Dalam khazanah cerita rakyat Betawi terdapat sebuah cerita yang terkenal yaitu “Nyai Dasima”. Ketenaran cerita ini dapat dibuktikan dengan kemunculan dalam berbagai bentuk : prosa (novel, bacaan anak – anak), puisi (syair, pantun), drama (Komedie Stamboel, Miss Riboet), film dan sinetron. Cerita ini semakin bertambah popular karena adanya lintas budaya. Cerita ini tidak saja terdapat dalam budaya Betawi dengan ditampilkan dalam pertunjukan lenong, misalnya, tetapi juga dalam budaya Sunda (Gending Karasmen), dan budaya Jawa (Rombongan Sandiwara Lokaria). Pada tahun 1896 G. Francis menerbitkan novel yang diberi judul Tjerita Njai Dasima . Henry Chambert – Loir dalam “Malay Literature in the 19th Century” menyebutkan bahwa di Leningraad terdapat cerita “Nyai Dasima” dalam koleksi Akhmad Beramka tentang syair nomor 68. Tidak disebutkan tahun penciptaan manuskrip ini, namun Akhmad Beramka aktif menulis antara tahun 1906 sampa...
Dikutip dari itoday, (http://www.itoday.co.id/metafisika/kisah-misteri-kobak-sumur-di-karawang) mengenai pantangan warga Desa Ciranggon agar tidak memelihara atau menyembelih kambing dibenarkan oleh para sesepuh Karawang, salah satunya adalah R. H. Tjetjep Supriadi. Menurut beliau, pantangan tersebut karena telaga atau sendang yang berbentuk sumur di desa tersebut, yang oleh warga sekitar disebut sebagai Kobak Sumur. Konon menurut cerita warga setempat, sumur tua inilah yang menjadi sumber dari segala cerita yang berkaitan dengan pantangan warga memelihara dan menyembelih kambing. Larangan memelihara atau menyembelih kambing itu bermula dari satu peristiwa berdarah yang berlangsung di Karawang di masa silam. Dan kejadian itu ada kaitannya dengan cerita berdirinya Karawang ratusan tahun lalu. Peristiwa yang dimaksud yakni kisah terpenggalnya kepala Singaperbangsa, Bupati pertama Karawang. Dalam sejarah disebutkan bahwa pemberontakan Trunajaya berpengaruh besar bagi...
Kisah ini ditulis berdasarkan kesaksian Supena, yang dituturkan bebera waktu silam. Kejadiannya berlangsung saat Supena menjabat seketris desa atau juru tulis di sebuah desa yang terletak di kecamatan Pusakanegara, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Lelaki itu semakin hari semakin menderita setelah ditinggal anak perempuannya. Anaknya yang baru berusia lima tahun itu merenggut ajal di pinggir sungai Cipunagara. Sejak kehilangan sang anak, Dirta, si lelaki itu, selalu melamun di tepi sungai Cipunagara, dan terkadang dia bicara sendirian lalu tersenyum. Begitulah hari-hari yang dilewati Dirta semenjak empat bulan yang lalu ditinggal mati anak perempuan semata wayangnya. Rasa menyesal di hatinya membuat goncangan hebat di dalam jiwanya. Bermula dari kemarau panjang, menjelang akhir tahun. Karena kondisi perekonomian yang sulit, banyak warga yang terpaksa makan nasi aking. Kejahatan pun semakin merebak di be...
Tatar pasundan memang pantas disebut tanah parahyangan, keindahan yang dimilikinya memang pantas menjadikannya rumah para dewa (parahyangan). Kepingan keindahan itu dapat kita nikmati di Curug Cijalu, Subang Jawa Barat. Wana Wisata Curug Cijalu berada dalam kawasan cagar alam Gunung Burangrang termasuk KPH Bandung Utara. Kawasan wisata ini berada pada ketinggian 1300 meter di atas permukaan laut. Menurut warga sekitar, jika hari cerah dari ketinggian kawasan tersebut kita bisa melihat kota Subang, kota Purwakarta dan Waduk Jatiluhur. Curug Cijalu memiliki ketinggian sekitar 70 meter. Tumpahan airnya mengalir deras membelah bukit di kawasan gunung Burangrang jatuh ke kolam yang berada di dasar curug. Para pengunjung biasanya bermain-main air di kolam tersebut. Namun, karena suhu airnya yang sangat dingin para pengunjung biasanya tak berlama-lama bermain air. Menurut cerita masyarakat sekitar, dahulu nama curug ini adalah curug Cikondang. Hingga suatu w...
Nhay (Nyai) Subang Larang adalah putri dari Ki Gedeng Tapa, seorang mangkubumi dari Nagari Singapura, dari Nhay Ratu Karanjang (putri Ki Gedeng Kasmaya penguasa Wanagiri, yang masih saudara dari Prabu Anggalarang).. Carita Purwaka Caruban Nagari mengisahkan bahwa Subang Larang adalah salah satu istri dari Raden Pamanah Rasa yang kelak marak menjadi Raja Pajajaran. Ayah Subang Larang adalah Ki Gedeng Tapa, mangkubumi di Singapura. Nagari Singapura merupakan pecahan Nagari Wanagiri Besar yang dirajai Prabu Indraprahasta, termasuk kekuasaan Galuh. Ibunya bernama Nhay Ratu Karanjang, putri Ki Gedeng Kasmaya penguasa Wanagiri, yang masih saudara dari Prabu Anggalarang. Oleh penguasa Surantaka Ki Gedeng Surawijaya Sakti, Ki Gedeng Tapa alias Ki Gedeng Juman Janti diangkat menjadi syahbandar pelabuhan Muara Jati. Datanglah rombongan armada Cina yang dipimpin Laksamana Zheng He (Cheng Ho) dan Kun Wei Ping tiba di Muara Jati dalam jumlah prajurit 27 ribu dengan kapal-kapal...
Pada masyarakat banceuy terdapat beberapa cerita terkait mengenai sejarah maupun mitos dan cerita rakyat lainnya. Dalam masyarakat banceuy seperti dongeng Tangkuban perahu, Lutung Kasarung merupakan dongeng yang pada masyarakt banceuy pada umumnya telah mengetahui karena dongeng tersebut telah banyak dipublikasikan dan terutama dongeng tersebut merupakan dongeng yang terkenal di Jawa Barat khususnya daerah subang ( Tangkuban Perahu). Terkait dengan cerita sejarah yang ada di banceuy, hal ini sangat menarik dimana cerita sejarah ini terkait dengan perkembangan desa banceuy seperti cerita berdirinya desa Negla sebelum mendajadi banceuy, dulunya terdapat bencana yang menimpa desa negla berupa angin puting beliung, ada yang mengatakan angin tersebut merupakan kiriman dari penguasa alam, dan ada juga yang mengatakan sebuah bencana alam yang terkait dengan manusia dengan alam. Berawal dari bencana tersebut datang terdapat tujuh tokoh ya...
Di wilayah kecamatan Tanjungsiang dan Cisalak, terdapat 7 aliran sungai. Diantaranya Sungai Cikaramas, Sungai Cinyaro, Sungai Cikembang, Sungai Citeureup, Sungai Cikaruncang, Sungai Cileat dan Sungai Cipunagara. Sungai-sungai tersebut bersatu di Ciseupan hingga bermuara di Laut Jawa. Sebelum masuk ke Laut Jawa, aliran sungai tadi selalu melewati satu wilayah perbukitan yang di sebut ‘Sangiang Tikoro’. Daerah ini penuh dengan batu-batuan cadas besar yang mengapit aliran sungai. Konon, bila banjir datang, kayu-kayu besar yang hanyut bisa lancar melewatinya. Namun bila yang hanyut tersebut berupa sapu padi ketan hitam, akan sulit untuk melewatinya dan akan terdengar seperti menjerit. Dulu, sebelum adanya Tarum Timur, menanam padi hanya dapat dilakukan sekali saja dalam satu tahun. Namun kini...
Alkisah dahulu kala setelah Situ Sipatahunan mengering, di Sebelah Barat situ berdiri sebuah Kerajaan “Megamendung” dengan Rajanya Sang Purwakarta bergelar Raja Mandala. Sang Raja mempunyai pramerswari bernama Sang Dewi “Nyimas Plered”. Sang Raja dikaruniai 8 orang putra laki-laki. Nama para putra Raja tersebut dinamai dengan sebutan Mandala. Putra sulung bernama Mandalawangi, kedua Mandalagiri, ketiga Mandalacipta, keempat Mandalarsa, kelima Mandalajati, keenam Mandalabraja, ketujuh Mandalaseta, kedelapan Mandaladenta, dan kesembilan Mandalaraga. Sekalipun kerajaan itu terkenal subur makmur gemah ripah lohjinawi, namun Sang Maha Raja tetap saja murung. Pasalnya, beliau menginginkan lahirnya seorang putri sebagai momongan. Kemudian, Sang raja dianjurkan oleh para pendeta untuk bertapa di “Puncak” Gunung di atas kawah “Air Panas”. Maka, berangkatlah sang raja bertapa untuk mendapatkan petunjuk Hyang Widi. Akhirnya, permohonan dalam t...
Dahulu ada sebuah dusun kecil yang menempati suatu daerah terpencil. Dusun tersebut dikepalai oleh seorang kepala Dusun yang bernama Aki Kaliwirarga. Kepala Dusun ini mempunyai seorang anak yang bernama Asiwiraga, tetapi si Aki Kaliwiraga ini sudah tidak beristri. Konon katanya, Dusun ini terletak di tepi hutan yang lebat. Daerah atau dusun ini terletak di tepian sungai yang panjang. Menurut cerita, anak si kepala Dusun ini sangat cantik sekali, sehingga banyak para pemuda yang jatuh hati kepada anak gadis ini. Tetapi mereka tidak berani. Kecantikan anak gadis si kepala Dusun ini telah beredar ke daerah-daerah lain, karena pembicaraan dari mulut ke mulut. Banyak anak lelaki, anak Kepala Dusun lain yang datang berbondong-bondong untuk meminang anak gadis Ki Asiwiraga. Kebudayaan di daerah ini adalah jika ada seorang wanita yang di perebutkan oleh banyak lelaki, maka si para lelaki ini di tuntut untuk mengikuti perang tanding. Begitupun dengan Aki Kaliwiraga untuk menikahk...