu ternama. Tidak hanya diketahui rakyat, melainkan para pemuda dari negeri-negeri lain. Raja Simangolong sangat berharap, putrinya itu akan menikah dengan pangeran dari negeri lain. Dengan demikian hubungan persahabatan dengan negeri lain akan dapat terjalin dengan baik. Raja Simangolong amat gembira ketika akhirnya datang lamaran dari Kerajaan Aceh. Raja Aceh meminang Sri Pandan untuk dinikahkan dengan Pangeran Aceh yang telah dinobatkan sebagai putra mahkota. Namun demikian Raja Simangolong tidak serta merta menerima lamaran itu sebelum meminta pendapat putrinya terlebih dah...
Hiduplah seorang lelaki pada zaman dahulu. Rio Raos namanya. Ia dikenal cerdik dan pintar menyelesaikan berbagai masalah. Ia juga gemar berpetualang untuk menjelajahi wilayah-wilayah yang belum diketahuinya. Rio Raos mempunyai empat sahabat karib. Keempatnya bernama Sayid Udin, Panjang, Mahadali, dan Nagaseni. Mereka berlima kerap bepergian bersama ke daerah-daerah baru. Pada suatu hari Rio Raos dan empat sahabat karibnya itu kembali melakukan perjalanan. Mereka menaiki kapal. Berbulan-bulan lamanya mereka mengarungi lautan luas hingga akhirnya mereka mendarat di sebuah wilayah. Seketika mendarat, Rio Raos merasakan keanehan pada orang-orang di wilayah tersebut. Mereka tampak tegang dan dalam keadaan siap untuk berperang. Sejenak berbincang- bincang dengan orang-orang yang ditemuinya, Rio Raos mengerti, orang-orang itu tengah berperang dengan penduduk lainnya. Entah apa penyebabnya, Rio Raos tidak mengetahuinya. Ia lantas menanyakan di mana ia bisa bertemu d...
Kerajaan Palembang pada zaman dahulu diperintah oleh penguasa yang bergelar Suhunan. Suhunan yang memerintah ketika Itu melaksanakan pemerintahannya dengan adil dan bijaksana. Segenap rakyat Palembang menghormati, mencintai, dan mematuhi titah Suhunan. Suatu hari Suhunan mendengar akan tibanya pasukan Belanda untuk menyerang dan menjajah Palembang. Suhunan lantas menyiagakan segenap kekuatan untuk menghadapinya. Rakyat Palembang pun bersatu padu di belakang Suhunan. Mereka tidak ingin menjadi jajahan bangsa asing yang terkenal serakah, kejam, dan sewenang-wenang. Mereka nyatakan kesanggupan mereka untuk berkorban jiwa dan raga demi negeri tercinta. Suhunan menunjuk dan menugaskan tiga kesatria perempuan Palembang untuk membantu pertahanan Kerajaan Palembang. Ketiganya adalah Putri Kembang Mustika, Putri Darah Putih, dan Putri Iran. Ketiganya ternama kesaktian dan keperwiraannya. Suhunan memerintahkan pula bagi mereka untuk menjadi pengawal pribadinya. Ke...
Sumantapura namanya. Ia putra sulung Raja Bulan. Suatu malam ia melihat bumi dari istana Kerajaan Bulan. Sangat indah dalam pandangannya. Ia pun ingin tinggal di bumi. Sumantapura lalu merubah diri menjadi sebutir telur besar. Ia lalu meluncur turun menuju bumi. Dipilihnya sebuah sarang tempat ayam bertelur untuk tempat turunnya. Sarang untuk bertelur ayam itu milik seorang nenek tua. Ketika telur jelmaan Sumantapura tiba di dalam sarang, ayam-ayam terkejut. Mereka pun ramai berkotek. Nenek tua yang sedang berada di kebunnya terkejut. Bergegas ia melihat kandang ayamnya. Ia takut ayam-ayamnya diserang atau dimangsa burung gagak. Ia terperanjat mendapati sebutir telur besar di dalam sarang tempat bertelur ayamnya. “Telur apa ini?” gumam Nenek tua. Seumur hidupnya belum pernah ia mendapati telur sebesar itu. Ia lalu bergegas mengambil keranjang. Diletakkannya telur besar itu di dalam keranjangnya dan disimpannya di dalam gubuknya. Keesokan...
Hiduplah seekor rusa pada zaman dahulu. Ia sangat sombong lagi pemarah. Sering ia meremehkan kemampuan hewan lain. Pada suatu hari Si rusa berjalan-jalan di pinggir danau. Ia bertemu dengan kura-kura yang terlihat hanya mondar-mandir saja. “Kura-kura, apa yang sedang engkau lakukan di sini?” “Aku sedang mencari sumber penghidupan,” jawab Si kura-kura. Si rusa tiba-tiba marah mendengarjawaban Si kura-kura. “Jangan berlagak engkau, hei kura-kura! Engkau hanya mondar-mandir saja namun berlagak tengah mencari sumber penghidupan!” | Si kura-kura berusaha menjelaskan, namun Si rusa tetap marah. Bahkan, Si rusa mengancam akan menginjak tubuh Si kura-kura. Si kura-kura yang jengkel akhirnya menantang untuk mengadu kekuatan betis kaki. Si rusa sangat marah mendengar tantangan Si kura-kura untuk mengadu betis. Ia pun meminta agar Si kura-kura menendang betisnya terlebih dahulu. “Tendanglah sekeras-kerasn...
Seorang janda miskin tinggal sendirian. Rumahnya berupa gubuk kecil. Sehari-hari ia menumbuk padi. Bukan padi miliknya, melainkan milik Sang Raja. Ia hanya buruh upahan. Upah yang diterimanya hanyalah butir-butir beras kecil. Upah itulah yang dimasaknya untuk dijadikannya makanan sehari-hari. Untuk sayuran, Si Janda mencari tanaman sayur di tepi sungai atau di pinggir hutan, ia tinggal memasaknya. Suatu hari Si Janda pulang dari istana. Ia telah menyerahkan beras hasil tumbukkannya. Ia juga telah mendapatkan upahnya. Si Janda kembali pulang melewati pinggir sungai. Ia ingin memetik kangkung liar yang banyak tumbuh di pinggir sungai itu. Ketika memetik kangkung liar, Si Janda melihat seekor ketang. Hewan kecil itu terlihat lucu dan menggemaskan. Mata kecilnya menatap ke arah Si Janda. Si Janda sangat tertarik. Ia lalu menangkap ketang itu dan membawanya pulang. Si Janda berniat memeliharanya. Si Janda memelihara ketang itu di dalam belanga. Katanya, &ldqu...
Sepasang suami istri bersama tiga anak mereka pada zaman dahulu. Keluarga itu hidup dari hasil berkebun dan juga menangkap ikan. Pada suatu hari sang Ayah mendapatkan ikan dalam jumlah cukup banyak. Sang Ibu lantas memasaknya untuk sarapan. Cukup banyak ikan yang tersedia untuk mereka hingga tidak habis untuk mereka makan pagi itu. Sebelum berangkat ke kebun, sang Ayah berpesan pada istrinya agar menyimpan ikan yang tersisa. “Nanti sore sepulang dari berkebun, aku akan memakannya,” kata sang Ayah. Sang ibu menyimpan ikan tersebut di tempat penyimpanan makanan dan menutupnya rapat-rapat. Pada siang harinya ibu dan tiga anaknya itu kembali makan. Si anak bungsu mendadak minta makan dengan lauk ikan. Tidak ada ikan yang tersisa ketika itu kecuali ikan yang diperuntukkan bagi sang Ayah. Namun Si anak bungsu tetap bersikeras meminta. Ia bahkan menangis seraya mengguling-gulingkan tubuhnya. Sang ibu yang tidak tega akhirnya terpaksa me...