Satu lagi tradisi di Kabupaten Kuningan yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya adalah Tradisi Kawin Cai yang dilaksanakan di Obyek Wisata Balongdalem Desa Babakanmulya, Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan (02/10/2014). Acara yang digelar dari pagi sampai sore tersebut dijejali ratusan warga yang antusias menyaksikan rangkaian prosesi upacara adat kawin cai. Hadir dalam acara tersebut Bupati Kuningan, Hj. Utje Hamid Suganda, Wakil Bupati Kuningan, H. Acep Purnama, Direktur Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU) Kabupaten Kuningan, Muhamad Benhardi SE, Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Kuningan, Camat Jalaksana serta Muspika Kec. Jalaksana. Upacara adat kawin cai tersebut adalah menyatukan air dari mata air Cikembulan sekitar kolam renang Cibulan Desa Maniskidul Kecataman Jalaksana dengan sumber air Tirtayartra Balongdalem dimana sebelum dan sesudah acara kawin cai tersebut dilaksanakan berbagai macam prosesi lainnya. Upacara kawin cai...
Benta-benti adalah jenis kesenian tradisional ritual minta hujan yang pernah tumbuh dan berkembang di Desa Ciwaru, Kabupaten Kuningan, yang keberadaannya kini hamper mengalami kepunahan. Pada proses ritual tersebut alat musik yang digunakan adalah berupa ruas bamboo atau lodong sebagai pengiring lagu Benta Benti. Lagu Benta Benti dibawakan oleh punduh layaknya seperti orang berdo’a dan rumpaka lagunya berbentuk jangjawokan. Kemarau nan berkepanjangan menjadikan sawah dan ladang mengalami kekeringan. Masyarakat gelisah. Mereka butuh air untuk mempertahankan kehidupan. Maka atas inisiatif tua kampung diadakan ritual “Benta-Benti” dengan harapan agar Sang Maha Pencipta dapat segera menurunkan hujan untul keperluan hajat orang banyak. Hujan turun, maka dengan spontanitas masyarakatpun bersuka cita menyambut harapan baru dengan penuh kegembiraan untuk dapat segera bercocok tanam kembali baik disawah maupun diladang.
Suku bangsa Nias mengikuti garis keturunan patrilineal, yaitu mengikuti hubungan kekerabatan melalui laki-laki. Anak laki-laki maupun perempuan mengikuti garis keturunan ayah. Apabila anak laki-laki kawin, biasanya tinggal dirumah orangtuanya dalam waktu satu, dua, tiga tahun sampai lahir anak pertama. Tapi, anak perempuan yang sudah kawin harus keluar dari rumah orangtuanya mengikuti suaminya.Suku bangsa Nias yang berasal dari satu garis keturunan disebut sisambua mado . Mereka diikat oleh pertalian darah yang dihitung melalui laki-laki. Setiap nenek moyang dan keluarga keturunannya memiliki atia nadu. Sampai generasi yang kesembilan perkawinan diantara keturunannya dilarang untuk generasi selanjutnya perkawinan diantara keturunannya tidak menjadi masalah lagi.Hanya saja persyaratan harus dipenuhi yakni; memisahkan atia nadu keturunan tersebut dari kumpulan atia nadu nenek moyang dan membayar pemisahan itu dengan memotong babi sebesar 4 alisi. Babi tersebut...
Salah satu upacara tradisional yang tidak boleh Anda lewatkan di Tasikmalaya adalah Upacara Hajat Sasih Kampung Naga. Upacara ini merupakan ucapan rasa syukur kepada Tuhan YME dan juga kepada RasulNya, Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan keselamatan, keberhasilan dan limpahan berupa hasil bumi serta tanah yang subur, sekaligus sebagai penghormatan kepada leluhurnya, yaitu Eyang Singaparna, yang dianggap sebagai cikal bakal Kampung Naga yang menurunkan orang Sanaga. Upacara yang cukup besar penyelenggaraannya ini dihadiri oleh warga Sanaga. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain adalah mengganti pagar bambu yang mengelilingi Bumi Ageung, mencuci benda-benda pusaka, beberesih (mandi di Sungai Ciwulan), membersihkan makam Eyang Singaparna, bersalaman dengan kuncen, dan makan bersama di Balai Patemon. Jangan lupa untuk mencatat waktu pelaksanaannya, yaitu setiap dua bulan sekali pada tanggal 26-28 Muharam (Maret), 10-12-14 Maulud (Mei), 16-18 Jumad...
Pernah mendengar istilah pamali ? pastinya hampir seluruh masyarakat indonesia mengenal istilah tersebut. Nah, di daerah Bangka sendiri istilah pamali lebih dikenal dengan "kepunan"
Kata sepintu sedulang adalah semboyan dan motto masyarakat Bangka yang bermakna adanya persatuan dan kesatuan serta gotong royong. Ritual ini adalah satu kegiatan penduduk pulau Bangka pada waktu pesta kampung membawa dulang berisi makanan untuk dimakan tamu atau siapa saja di balai adat.
Pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dan setiap orang punya cara yang unik untuk melaksanakannya berdasarkan budaya masing-masing. Indonesia kaya akan budaya, terdiri dari berbagai macam suku bangsa, setiap daerah memiliki budaya yang berbeda-beda, termasuk dalam hal pernikahan. Ada adat pernikahan Sunda, Jawa, Bali, Papua dan masih banyak lagi.Pernikahan adalah pengikatan janji dari dua insan berbeda yaitu laki-laki dan perempuan untuk melaksanakan kewajibannya baik menurut agama maupun adat. Dengan menikah berarti kita mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga yang kita bangun, dimana dalam prosesnya kita harus bisa menciptakan suasana yang harmonis, damai, tentram, taat dengan perintah agama, mencari nafkah dan menjadikan keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.
KENDURI tak mengenal musim di Aceh. Bahkan, di kala perang, kenduri tetap berjalan. Begitulah, lewat kenduri orang Aceh saling mengikatkan diri. Aroma kenduri Maulid tercium di awal pagi di Desa Pupu, Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya, pertengahan Februari lalu. Lepas subuh, Aisyah (51) dan Mardianah (38) sibuk menyiapkan aneka masakan yang akan dibawa ke meunasah (musala) tempat kenduri berlangsung. Tangan mereka cekatan membungkus nasi berbentuk kerucut dengan daun pisang batu. Nasi itu lantas disusun meninggi di atas sebuah nampan bersama aneka lauk terbaik, mulai telur balado, rendang, kuah sup, hingga kari itik. Semakin tinggi isi nampan itu menunjukkan makin mapan si pembuat secara ekonomi. Nurdin, Kepala Museum Aceh, mengatakan, orang-orang kaya dulu menyusun hingga tujuh lapis lauk di atas nampan hidangan untuk dibawa ke meunasah. Sekitar pukul 11.00, nampan berisi aneka masakan buatan Aisyah dan Mardianah dibawa ke meunasah. Di sana sudah ada belas...
Ada beberapa tahapan dalam Adat Perkawinan Aceh, yaitu: Tahapan melamar (Ba Ranup) Ba Ranup (ba-membawa ranup-sirih) merupakan suatu tradisi turun temurun yang tidak asing lagi dilakukan dimana pun oleh masyarakat Aceh, saat seorang pria melamar seorang perempuan. Untuk mencarikan jodoh bagi anak lelaki yang sudah dianggap dewasa maka pihak keluarga akan mengirim seorang yang dirasa bijak dalam berbicara (disebut seulangke) untuk mengurusi perjodohan ini. Jika seulangke telah mendapatkan gadis yang dimaksud maka terlebih dahulu dia akan meninjau status sang gadis. Jika belum ada yang punya, maka dia akan menyampaikan maksud melamar gadis itu. Pada hari yang telah disepakati datanglah rombongan orang-orang yang dituakan dari pihak pria ke rumah orangtua gadis dengan membawa sirih sebagai penguat ikatan berikut isinya. Setelah acara lamaran selesai, pihak pria akan mohon pamit untuk pulang dan keluarga pihak wanita meminta waktu untuk bermusyawarah dengan anak gadis...