Prosesi Tawur Agung Kesanga merupakan upacara yang digelar oleh umat Hindu sehari jelang perayaan Nyepi. Upacara ini berdasarkan pada konsep ajaran Tri Hita Karana, yakni menyelaraskan hubungan dengan tiga elemen, manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta. Tawur Agung Kesanga sendiri bertujuan untuk membersihkan dan mewisuda bumi sebelum Nyepi, yakni dimana umat akan melaksanakan tapa brata penyepian. Tawur Agung Kesanga diawali dengan ritual pengambilan air suci dari situs Istana Ratu Boko yang terletak di pinggang Pegunungan Batur Agung, tak jauh dari Candi Prambanan. Sekitar pukul 09.00 WIB, para umat memulai perayaan dengan prosesi Mendak Tirta alias menjemput air suci. Dalam ritual Mendak Tirta ini, para umat beriringan mengarak umbul-umbul, berbagai persembahan, gamelan dan ogoh-ogoh menuju ke Candi Dewa Siwa. Setelah tiba di depan candi, hanya yang membawa umbul-umbul dan persembahan saja yang masuk ke dalam candi. Di dalam Candi Dewa S...
Salah satu ritual Keraton Surakarta yang menarik dalam konteks ini adalah Maesa-Lawung , suatu upacara yang mengisahkan penusukan seekor banteng oleh seorang pangeran dari Puri Mangkunegaran atas Jasa Sri Susuhunan. Sasaran upacara tersebut adalah sang dewi maut Batari Durga yang dianggap memiliki keraton gaib di Alas Krendowahono di sisi utara Surakarta. Sebagai ratu dengan tenaga luar biasa yang tercermin dalam pepatah Jawa: nagari mawi tata, desa mawi cara , dimaksudkan untuk menjinakkan sang dewi agar kekuatan di bawah kendalinya tidak lolos, sehingga berdampak fatal bagi kerajaan dan masyarakat (semacam “tsunami” dari dunia gaib). Makna kultus ratu Kidul dan Batari Durga yang merupakan pertalian antara penegakan kedaulatan kerajaan dan perempuan dengan daya gaib yang luar biasa sudah sangat jelas. Kita harus berpaling dari dunia gaib ke dunia riil dan dari dunia mitos kepada sejarah untuk menyaksikan realitas peran perempuan perkasa yang membawa Jawa ke...
Ritual ini bergerak dari awal ketakutan masyarakat Jawa dulu di Surakarta, yang menganggap adanya gerhana matahari merupakan pertanda keburukan dan awal dari bencana. Oleh karena itu, pada saat dulu, ritual kebudayaan ini awalnya diadakan dengan rasa takut karena tidak ingin ada bencana di tempat itu. Namun sekarang, Ritual Kalahayu menjadi gelaran kebudayaan yang menjadi suatu ritual yang menyenangkan karena saat itu Bumi, Bulan dan Matahari berada di satu garis yang sejajar, dan dengan adanya ritual ini, masyarakat Surakarta berharap adanya berkah bagi masyarakat dengan tambahan ritual syukuran terhadap Tuhan yang Maha Esa. sumber :https://blog.danabijak.com/mitos-menjadi-ritual-di-solo/
Manten kaji dimulai tahun 1930-an yang diselenggarakan oleh salah satu keluarga orang terkaya di Semarang yang memiliki berbagai usaha. Manten kaji berfungsi sebagai perekat sosial dan budaya dalam masyarakat. Manten kaji terbentuk sebagai akulturasi kebudayaan Arab, Jawa, Cina, Melayu dan Eropa, sesuai dengan latar belakang terbentuknya Kota Semarang. Manten kaji adalah tata cara pernikahan sepasang mempelai khas Semarangan. Dinamakan manten kaji karena busana yang dikenakan mempelai pria menyerupai gamis atau jubah yang sering dipakai oleh mereka yang baru pulang menunaikan ibadah Haji. Pengaruh Arab terlihat jelas pada sorban yang dinamakan, begitu pula dengan kopiah alfiah yang dikenakan oleh mempelai pria seperti orang yang pulang haji. Baju mempelai pria model gamis beludru berlengan panjang. Tata rias Pengantin Semarangan model cengge (pengaruh budaya China) dengan bedak yang sangat tebal. Selop kedua mempelai serta sanggul Jawa mendapat pengaruh dari Kasunanan Surakarta...
Tradisi Upacara Kalang Obong merupakan upacara kematian yang masih dipertahankan oleh masyarakat Kalang. Identifikasi suku Kalang dalam pengertian budaya Kalang obong ini merupakan sebutan untuk segolongan orang atau suku bangsa yang tersebar di Pulau Jawa, terutama di daerah Jawa Tengah. Kata “Kalang” berasal dari Bahasa Jawa yang artinya batas. Orang Kalang adalah sekelompok masyarakat yang diasingkan dalam kehidupan masyarakat luas, karena dahulu ada anggapan bahwa mereka berbahaya. Orang Kalang dibagi menjadi dua golongan, yaitu (1) Golongan Kalang Obong adalah golongan Kalang dari laki-laki yang berhak untuk mengadakan upacara obong; (2) Golongan Kalang Kamplong merupakan golongan Kalang dari keturunan perempuan yang tidak berhak mengadakan upacara obong karena dianggap tidak murni lagi, sebab suaminya berasal dari luar Kalang. Ada tiga alasan mengapa upacara obong masih dipertahankan oleh masyarakat Kalang: Upacara obong dilihat dari faktor keyaki...
