Dahulu kala ada sebuah keluarga yang tinggal di dekat Sungai Cicuruk. Suami istri itu memiliki seseorang anak laki-laki bernama Kulup.
Suatu hari, Pak Kulup pergi ke hutan untuk mencari rebung. Di sana ia menemukan sebuah tongkat di antara rumpun bambu. Ternyata tongkat itu dihiasi intan permata dan batu merah delima. Pak Kulup memutuskan untuk membawa pulang rebung dan tongkat itu.
Setibanya di rumah, Pak Kulup menceritakan kejadian yang dialaminya. Kemudian mereka sepakat untuk menjual tongkat temuan itu. Si Kulup disuruh menjual tongkat itu ke negeri seberang.
Akhirnya, tongkat itu pun dibeli oleh seorang saudagar kaya dengan harga tinggi. Namun, si Kulup tidak segera pulang ke rumahnya. Ia lebih memilih tinggal di rantau, bahkan ia pun menikahi putri saudagar paling kaya di negeri itu.
Suatu hari, si Kulup dan istrinya berdagang ke muara Sungai Cicuruk. Berita kedatangan si Kulup terdengar sampai ke telinga orangtuanya. Kedua orangtua si Kulup pergi ke kapal untuk menemui si Kulup.
Sang ibu berteriak-teriak memanggil si Kulup. Mendengar suara ibunya, si Kulup tampak bingung. Ia malu jika sampai orang lain tahu bahwa orangtua yang berpakaian kumal itu adalah ayah dan ibu kandungnya. “Siapa kalian? Cepat pergi dari kapalku!” teriak si Kulup.
“Ini ibu dan ayahmu, Kulup. Ibu juga sudah membawa makanan kesukaanmu,” jawab ibu si Kulup dengan nada sedih.
“Makanan apa ini? Aku tidak suka makanan kampung seperti ini. Orangtuaku adalah seorang saudagar kaya. Bukan gembel seperti kalian,” ucap Kulup sambil membuang makanan pemberian ibunya.
Kedua orangtua Kulup sakit hati. Si ibu mengikhlaskan kapal besar itu karam. Tiba-tiba muncul badai besar dan gelombang laut yang sangat tinggi. Kapal itu pun karam. Di tempat karamnya kapal itu lalu muncul sebuah pulau yang menyerupai sebuah kapal. Sekarang, pulau itu bernama Pulau Kapal.
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang