Dahulu ada sebuah dusun kecil yang menempati suatu daerah terpencil. Dusun tersebut dikepalai oleh seorang kepala Dusun yang bernama Aki Kaliwirarga. Kepala Dusun ini mempunyai seorang anak yang bernama Asiwiraga, tetapi si Aki Kaliwiraga ini sudah tidak beristri.
Konon katanya, Dusun ini terletak di tepi hutan yang lebat. Daerah atau dusun ini terletak di tepian sungai yang panjang. Menurut cerita, anak si kepala Dusun ini sangat cantik sekali, sehingga banyak para pemuda yang jatuh hati kepada anak gadis ini. Tetapi mereka tidak berani.
Kecantikan anak gadis si kepala Dusun ini telah beredar ke daerah-daerah lain, karena pembicaraan dari mulut ke mulut. Banyak anak lelaki, anak Kepala Dusun lain yang datang berbondong-bondong untuk meminang anak gadis Ki Asiwiraga.
Kebudayaan di daerah ini adalah jika ada seorang wanita yang di perebutkan oleh banyak lelaki, maka si para lelaki ini di tuntut untuk mengikuti perang tanding. Begitupun dengan Aki Kaliwiraga untuk menikahkan putrinya yang cantik ini. Banyak putra kepala Dusun lain yang mengikuti sayembara perang tanding ini. Hingga pada waktunya, perang tanding ini dilaksanakan. Perang tanding ini dilaksanakan di dekat tepi sungai yang panjang. Perang tanding pun dimulai hingga tersisa dua jagoan yang unggul. Ternyata perang tanding ini dimenangkan oleh seorang pemuda Desa yang bernama Jakatengil, kemudian keduanya segera dinikahkan, karena di khawatirkan akan mengundang hal-hal yang buruk, diantaranya ke khawatiran akan penyerangan balasan dari pihak yang telah di kalahkan oleh Jakatengil.
Ternyata, apa yang dikhawatirkan terjadi, pada malam pernikahan putri Ki Kaliwiraga terjadi penyerangan, oleh pihak yang dikalahkan Jakatngil. Pada malam itu terjadilah peperangan antara dua Dusun. Peperangan ini mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang banyak, sampai-sampai air sungai yang jernih ini pun berubah warnanya menjadi merah. Darah pun banyak berceceran di sana sini, sehingga tanahpun berubah warnanya menjadi merah.
Karena Dusun ini belum bernama, maka dinamakan Weureum yang kemudian lama kelamaan berubah menjadi Beureum karena perubahan jaman. Konon katanya Asiwiraga dan Jakatengil belum meninggal sampai sekarang.
Sumber: https://adeirawan74.wordpress.com/2009/04/30/asal-usul-daerah-cibeureum-di-kab-sukabumi/
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...