|
|
|
|
Manten Kaji Tanggal 29 Dec 2018 oleh Sri sumarni. |
Manten kaji dimulai tahun 1930-an yang diselenggarakan oleh salah satu keluarga orang terkaya di Semarang yang memiliki berbagai usaha. Manten kaji berfungsi sebagai perekat sosial dan budaya dalam masyarakat. Manten kaji terbentuk sebagai akulturasi kebudayaan Arab, Jawa, Cina, Melayu dan Eropa, sesuai dengan latar belakang terbentuknya Kota Semarang. Manten kaji adalah tata cara pernikahan sepasang mempelai khas Semarangan. Dinamakan manten kaji karena busana yang dikenakan mempelai pria menyerupai gamis atau jubah yang sering dipakai oleh mereka yang baru pulang menunaikan ibadah Haji.
Pengaruh Arab terlihat jelas pada sorban yang dinamakan, begitu pula dengan kopiah alfiah yang dikenakan oleh mempelai pria seperti orang yang pulang haji. Baju mempelai pria model gamis beludru berlengan panjang. Tata rias Pengantin Semarangan model cengge (pengaruh budaya China) dengan bedak yang sangat tebal. Selop kedua mempelai serta sanggul Jawa mendapat pengaruh dari Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, dengan menyertakan hiasan melati ndok remek serta tusuk konde menggambarkan budaya Jawa. Sementara pade-pade dibuat lebih sederhana yang menggambarkan “jiwa” orang Semarang sebagai pedagang. Pengaruh Eropa terlihat pada pemakaian mahkota untuk mempelai wanita, sementara mempelai pria diidentifikasi dengan membawa pedang. Pengaruh China terlihat juga pada baju mempelai wanita yang mengenakan model encim dari bahan beludru, dan berpayet warna emas. Untuk bagian bawahannya, kedua mempelai memilih warna merah dan emas.
Perbedaan manten kaji dengan prosesi pernikahan yang dipengaruhi oleh budaya China dan Arab lainnya, yaitu terdapat pada beberapa filosofi Jawa yang masih dipertahankan. Pengaruh Jawa terlihat pada simbol-simbol yang dipakai dalam upacara seperti kembar mayang, pemasangan daun tebu yang berarti antebing kalbu (kemantapan hati), daun kluwih sebagai doa untuk rezeki linuwih (rezeki banyak), dan daun opo opo agar kedua mempelai tidak mengalami bahaya. Namun dibandingkan dengan upacara adat Jawa, manten kaji jauh lebih sederhana, tidak semegah dan seagung Pernikahan Jawa. Sajian hiburan Gambang Semarang juga merupakan ciri khas prosesi pernikahan manten kaji.
Sumber : Buku Pentapan WBTB 2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |