53 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Perang Air (Cian Cui)
Ritual Ritual
Riau

Perayaan Imlek merupakan salah satu dari banyak budaya Tionghoa yang dirayakan oleh banyak orang Tionghoa di Indonesia setiap tahunnya.  Namun, perayaan Imlek di Selatpanjang, ibu kota Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, Indonesia, memiliki tradisi unik yang tidak dimiliki dan tidak pernah dilakukan di daerah-daerah lain di Indonesia. Perayaan imlek di Selatpanjang dimeriahkan dengan perang air atau Cian cui (dalam bahasa Hokkian). Tradisi ini selalu dilakukan setiap tahunnya saat memperingati hari raya Imlek yang diperingati selama 7 hari berturut-turut. Kebiasaan ini dilaksanakan di sepanjang jalanan di Selatpanjang. Dengan menggunakan selang, Bentor (Becak Motor), orang banyak berkumpul dan saling menyiram satu sama lain dengan penuh antusias dan tawa. Tradisi ini juga tidak hanya dilakukan oleh orang-orang beretnis Tionghoa melainkan warga-warga dari etnis lain pun juga ikut meramaikan kebiasaan ini. Setiap tahunnya, semakin banyak&...

avatar
OSKM18_16118101_Eugene Sebastian
Gambar Entri
Ritual Bakar Tongkang
Ritual Ritual
Riau

Ritual ini dikenal juga sebagai Upacara Bakar Tongkang. Dalam Bahasa Hokkien dikenal dengan nama Go Guek Cap Lak atau yang berarti tanggal 16 bulan 5 dalam kalendar Lunar. Ritual Bakar Tongkang adalah sebuah ritual tahunan masyarakat di Bagan Siapi-api yang telah terkenal di mancanegara dan masuk ke dalam kalender Visit Indonesia. Sejarah Ritual Bakar Tongkang berawal dari 18 orang yang bermarga Ang yang sedang merantau dan berdoa kepada Dewa Kie Ong Ya untuk menuntun mereka ke daratan yang makmur. Mereka pun melihat adanya cahaya semar-semar dari kejauhan. Dengan berpikiran di mana ada api ada daratan mereka pun sampai di daratan Selat Malaka. Ritual ini dipercaya dilakukan untuk menghormati dan mengenang para Leluhur dalam menemukan Bagan Siapi-api dan sebagai wujud syukur terhadap Dewa Kie Ong Ya dan dilakukan setiap tahunnya. Pada masa orde baru perayaan Ritual Bakar Tongkang sempat vakum puluhan tahun. Hingga tahun 2000, perayaan ini kembali digelar. Sekarang Pemerintah Kabupat...

avatar
OSKM18_16618395_Irvan
Gambar Entri
Sejarah Bakar Tongkang
Ritual Ritual
Riau

Ritual Bakar Tongkang atau singkatnya dalam Bahasa Hokkien dikenal sebagai Go Gek Cap Lak (Tanggal 16 bulan 5) adalah sebuah ritual tahunan masyarakat di Bagansiapiapi yang telah terkenal di mancanegara. Bakar Tongkang menjadi tradisi sejak ratusan tahun lalu dan salah satu wisata andalan Bumi Lancang Kuning. Di Riau, festival tahunan ini menjadi salah satu destinasi andalan dan masuk 10 besar agenda wisata Kementerian Pariwisata. Ritual ini sudah berlangsung selama 134 tahun silam. Seperti namanya, rangkaian dalam ritual ini berupa kegiatan membakar kapal yang disebut tongkang. Bakar tongkang berasal dari negara Cina. Ritual ini diawali karena adanya tuntutan kualitas hidup yang lebih baik di Negara Cina. Etnis Tionghoa dari Provinsi Fujian di Cina memulai perantauan menuju lautan dengan sebuah kapal kayu yang sederhana. Di saat mereka dalam keadaan bimbang mereka meminta pertolongan kepada dewa Kie Ong Ya untuk memandu mereka menuju suatu daratan. Suatu malam,...