Hak-hakan berkembang di Dusun Kaliyoso dan Tegalombo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Boyolali. Hak-hakan mulai dikenal sejak tahun 1921. Kesenian ini menggambarkan masyarakat yang mencari air untuk keperluan pertanian, kemudian mengalirkannya, cara menggarap sawah, cara pemeliharaan pertanian, dan memetik hasilnya, serta membangun desa. Setiap bagian pekerjaan digambarkan secara medetail, sehingga pertunjukan ini membutuhkan waktu 12 jam. Acara dimulai pukul 07.00 WIB dan berakhir pukul 19.00 WIB. Alur pada hak-hakan adalah sebagai berikut: semula daerah dusun belum memiliki nama dan baru beberapa keluarga yang tinggal. Pada saat mereka bercocok-tanam selalu bermasalah dengan keberadaan air, maka mereka mengadakan musyawarah agar air dapat dialirkan ke wilayah mereka. Kemudian dicarilah sumber sampai ke daerah Muncar. Sumber air tersebut kemudian disebut sebagai sumber buda, yaitu sumber air yang dibuat saluran menuju daerah mereka. Pembuatan saluran air ini tidak semudah yang mere...
Orang Samin mempunyai ajaran sendiri yang berbeda dari masyarakat lain. Komunitas Samin pada prinsipnya sangat menjunjung tinggi ajaran yang dianutnya, yaitu ajaran yang dikembangkan oleh Samin Surosentiko. Karl Jasper, asisten Residen Tuban dan Tjipto Mangunkusomo – penentang gigih terhadap kebijakan dan eksploitasi Kolonial Belanda – melakukan penelitian ‘gerakan’ Samin. Kesimpulan keduanya hampir sama, menyatakan bahwa ‘gerakan’ Samin adalah sedikit banyak gabungan antara ajaran Hindu dan anarkisme petani arkais, sebagai respon terhadap kontradiksi yang disebabkan oleh dominasi colonial Belanda dan eksploitasi kapitalis. Samin dianggap sebagai gerakan yang paling lama bertahan di Jawa sejak ‘digerakan’ oleh Samin Surosentiko (diperkirakan lahir pada tahun 1859 di Desa Ploso Kediren, dekat Randu Blatung), diperkirakan pada akhir abad 19 dan awal abad 20. Ciri dan ajaran-ajaran orang Samin cenderung pasif, jujur, bebas dari ikatan...
Tradisi Unik Masjid Saka Tunggal Baitussalam Zikir seperti melantunkan kidung jawa Keunikan masjid saka tunggal Banyumas, benar benar terasa di hari Jum’at. Selama menunggu waktu sholat jum’at dan setelah sholat jum’at, Jamaah masjid Saka Tunggal berzikir dan bershalawat dengan nada seperti melantunkan kidung jawa. Dengan bahasa campuran Arab dan Jawa, tradisi ini disebut tradisi ura ura. Pakaian Imam dan muazin Imam masjid tidak menggunakan penutup kepala yang lazimnya digunakan di Indonesia yang biasanya menggunakan peci, kopiyah, tapi menggunakan udeng/pengikat kepala. khutbah jumat disampaikan seperti melantunkan sebuah kidung, Empat muazin sekaligus Empat orang muazim berpakaian sama dengan imam, menggunakan baju lengan panjang warna putih, menggunakan udeng bermotif batik, dan ke empat muazin tersebut mengumandangkan adzan secara bersamaan. ...
Tradisi ini dilaksanakan pada saat sebelum lebaran, warga biasanya memasak nasi dengan lauk seperti telur, sayur kacang, tempe goreng, tahu goreng, kentang pedas, mie goreng untuk di bagikan kepada warga sekitar, nasi tersebut di taruh kedalam capon, dan lauknya di taruh ke dalam sudri, jadi diatasnya nasi ada lauk pauk yg sudah di tempatkan di sudri (sebuah wadah kecil). orang jawa biasa menyebutnya dengan nama berkat, sebelum dibagikan kepada para warga, berkat-berkat tersebut di doakan terlebih dahulu. Setelah di doakan baru boleh langsung di bagikan kepada warga sekitar. Satu rumah mendapat satu berkat. Unggah-unggahan berasal dari kata "unggah" yang berarti "menaikkan". Maknanya sendiri adalah tradisi berbagi makanan ataupun kue kepada saudara atau tetangga yang lebih tua. Jadi, Unggah-unggahan di sini bukan kenaikan kelas. Semakin kita punya saudara yang "sepuh" atau sesepuh desa, semakin banyak unggah-unggahan yang diterima oleh saudara/ tetangga sekitar. Unggah-Unggahan ber...