Rapai Daboh (https://ayomenari.com) Rapai Daboh yaitu suatu permainan ketangkasan atau kekebalan. Permainan Rapai Daboh terdiri dari seorang syekh yang bergelar “Khalifah”, beberapa orang penabuh rebana (rapai), dan beberapa pemain rencong atau senjata tajam lainnya, dimana saat mereka sedang menabuh rebana memukul rapainya sambil bernyanyi dengan lagu-lagu tertentu terus menikam-nikam anggota badan dengan sehebat-hebatnya, kadang-kadang rencongnya menjadi bengkok, yang semuanya berada dibawah pimpinan/pengawasan khalifah. Apa sebab tubuh mereka tidak dimakan senjata, hal ini menurut mereka oleh karena suatu keyakinan bahwa yang berkuasa hanya Khalik (Tuhan) sedangkan makhluk sama-sama tidak berkuasa; jadi besi makhluk dan manusia pun makhluk. Pada waktu para penabuh rapai sedang memukul rebana sehebat-hebatnya, maka para pemain rencong memusatkan seluruh pikirannya pada keyakinan diatas, sedikit pun tidak boleh bergoyang, dan kalau goyang pastilah senjata akan maka...
Di era milenia ini, tradisi bermain meriam bambu saat menyambut Idul Fitri hampir lenyap. Tapi di Gampong Cut dan Masjid Reubeue, Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie, Aceh, tradisi itu masih terpelihara hingga kini. Pada malam Idul Fitri 1439-H, masyarakat di dua desa itu, mulai dari anak-anak hingga pria dewasa, merayakan hari kemenangan dengan peperangan meriam bambu dan drum karbet (karbida). Peperangan dengan meriam bambu dan drum karbet biasanya dilakukan antara dua kubu dari dua desa yang hanya dibatasi oleh sungai. Kedua kubu ini nantinya akan saling serang. Hasballah, warga desa yang ikut meramaikan acara itu, kepada KBA.ONE, Jumat, 15 Juni 2018, mengatakan peperangan meriam bambu merupakan tradisi masyarakat Aceh dalam menyambut lebaran. Tradisi ini masih dipertahankan di kalangan masyarakat Pidie secara turun-temurun. Meriam bambu, ungkap dia, menggunakan minyak tanah dan bensin (premium) sebagai bahan peledak. Sebelum melakukan aksi peperangan, bambu diasa...
BANDA ACEH - Dinas Pariwisata Aceh akan menggelar Festival Pulo Aceh 2017 selama dua hari yakni 22-23 Juli 2017 di Pulo Breuh dan Pulo Nasi, yang berada dalam Kecamatan Pulo Aceh , Aceh Besar. Kegiatan itu dilaksanakan atas kerja sama dengan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS), Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Disparpora) Aceh Besar dan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kemendikbud Aceh. Festival itu mengangkat tema “Explorasi Destinasi Pulo Aceh ”. Sejumlah agenda kegiatan eksplorasi wisata alam dan kebudayaan akan mewarnai festival itu, di antaranya Pentas Seni dan Budaya, Pulo Aceh Photo Hunting, Camping, Lomba Mewarnai, Permainan Rakyat “Ceria Bersama Anak Pulo”, Fun Bike, Jet Ski dan Fun Dive, Paramotor Show, Lomba Mancing, Pameran/Bazaar, Sosialisasi Sapta Pesona, Aksi Bersih Pantai, dan Penanaman Mangrove. “Tidak hanya memberikan hiburan kepada masyarakat setempat,...
LANGSA - Pemerintah Kota Langsa bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, menggelar Festival Rentak Melayu Raya, diikuti perwakilan dari Malaysia dan Thailand, di Lapangan Merdeka Langsa yang akan dibuka Jumat (28/9). Kabid Bahasa dan Seni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Suburhan SH, didampingi Kadisporapar Langsa , Drs Syafrizal, Kamis (27/9) mengatakan, festival ini diikuti 121 peserta dari Malaysia, Thailand, Medan (Sumut) dan sejumlah kabupaten/kota di Aceh. Festival rentak seni budaya Melayu yang perdana dilaksanakan di Aceh ini bertujuan melestarikan nilai-nilai seni budaya Melayu . Dimana kebudayaan Melayu yang ada di Aceh, tidak terlepas dari rumpun beberapa negara Melayu di Asia, seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Singapura. “Diharapkan even ini menjadi ajang silaturrahim bagi semua rumpun Melayu . Rentak seni...
GAMIFest ialah singkatan dari "Gayo Alas Mountain International Festival". Acara ini berlangsung selama 79 hari yang diselenggarakan di 4 kabupaten yang berbeda, yaitu Aceh Tengah (Takengon), Bener Meriah (Redelong), Gayo Lues (Blang Kejeren) dan Aceh Tenggara (Kutacane). Dinamakan mountain karena hadir di salah satu bagian punggung pegunungan Bukit Barisan pada ketinggian 1500 mdpl yang membentang sepanjang Pulau Sumatera. Ragam pesona alam yang subur diiringi hawa dingin yang ideal dengan perkebunan kopi dan tanaman hortikultura ini telah menyapa turis lokal dan mancanegara mulai 14 September hingga 24 November 2018 lalu. Pembukaannya berlangsung di Lapangan Musara Alun, Takengon, Aceh Tengah. Daerah yang terkenal dengan kesenian dan budaya ini patut menjadi incaran wisatawan dunia, salah satunya Tari Saman yang telah diakui dunia melalui UNESCO sebagai khasanah budaya tak benda dunia yang perlu terus diperlihara dan dilestarikan oleh generasi muda. Menurut panitia, festiv...
Tari pelebat ini merupakan tari pedang yang mengambarkan semangat ketangkasan, kecekatan rayat Aceh Tenggara dalam mengahapi musuh dan mendidik mental kepahlawanan dalam mempertahankan Bangsa dan Negara. Kata “Pelebat” berasal dari kata “Khubat” yakni suatu perkelahian yang menunjukkan keperkasaan dan kelihaian seseorang menggunakan senjata berupa benda tajam seperti pisau Mekhemu atau pedang. Karena pedang hanya digunakan untuk melawan musuh, terutama saat peperangan, dalam kesenian Pelebat tidak dibenarkan menggunakan pedang sungguhan. Penggantinya berupa sebilah bambu yang sudah diraut. Kesenian ini biasanya dipertunjukkan saat acara perkawinan, yaitu saat penjemputan mempelai laki-laki dari rumah mempelai perempuan. Kegiatan ini disebut dengan Nipengembunan. Kedua belah pihak akan mempersiapkan pemain andalannya dalam memperagakan Pelebat tersebut. Pelebat juga sering dihelat pada saat menjamu tamu-tamu kehormatan yang datang dari luar. Akan tetapi pelebat dewasa ini sudah sang...
Peuga Haba merupakan sebuah tradisi lisan yang berkembang di kecamatan Bland Pidie, Aceh Barat Daya. Tradisi ini sudah ada sejak 100 tahun lalu. Pada masa lalu, cerita yang populer adalah cerita Dangderia. Pada saat ini, tokoh Peuga Haba yaitu Adnan PM TOH. Beliau selamai ini yang mengembangkan tradisi lisan ini dengan pertunjukan yang menarik sehingga masyarakat antusias jika PMTOH mengadakan pertunjukan. Peuga Haba adalah salah satu bentuk kesenian sastra/tradisi lisan dari daerah Blang Pidie, Provinsi Aceh. Dimainkan oleh seorang pemain dengan menggunakan pelepah kelapa yang dibalut tikar pandan. Pemain peuga haba dalam membawakan ceritanya selalu menyesuaikan diri dengan lakonnya, khususnya dalam hal suara, gerak, dan mimik muka. Sinopsis cerita yang dibawakan dalam peuga haba bermacam-macam. Salah satu di antaranya adalah cerita Dangderia, yang sangat populer pada masyarakat Aceh.
Sa'er merupakan salah satu kesenian vocal yang bersifat keagamaan yang terdapat dalam masyarakat Gayo di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Pada awalnya, sa'er dipergunakan sebagai media pencerahan kepada masyarakat sesuai dengan tahapan dan kemampuan masyarakat dalam menyerap informasi. Pengenalan ajaran-ajaran pokok dalam Islam dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari disampaikan melalui bahasa yang indah dan dengan alunan suara yang mampu menarik perhatian masyarakat. Dalam pertunjukannya, sa'er umumnya didahului kutipan ayat-ayat Al Quran atau hadits, yang dilanjutkan dengan penjelasan-penjelasan yang mudah dipahami dan menggunakan struktur kalimat yang indah untuk didengarkan. Sa?er secara sederhana lebih merupakan tafsir dari ayat atau hadits yang berkenaan dengan topic-topik tertentu yang berkaitan langsung dengan tata cara atau pedoman dalam menjalani kehidupan demikian terkandung didalamnya sekumpulan faktor isi seperti larangan, anjuran serta berbagai ketentuan-ket...