avatar
OSKM_16218027_Jayson Wilbert
Gambar Entri
Hari Raya Enam Kab. Kampar
Ritual Ritual
Riau

Hari Raya Enam atau biasa disebut Aghi Ghayo Onam adalah tradisi masyarakat Kabupaten Kampar di Provinsi Riau yang masih diturun-temurunkan sampai saat ini. Peringatan ini dirayakan sehari setelah Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal), dan dinamakan ‘enam’ karena dilaksanakan selama 6 hari berturut-turut, yaitu dari tanggal 2 Syawal – 7 Syawal. Selama periode tersebut, masyarakat Kampar berpuasa sunnah kembali walaupun sudah melakukannya selama 1 bulan penuh di bulan Ramadhan. Namun esensi dari tradisi ini bukan sekadar berpuasa, tetapi mereka juga berziarah secara berkelompok ke setiap desa atau dusun terdekat, dimana jumlahnya bisa mencapai ratusan orang. Aghi Ghayo Onam atau juga dapat disebut Aghi Ghayo Zorah (Hari Raya Ziarah) menganggap tradisi beramai-ramai ke kuburan ini tidak hanya untuk mendoakan sanak saudara yang telah di alam kubur, namun ini juga sebuah ajang silaturahmi bagi warga Kampar setempat. Masyarakat yang merantau dan jarang bertemu seti...

avatar
OSKM18_19718117_Palita Rana Putinagari
Gambar Entri
Berkeliling di Kota Mungil Selatpanjang
Ritual Ritual
Riau

Biasanya sesudah suatu aktivitas di luar, kita akan langsung pulang ke rumah ktia masing-masing atau melanjutkan ke tujuan selanjutnya. Namun berbeda dengan sebagian masyarakat Selatpanjang yang sebelum kembali ke rumah mereka, mereka malah memilih untuk mengelilingi kota Selatpanjang terlebih dahulu untuk berbincang-bincang dengan teman disamping sepeda motornya dan juga untuk menikmati susasana kota Selatpanjang. Jalan-jalan di rute tersebut antara lain, Jl. Diponegoro, Jl. Kartini, Jl. Imambonjol, dan Jl. Ahmad Yani. Sebenarnya ketika mengatakan berkeliling di kota yang terdapat di kabupaten Kepulauan Meranti, provinsi Riau itu sudah kurang tepat karena seiring berkembangnya zaman, kota Selatpanjang terus mengalami pembangunan sehingga jalan raya semakin banyak dan kota Selatpanjang semakin luas.   Budaya ini dapat diamati mulai dari setiap sore hingga malam hari. Budaya berkeliling ini mencapai klimaks kepadatan kendaraan pada hari Sabtu malam (atau disebut dengan m...

avatar
OSKM18_16018270_Junaidy
Gambar Entri
Ritual Pembakaran Tongkang
Ritual Ritual
Riau

(sumber foto: rimanews.com)   Bakar Tongkang adalah tradisi yang berasal dari Bagansiapiapi. Tradisi ini diadakan pada tanggal enam belas bulan lima pada penanganggalan Tiongkok. Perayaan ini juga biasa disebut Go Gek Cap Lak, yaitu bahasa Hokkiennya tanggal tersebut. Perayaan ini diadakan sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada Dewa Ki Hu Ong Ya (Ong Ya Kong). Ada kisah di balik ritual pembakaran Tongkang. Pada zaman dahulu, pelaut yang berasal dari daratan Tiongkok berlayar dengan kapal kayu (Tongkang). Dalam perjalanan, mereka tersesat dan berdoa kepada Ong Ya Kong agar mereka dapat berhenti di sebuah tempat dengan selamat. Doa mereka terjawab. Mereka menemukan sumber cahaya yang berasal dari pulau yang telah memiliki penduduk. Sebagai ucapan terima kasih kepada Ong Ya Kong, mereka membakar kapal mereka sebagai sesajen dan hal tersebut diturunkan kepada anak-cucu mereka. Terdapat prosesi dalam ritual pembakaran Tongkang. Proses ritual biasanya diawali...

avatar
OSKM_16718389_Claresta Evadne Idelia
Gambar Entri
Turun Mandi
Ritual Ritual
Riau

Turun mandi merupakan suatu acara ritual yang dilakukan di masyarakat pangean, ritual ini dilakukan ketika acara akikah seorang bayi yang baru dilahirkan. Turun mandi juga dikenal dengan istilah "mancungak". Menurut Para tetua bahwa dengan diadakan "mancungak" dipercayai seorang anak yang kelak dewasa akan memiliki sifat yang baik, sopan, dan tahu beradab. Waktu pelaksanaan turun mandi harus berdasarkan petunjuk bidan kampung yang membantu proses melahirkan. Proses Turun mandi menggunakan beberapa alat dan bahan. Alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan seperti baskom, gayung, kemenyan, arang, sisir, kunyit, minyak rambut, bedak bayi, beras, dan ayam jantan hitam, dan jeruk. Pada acara turun mandi ini, bayi akan dimandikan di dalam baskom (terlebih dahulu diisi dengan air dan ditambahi dengan jeruk yang telah dikupas) dengan posisi menaiki ayam jantan hitam di atas air dalam baskom. Kemudian bayi tersebut diberi minyak rambut dan disisir oleh bidan dan jika bayinya perempuan diberi...

avatar
OSKM18_16318124_Mardhatillah Kurnia Putri
Gambar Entri
Upacara tolak bala
Ritual Ritual
Riau

Indonesia sedang dirundung duka. Beberapa tahun belakangan ini Indonesia mulai akrab dengan yang namanya bencana. Belum tuntas bencana satu, sudah disusul oleh bencana lain. Rakyat Indonesia dipaksa bersahabat dengan bencana alam. Berbagai bencana yang terjadi di negeri ini disikapi beragam oleh masyarakat. Salah satu fenomena yang menarik yaitu dengan ritual tolak bala. Ritual tolak bala merupakan tradisi yang umumnya ada pada masyarakat Jawa yang tujuannya untuk menolak bencana atau meminta agar dilindungi dari maea bahaya. Ada berbagai macam tolak bala yang ada saat ini. Dari mulai upacara adat, larungan, atau penyembelihan hewan-hewan tertentu. Seperti yang terjadi di Gunung Sinabung, ketika beberapa saat yang lalu gunung berapi ini memiliki tanda-tanda akan meletus, warga sekitar melakukan tolak bencana dengan memberikan sesajen kepada arwah leluhur yang menjaga Gunung sinabung agar mereka dijauhkan dari bencana meletusnya Gunung Sinabung.

avatar
Oskm18_16718152_nikita
Gambar Entri
Upacara Mendirikan Rumah Melayu Riau
Ritual Ritual
Riau

Bagi masyarakat Melayu rumah bukan saja sebagai tempat tinggal di mana kegiatan kehidupan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Tetapi juga menjadi lambang kesempurnaan hidup. Beberapa ungkapan tradisional Melayu menyebutkan rumah sebagai “Cahaya Hidup di Bumi, Tempat Beradat Berketurunan, Tempat Berlabuh Kaum Kerabat, Tempat Singgah Dagang Lalu, Hutang Orang tua kepada Anaknya”. Langkah pertama yang dilakukan sebelum mendirikan rumah adalah melakukan musyawarah, baik antarkeluarga maupun dengan melibatkan anggota masyarakat lain. Biasanya dalam musyawarah, dijelaskan tentang segala pantangan dan larangan, serta adat dan kebiasaan yang harus dilakukan dengan tertib. Pengerjaannya ditekankan pada asas kegotong-royongan yang disebut batobo , besolang, bepiari , atau betayan . Seseorang yang mendirikan suatu bangunan tanpa mengadakan musyawarah dapat dianggap sebagai orang yang “kurang adab” atau “tak tahu adat”. Bangunan yang didirikan tanpa musya...

avatar
OSKM18_16518147_Shofura Salma