Ritual
Ritual
Tradisi Riau Pekanbaru
Upacara Mendirikan Rumah Melayu Riau

Bagi masyarakat Melayu rumah bukan saja sebagai tempat tinggal di mana kegiatan kehidupan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Tetapi juga menjadi lambang kesempurnaan hidup. Beberapa ungkapan tradisional Melayu menyebutkan rumah sebagai “Cahaya Hidup di Bumi, Tempat Beradat Berketurunan, Tempat Berlabuh Kaum Kerabat, Tempat Singgah Dagang Lalu, Hutang Orang tua kepada Anaknya”.

Langkah pertama yang dilakukan sebelum mendirikan rumah adalah melakukan musyawarah, baik antarkeluarga maupun dengan melibatkan anggota masyarakat lain. Biasanya dalam musyawarah, dijelaskan tentang segala pantangan dan larangan, serta adat dan kebiasaan yang harus dilakukan dengan tertib. Pengerjaannya ditekankan pada asas kegotong-royongan yang disebut batobo, besolang, bepiari, atau betayan. Seseorang yang mendirikan suatu bangunan tanpa mengadakan musyawarah dapat dianggap sebagai orang yang “kurang adab” atau “tak tahu adat”. Bangunan yang didirikan tanpa musyawarah akan menyebabkan pemiliknya mendapat umpatan masyarakat, sedangkan bangunan itu sendiri dianggap gawal atau sewal, yaitu mendatangkan sial.

Setelah melakukan musyawarah, dilanjutkan dengan proses mendirikan bangunan yang dilakukan secara tradisional dan memerlukan bermacam-macam upacara agar harapan pemilik dan semua orang yang terlibat dalam pengerjaannya terpenuhi. Selain itu, upacara juga ditujukan supaya mereka semua terhindar dari malapetaka. Upacara yang umum dilakukan dalam pekerjaan ini adalah Beramu, Mematikan Tanah, dan Menaiki Rumah.

  1. Upacara Beramu

Upacara Beramu disebut juga Mendarahi kayu, Meramu, atau Membahan. Tujuannya agar orang-orang yang terlibat dalam pembuatan bangunan tidak mendapat gangguan dari “penunggu hutan. Upacara ini disebut Mendarahi Kayu, karena Pawang yang memimpin upacara ini lebih dulu menyiram kayu yang akan ditebang dengan darah ayam sebelum ditepungtawari. Darah ayam yang disiram ke pangkal pohon itu melambangkan bersebatinya darah manusia dengan darah semua makhluk dalam hutan, sehingga mereka tidak akan mengganggu orang-orang tersebut. Lambang-lambang yang terdapat dalam upacara ini mencerminkan sikap hidup orang Melayu yang senantiasa menghormati orang lain serta selalu ingin menjalin persahabatan dan persaudaraan dengan siapa saja di bumi ini.

  1. Upacara Mematikan Tanah

Upacara Mematikan Tanah bertujuan untuk membersihkan tanah tempat bangunan akan didirikan dari segala makhluk halus yang mendiaminya. