Seorang nenek duduk termenung di bale yang terbuat dari bambu, sementara sorotan lampu mengarah kepadanya. Kemudian, datanglah dua orang cucu kehadapannya. Mereka meminta sang nenek menceritakan sebuah dongeng seperti yang mereka lakukan setiap ingin tidur. Lantas sang nenek dengan semangat menceritakan sebuah dongeng, dongengan itu berjudul Legenda Batu Cino. Cerita sang nenek kepada kedua cucunya tersebut menjadi bingkai pembuka bagi pementasan tari kreasi Legenda Batu Cino dari Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan. Legenda Batu Cino menceritakan tentang sepasang kekasih bernama Jaka dan Hasnah. Mereka mengucapkan janji setia untuk kelak membangun rumah tangga bersama-sama. Namun Jaka mengakui belum mampu untuk mewujudkan janji surganya kepada Hasnah, ia pun lantas bertekad merantau ke negeri seberang. Tak lama setelah kepergian Jaka ke negeri seberang, datanglah seorang pedagang Palembang ke wilayah Empat Lawang. Pedagang tersebut menggunakan perahu besar menyusuri Su...
KONON, kata sebuah legenda, ketika kehidupan di "Bumi" masih diatur langsung dari "Langit" oleh PUANG MATUA (Tuhan, Sang Pencipta), semua aktivitas keseharian di bumi berlangsung aman, tenteram, dan damai. Bila ada masalah yang muncul dalam perikehidupan sehari-hari diutusla wakil penduduk Bumi ke langit menemui Puang Matua untuk meminta nasihat. Jalur transportasi-komunikasi yang digunakan adalah "Eran diLangi'" sebuah tangga menjulang tinggi menuju langit yang sengaja diciptakan Puang Matua. Lalu, setelah Puang Matua bersabda atas persoalan yang dibentangkan ke hadapan-Nya, wakil penduduk Bumi itu pun turun lewat tanggga yang sama dan menyampaikan segala isi pembicaraanNya dengan Puang Matua kepada sekalian penduduk Bumi untuk kemudian dijadikan pegangan hidup. Selama beberapa generasi ruitinititas ini berjalan lancar. Sampai pada suatu ketika malapetaka itu muncul, berawal dari keinginan keluarga yang berniat mengawinkan anak mereka sesaudara kandung. Konon, keinginana itu dipicu ol...
Dahulu, terdapat kisah persahabatan ayam jantan dan ikan tongkol. Mereka saling membantu dalam kesulitan. Suatu hari, rakyat ayam mengajak rakyat ikan tongkol menghadiri acara syukuran nelayan di pinggir pantai. Sebelum datang ke acara itu, Kepala Suku Ikan Tongkol meminta agar rakyat ayam memberitahu mereka bila fajar tiba. Karena jika terbit fajar, air laut akan surut dan menjadi kering. Oleh karena itu, rakyat ikan tongkol harus segera kembali ke laut. Kepala Suku Ayam menyanggupi permintaan Kepala Suku Ikan Tongkol itu. Rakyat ikan tongkol kemudian berbondong-bondong mendatangi pantai. Rakyat ikan tongkol sangat menikmati syair-syair dan zikir di acara itu. Tanpa disadari, hari sudah sangat larut dan rakyat ikan tongkol tertidur pulas. Tanpa diduga, ternyata rakyat ayam juga ikut tertidur pulas. Saat subuh tiba, tak ada satu pun rakyat ayam jantan yang berkokok. Padahal air laut sudah surut. Bencana pun menimpa rakyat ikan tongkol. Rakyat ikan tongkol kaget bukan...
Ada dua pendekar yang gagah perkasa bernama si Pahit Lidah dan si Mata Empat. Sayangnya, mereka selalu bersaing dan merasa dirinya yang paling hebat. Hingga suatu hari, mereka bertarung untuk menentukan siapa yang paling hebat. Pertarungan berimbang. Untuk menentukan siapa yang menang, akhirnya mereka memutuskan salah seorang dari mereka untuk bertelungkup di bawah pohon aren dan lawannya akan menjatuhkan tandan bunga aren dari atas pohon secara bergantian. Dan siapa yang terkena tandan bunga aren dinyatakan kalah. Si Mata Empat mendapat giliran pertama. Si Mata Empat memiliki empat mata, yaitu dua di depan dan dua di belakang kepalanya. Dengan gesit, si Pahit Lidah memanjat pohon aren dan berhasil memotong bunganya. Sementara, si Mata Empat bertelungkup di bawah pohon aren. Karena memiliki empat mata, si Mata Empat pun berhasil menghindari bunga aren yang dijatuhkan dari pohon oleh si Pahit Lidah. Selamat lah si Mata Empat. Kini, giliran si Mata Empat memanjat pohon are...
Dahulu, di Sumidang, Sumatera Selatan, terdapat sebuah kerajaan besar. Di kerajaan itu hidup seorang pangeran bernama Serunting. Hubungan Serunting dengan adik iparnya yang bernama Aria Tebing, sedang bermasalah. Ini disebabkan oleh rasa iri hati. Serunting kepada Aria Tebing, yang berawal dari masalah tanaman cendawan atau jamur yang tumbuh di ladang mereka. Cendawan yang menghadap ke arah ladang Aria Tebing tumbuh menjadi logam emas, sedangkan cendawan yang menghadap ke arah ladang Serunting tumbuh menjadi tanaman yang tidak berguna. Suatu hari, Serunting mendatangi Aria Tebing dengan marah. Ia menantang Aria Tebing berduel. Aria Tebing meminta bantuan dan membujuk kakak perempuannya, yaitu istri Serunting untuk memberitahukan rahasia kesaktian Serunting. Ternyata, rahasia kesaktian Serunting ada pada tumbuhan ilalang yang bergetar meskipun tidak tertiup angin. Keesokan harinya, Aria Tebing dan Serunting bertemu untuk mengadu kekuatan. Namun, sebelum mereka bertanding, ter...
Dahulu kala ada sebuah keluarga yang tinggal di dekat Sungai Cicuruk. Suami istri itu memiliki seseorang anak laki-laki bernama Kulup. Suatu hari, Pak Kulup pergi ke hutan untuk mencari rebung. Di sana ia menemukan sebuah tongkat di antara rumpun bambu. Ternyata tongkat itu dihiasi intan permata dan batu merah delima. Pak Kulup memutuskan untuk membawa pulang rebung dan tongkat itu. Setibanya di rumah, Pak Kulup menceritakan kejadian yang dialaminya. Kemudian mereka sepakat untuk menjual tongkat temuan itu. Si Kulup disuruh menjual tongkat itu ke negeri seberang. Akhirnya, tongkat itu pun dibeli oleh seorang saudagar kaya dengan harga tinggi. Namun, si Kulup tidak segera pulang ke rumahnya. Ia lebih memilih tinggal di rantau, bahkan ia pun menikahi putri saudagar paling kaya di negeri itu. Suatu hari, si Kulup dan istrinya berdagang ke muara Sungai Cicuruk. Berita kedatangan si Kulup terdengar sampai ke telinga orangtuanya. Kedua orangtua si Kulup pergi ke kapal untu...
Ada seorang pemuda bernama Penyumpit karena orangtuanya dulu berutan kepada Pak Raje, seorang kepala desa yang kaya namun licik, maka kini setelah kedua orangtuanya meninggal, ia harus menjaga sawah Pak Raje siang dan malam. Pada suatu hari, Penyumpit melihat seekor babi hutan merusak sawah Pak Raje. Ia lalu melemparkan tombak dan tepat mengenai babi hutan. Lalu ia terus mengejar babi hutan itu sampai masuk ke hutan. Tiba-tiba, terjadi sebuah keajaiban! Sampai di hutan, babi hutan itu seketika berubah menjadi seorang putri yang cantik. “Wahai, putri yang cantik. Kaukah babi yang terluka tadi? Maafkan, aku tadi telah menombakmu,” kata Penyumpit yang penuh penyesalan. “Tidak apa-apa. Itu bukan salahmu. Namaku Putri Malam,” ucap Putri Malam sambil merintih kesakitan. Kemudian Penyumpit membantu mengobati luka Putri Malam sampai sembuh. Keesokan harinya, Putri Malam sudah bisa berjalan kembali. Sebagai tanda terima kasih, ia memberikan beberap...
Tersebutlah seorang gadis yatim piatu bernama Mah Bongsu. Ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada Mah Piah yang kikir dan serakah. Mah Piah mempunya seorang putri yang bernama Siti Mayang. Suatu hari, ketika Mah Bongsu mencuci pakaian di sungai, seekor ular yang terluka di punggungnya mendekatinya. Mah Bongsu iba melihatnya. Ia memberanikan diri mengambil ular yang kesakitan itu dan merawatnya di rumah. Setiap kali kulit ular itu terkelupas, Mah Bongsu memunguti dan membakarnya sehingga muncul asap. Jika asap mengarah ke Negeri Singapura, tiba-tiba muncul tumpukan emas berlian dan uang di depannya. Tetapi apabila asapnya mengarah ke kota Bandar Lampung, muncullah berlembar-lembar kain tapis Lampung. Maka dalam waktu singkat Mah Bongsu menjadi kaya raya. Karena merasa kekayaannya tersaingi, hampir setiap saat Mah Piah dan Siti Mayang mencari tahu rahasia kekayaan Mah Bongsu. Akhirnya, mereka tahu harta kekayaan Mah Bongsu berasal dari kulit ular yang terkelupas...
Di tepian Sungai Cerucuk, Belitung, hiduplah sepasang suami-istri bersama anak laki-lakinya. Kulup nama anak laki-laki itu. Meskipun hidup sederhana, mereka selalu tampak ceria. Gubuk reot di pinggir muara sungai itu tak membuat mereka dukacita. Mereka tetap saja bersahaja. Emak Kulup telah lama sakit. Perutnya membuncit. Hari demi hari kakinya terlihat semakin mengecil. Kata orang, Emak mendapat tulah penunggu sungai. Ketika itu Kulup masih kecil, sangat kecil bahkan. Usianya belum genap dua tahun. Itulah sebabnya Kulup tidak ingat betul apa penyebab sakit emaknya. Ia pun tidak tahu kebenaran cerita orang tentang penyakit emaknya itu. Sejak emaknya sakit, Kulup dibesarkan sendiri oleh ayahnya. Lelaki setengah baya itu harus bekerja keras untuk menghidupi diri, istri, dan anaknya. Hari-harinya dihabiskannya untuk bekerja, bekerja, dan bekerja. Pagi-pagi sekali ia sudah berada di ladang, mengurus tanaman. Atau, ia pergi ke sungai, menengok bubu yang dipasang pada sore har...