Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Barat Subang
Sangiang Tikoro Ciseupan Tanjungsiang Subang
- 9 Juli 2018

Di wilayah kecamatan Tanjungsiang dan Cisalak, terdapat 7 aliran sungai. Diantaranya Sungai Cikaramas, Sungai Cinyaro, Sungai Cikembang, Sungai Citeureup, Sungai Cikaruncang, Sungai Cileat dan Sungai Cipunagara. Sungai-sungai tersebut bersatu di Ciseupan hingga bermuara di Laut Jawa.
                Sebelum masuk ke Laut Jawa, aliran sungai tadi selalu melewati satu wilayah perbukitan yang di sebut ‘Sangiang Tikoro’. Daerah ini penuh dengan batu-batuan cadas besar yang mengapit aliran sungai. Konon, bila banjir datang, kayu-kayu besar yang hanyut bisa lancar melewatinya. Namun bila yang hanyut tersebut berupa sapu padi ketan hitam, akan sulit untuk melewatinya dan akan terdengar seperti menjerit.
                Dulu, sebelum adanya Tarum Timur, menanam padi hanya dapat dilakukan sekali saja dalam satu tahun. Namun kini, dengan adanya sungai Tarum Timur dan Cipunagara  yang menyatu di salam darma, airnya dimanfaatkan untuk mengairi sawah pertanian, sehingga daerah pedataran bisa menanam padi dua hingga tiga kali dalam setahun.

                Begitulah kiranya penjelasan dariku. Sekarang, akan aku ceritakan pada kalian mengenai ‘Sangiang Tikoro’.

Dahulu kala, di tatar pasundan, berdirilah sebuah kerajaan. Rajanya bernama Senggalih. Ia memiliki seorang putri yang cantik dan sangat mencintai rakyatnya. Ia juga sangat peduli kepada alam lingkung dimana dia tinggal. Karena itu pula selama ini mereka hidup damai dengan kekayaan alam yang berlimpah. Namun, benar bahwa hidup itu seperti roda yang berputar. Begitu juga kerajaan ini. Kerajaan ini dilanda kekeringan panjang yang sangat menyengsarakan rakyat. Namun tentu saja Raja tidak begitu saja menyerah. Segala upaya mulai dari mengolah barang tambang, tapi apa daya?? Emas di wilayah kerajaan ini telah habis. Hingga menanam padi pada musim paceklik. Tetap saja usaha itu gagal. Hingga akhirnya Sang Raja mendengar kabar bahwa di suatu wilayah ada seorang Raja yang sedang mencari istri. Raja Senggalih berfikir, ini kesempatannya. Putrinya lah yang dapat menyelamatkan kerajaannya dengan cara meminta putri Bantarsari untuk bersedia menikahi Raja yang bernama Ranggawisesa tersebut agar rakyatnya tertolong. Dengan berat hati, Putri Bantarsari melamar meskipun Raja Ranggawisesa adalah orang asing baginya.

                Beberapa hari kemudian, diadakan pertemuan antara dua kerajaan tersebut dengan tujuan untuk mengenalkan keduanya. Setelah Ranggawisesa melihat paras Putri Bantarsari, bukan main senangnya. Ia tidak henti-hentinya tertawa bangga. Dia bahagia dengan lamaran Putri Bantarsari dan langsung menyetujui lamaran Bantarsari. Namun, Ranggawisesa memberikan syarat yang amat berat. Jika Bantarsari mau menikah dengannya, maka setelah menikah, semua wilayah kerajaan menjadi miliknya.
                Putri Bantarsari menolak dengan tegas syarat itu, namun ayahnya, Raja Senggalih dengan sangat berat hati menerima syarat itu demi rakyatnya. Maka berakhirlah pertemuan itu dan pertemuan tersebut memutuskan bahwa pernikahan akan dilaksanakan lima hari lagi.
                Malam harinya, Putri Bantarsari merenung dan berfikir panjang. Ia memutuskan untuk kabur dari istana agar tidak menikah dengan Raja tamak tersebut. Ia bersama beberapa dayangnya berkumpul di gudang penyimpanan beras di belakang istana.  Disana, seorang dayang menolak rencana itu dengan alasan, saat ini bukan waktu yang tepat untuk egois. Dia mengatakan bahwa mereka hanya memiliki seikat padi yang tersisa dan menunjukan semua itu pada Sang Putri. Putri Bantarsari lalu meminta dayangnya untuk memerintahkan para petani kerajaan untuk menanam sebutir padi saja pada setiap lahan pertanian. Sedangkan dia akan mencari jalan keluarnya selama dia kabur.
                Setelah itu, Putri berangkat dan terus berjalan bersama sedikit dayangnya yang setia. Hingga akhirnya, mereka sampai di hutan rimba dan beristirahat di satu wilayah yang terdapat tujuh aliran sungai.
               

Keesokan paginya, ketika Bantarsari sedang merenung dan melihat pemandangan di pinggir sungai tersebut, matanya terbelalak terkejut melihat sekujur tubuh tersangkut di sebuah batu besar tidak jauh dari tempatnya duduk. Dengan segera, ia menghampiri orang itu dan membawanya ke dalam tenda kerajaannya. Putri Bantarsari merawat pria itu hingga akhirnya ia sembuh. Mereka menjadi sangat akrab setelah Ranggajaya, nama pria itu sadar.

Hingga pada satu hari, Putri Bantarsari mendapat kabar buruk dari salah satu dayangnya. Ia mengatakan bahwa Raja Ranggawisesa telah mengetahui hilangnya Bantarsari dari istana dan mengancam akan berperang jika esok hari Putri Bantarsari belum ditemukan. Putri Bantarsari panik dan menceritakan semuanya pada Ranggajaya. Ranggajaya merasa iba dengan cerita Sang Putri. Namun ia tidak bisa berbohong bahwa ia mencintai Putri Bantarsari dan tidak rela jika Putri Bantarsari menikah dengan Raja Tamak itu.

Kemudian, Ranggajaya menyatakan cintanya. Namun sayang, Putri Bantarsari tidak bisa menerima semua cinta Ranggajaya meskipun ia juga sangat mencintai Ranggajaya. Untuk bisa mendapatkan Sang Putri, Ranggajaya berani melakukan apapun. Akhirnya, Putri Bantarsari memberikan satu syarat kepada Ranggajaya agar bisa keluar dari masalah ini. Ia meminta Ranggajaya membuautkan bendungan air sungai lewat tujuh aliran sungai di hutan itu hanya dengan waktu satu malam saja dan serokan yang ada diantara bendungan itu tidak boleh dialiri sapu padi ketan hitam karena jika itu terjadi, hujan deras akan tiada henti akan datang dan menyumbat air yang mengakur hingga seluruh wilayah akan terendam air bah yang besar. Karena hanya dengan begitu, negerinya tidak akan lagi kekeringan dan ia tidak perlu menikah dengan Ranggawisesa. Namun sebagai jaminan, Putri Bantarsari harus kembali ke istana untuk menahan peperangan dan ia tidak bisa menemani Ranggajaya. Tanpa berfikir panjang, Ranggajaya menerima syarat itu. Ia yakin ia bisa menyelesaikan tugasnya.

Ranggajaya bekerja tanpa keluh. Ia hanya berfikir kebahagiaan  akan menghampirinya jika ia berhasil membuat bendungan itu. Ia sangat bersemangat.
Keesokan paginya, ketika Putri Bantarsari telah berada di lingkungan istana, ia berharap cemas Ranggajaya berhasil karena hari ini juga ia akan dinikahkan. Sepanjang perjalanan menuju istana Ranggawisesa, ia terus menanti kabar baik. Hingga ditengah perjalanan, seorang pengawal bersorak bahagia dan memberitahukan pada semua rakyat termasuk Sang Putri bahwa kini kekeringan telah usai. Air tiba-tiba mengalir deras di setiap sungai dan pesawahan. Air itu berasal dari tengah hutan. Setelah mendapat kabar bahagia itu, Putri Bantarsari merasa sangat lega. Ia tahu Ranggajaya akan berhasil dan dengan segera, ia memerintahkan pengawalnya untuk kembali ke istana dan membatalkan pernikahan.

Ranggawisesa sangat murka mendengar kabar tersebut. Setelah ia tahu siapa yang membantu Putri Bantarsari untuk mengairi negerinya, ia langsung berangkat ke hutan tersebut untuk menjatuhkan sapu padi ketan hitam ke dalam serokan itu. Namun beruntung Ranggajaya muncul dan menghalangi Ranggawisesa. Ketika mereka bertemu, Ranggawisesa segera saja bertarung melawan Ranggajaya. Ranggajaya yang ternyata petarung handal, tidak bisa dikalahkan dengan mudah. Akhirnya, Ranggawisesa kalah dan tersungkur. Karena Ranggajaya tidak ingin membunuh Ranggawisesa, Ranggajaya hanya meninggalkan Ranggawisesa yang pingsan sendiri. Namun, Ranggawisesa ternyata masih sadar dan dengan seluruh kekuatannya, ia melemparkan sebongkah batu besar ke arah Ranggajaya berjalan. Namun, ternyata akar-akaran yang tersangkut dari rawa diatasnya tiba-tiba melilit batu besar tersebut hingga Ranggajaya tidak terluka. Karena kaget, Ranggawisesa mundur perlahan dan tercekat melihat kejadian tersebut. Namun malang, ia terjerembab ke dalam serokan tersebut dan mati disana. Setelah itu, serokan tersebut sering disebut Sangiang Tikoro
Kabar kematian Ranggawisesa disambut bahagia oleh semua rakyat kerajaan dan kerajaan tidak lagi menderita. Akhirnya Putri Bantarsari dan Ranggajaya menikah dan mereka hidup bahagia selamanya.

Sumber: http://fb-fixaz.blogspot.com/2012/04/sangiang-tikoro-ciseupan-tanjungsiang.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya