Di era milenia ini, tradisi bermain meriam bambu saat menyambut Idul Fitri hampir lenyap. Tapi di Gampong Cut dan Masjid Reubeue, Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie, Aceh, tradisi itu masih terpelihara hingga kini.
Pada malam Idul Fitri 1439-H, masyarakat di dua desa itu, mulai dari anak-anak hingga pria dewasa, merayakan hari kemenangan dengan peperangan meriam bambu dan drum karbet (karbida).
Peperangan dengan meriam bambu dan drum karbet biasanya dilakukan antara dua kubu dari dua desa yang hanya dibatasi oleh sungai. Kedua kubu ini nantinya akan saling serang.
Hasballah, warga desa yang ikut meramaikan acara itu, kepada KBA.ONE, Jumat, 15 Juni 2018, mengatakan peperangan meriam bambu merupakan tradisi masyarakat Aceh dalam menyambut lebaran. Tradisi ini masih dipertahankan di kalangan masyarakat Pidie secara turun-temurun.
Meriam bambu, ungkap dia, menggunakan minyak tanah dan bensin (premium) sebagai bahan peledak. Sebelum melakukan aksi peperangan, bambu diasapin terlebih dahulu.
Seiring tergerusnya zaman, tradisi meriam bambu mulai digantikan dengan drum karbet pada 2002. "Bukan berarti meriam bambu tidak digunakan lagi, hanya saja drum karbet suara dentumannya lebih nyaring dan besar," katanya.
Berapa biaya yang dikeluarkan? Menurut Mirza Fauzan, warga desa itu, peperangan meriam bambu dan drum karbet bisa menghabiskan dana kurang lebih 20 sampai 30 juta rupiah.
Menurut pantauan KBA.ONE, titik lokasi peperangan meriam bambu dan drum karbet itu meliputi Reubeue, Pante Garot, Raya Aree, Keulibeut, Lamkuta dan Paloh Pidie.
Antusias masyarakat di desa itu terlihat begitu tinggi sehingga tidak peduli dengan jalan macet dan kondisi yang berdesak-desakan.
Bagi masyarakat Pidie, menonton tradisi peperangan menggunakan meriam bambu dan drum karbet dapat membawa gelak tawa bagi mereka.
Sumber: http://www.kba.one/news/melihat-tradisi-perang-meriam-bambu-di-pidie/index.html
#SBJ
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati
Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...
Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 Masukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap
Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...
Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.