Ringkasan Cerita Nyai Dasima
Tjurug, Tanggerang 1813 Njai Dasima, seorang warga Kuripan, Jawa Barat menjadi gundik tuan tanah bernama Edward W yang berkebangsaan Inggris. Toean W terpikat padanya karena ia cantik, pandai menjahit dan memasak. Dari hubungan mereka lahirlah seorang bayi perempuan yang diberi nama, Nanci.
Setelah tinggal selama delapan tahun di sana, rumah di Tjurug pun dijual dan mereka pindah ke Betawi. Mereka tinggal di Gambir, di pinggir Kali Tjiliwoeng. Dalam dua tahun menetap di tempat tinggal yang baru, kecantikan Nyai Dasima sudah merebak. Banyak lelaki datang menggoda dan berniat merampas hartanya.
Demikian pula dengan niat terselubung seorang lelaki muda, Samioen namanya. Laki – laki ini menyuruh Ma Boejoeng mendekati Njai Dasima. Ma Boejoeng menyamar sebagai penjual telur yang miskin. Njai Dasima merasa iba. Ma Boejoeng disuruh bekerja di tempatnya. Selama tinggal bersama, Ma Boejoeng mulailah mempengaruhi pikiran Njai Dasima bahwa hidup bersama dengan orang kafir dalam ajaran agama Islam adalah perbuatan dosa.
Dalam merebut harta Njai Dasima, Samioen dibantu ibunya, Embok Saleha dan istrinya, Njonja Hajati pula. Berkedok guru mengaji, Embok Saleha mempengaruhi pikiran sang nyai dengan dalih agama. Samioen sendiri tidak tinggal diam. Dalam meraih cita – citanya itu ia meminta bantuan Hadji Salihoen agar menjampi Njai Dasima. Meskipun usaha mengguna – gunai itu tidak mempan, tapi komplotan itu pada akhirnya berhasil menghasut sang nyai.
Njai Dasima “sadar” dan hendak bertobat. Ia bertekad dan nekad meninggalkan Toean W dan anaknya. Sewaktu pergi dibawanya emas, intan, uang dan perabot rumah yang mahal – mahal. Hanya selang tiga hari setelah itu, ia menikah dengan Samioen.
Namun dalam satu bulan Njai Dasima tak tahan diperlakukan bagai budak oleh Njonja Hajati dan Embok Saleha. Karena itu, ia minta cerai. Samioen setuju dengan syarat semua harta istri keduanya itu diserahkan padanya. Tapi Njai Dasima balik mengancam akan mengadukan perbuatan mereka pada hakim melalui perantara Toean W.
Samioen khawatir. Dibujuk rayulah Njai Dasima dengan cara mengajak nonton pembacaan Hikayat Amir Hamzah, padahal tersimpan niat jahatnya untuk menghabisi nyawa Dasima. Dalam perjalanan menuju tempat acara Bang Poasa, orang suruhan Samioen, menghabisi nyawa Dasima dan mayat wanita itu dibuang ke sungai.
Keesokan harinya mayat Dasima yang menyangkut di tempat mandi Toean W ditemukan oleh tuan tanah itu. Polisi mengusut kejadian itu. Dengan kesaksian beberapa orang, maka para pelaku pembunuhan ditangkap. Samioen dan Bang Poasa dijebloskan ke penjara.
Legenda Nyai Dasima
Menurut Bascom (Dananjaya, 1991 : 50), legenda adalah prosa rakyat yang dianggap pernah benar – benar terjadi, ditokohi manusia, tempat terjadinya adalah di dunia seperti yang kita kenal ini. Demikian pula dengan cerita “Njai Dasima” ini. Sebagian masyarakat Betawi, terutama masyarakat Betawi Kwitang sebagai pemilik cerita ini menganggap bahwa tokoh Nyai Dasima pernah hidup. Anggapan itu dilatarbelakangi pula dengan adanya tempat – tempat dalam “Njai Dasima” yang dapat dilihat hingga saat ini.
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...