|
|
|
|
Hari Raya Enam Kab. Kampar Tanggal 06 Aug 2018 oleh OSKM18_19718117_Palita Rana Putinagari. |
Hari Raya Enam atau biasa disebut Aghi Ghayo Onam adalah tradisi masyarakat Kabupaten Kampar di Provinsi Riau yang masih diturun-temurunkan sampai saat ini. Peringatan ini dirayakan sehari setelah Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal), dan dinamakan ‘enam’ karena dilaksanakan selama 6 hari berturut-turut, yaitu dari tanggal 2 Syawal – 7 Syawal.
Selama periode tersebut, masyarakat Kampar berpuasa sunnah kembali walaupun sudah melakukannya selama 1 bulan penuh di bulan Ramadhan. Namun esensi dari tradisi ini bukan sekadar berpuasa, tetapi mereka juga berziarah secara berkelompok ke setiap desa atau dusun terdekat, dimana jumlahnya bisa mencapai ratusan orang. Aghi Ghayo Onam atau juga dapat disebut Aghi Ghayo Zorah (Hari Raya Ziarah) menganggap tradisi beramai-ramai ke kuburan ini tidak hanya untuk mendoakan sanak saudara yang telah di alam kubur, namun ini juga sebuah ajang silaturahmi bagi warga Kampar setempat. Masyarakat yang merantau dan jarang bertemu setiap tahun, di sinilah mereka bertemu dan saling berjabat tangan.
Setiap hari dari tanggal 2-6 Syawal, mereka beriring-iringan untuk melakukan ziarah tersebut. Eksistensi mereka dapat dilihat dari ciri khasnya yang menggunakan peci, serta kain sarung yang dililitkan ke leher atau diikat ke pinggang. Pada waktu kaum laki-laki melakukan ziarah kubur, kaum ibu secara bersama-sama menyiapkan hidangan makanan yang disebut dengan “bajambao” di masjid atau di menasah (mushalla) yang telah ditetapkan panitia. Sehingga ketika para lelaki selesai berziarah, mereka berkumpul kembali ke masjid sebelum pulang ke rumah masing-masing.
Pada tanggal 7 Syawal, mereka merayakannya bersama-sama. Setiap pelaksanaan acara hari raya enam ini biasanya selalu diisi dengan acara tradisi dan hiburan. Dari paginya semua warga tersebut berkumpul di salah satu mesjid kemudian mengarak-arak anak yatim, lalu berkumpul di pinggir sungai kampar sambil melakukan makan bersama anak yatim dan seluruh warga perantau yang datang.
Setelah acara jamuan makan diadakan, selanjutnya diadakan pesta rakyat bagi anak-anak generasi muda untuk mempererat tali persaudaraan diantara mereka dengan acara pacu goni dan panjat pinang serta tarik tambang.
Setelah acara anak-anak tersebut usai maka dilanjutkan dengan acara pacu sampan yang diikuti oleh remaja-remaja setempat dan warga perantauan yang hadir juga ikut berpartisipasi. Perkampungan yang sepi tersebut disulap berubah menjadi sebuah pasar dadakan oleh warga yang memanfaatkan momen bersejarah tersebut.
Malahan, menurut pemuka masyarakat setempat, hari raya 1 syawal bagi mereka hanya untuk solat Idul Fitri saja. Sehingga banyak warga perantau asal Kampar tersebut pulang kampung pada saat hari raya enam. Karena hari raya enam tersebut lebih kepada bersilaturrahmi dan puncak hari raya yang sebenarnya bagi mereka. Tradisi ini lebih meriah dan ramai dibanding hari pertama Lebaran. Masyarakat dari perantauan selalu pulang di hari ini, meski pada Lebaran pertama tidak pulang kampung. Bahkan, muncul istilah lebih baik tidak ada pada hari pertama Lebaran dari pada tidak hadir saat Hari Raya Ziarah Kubur.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |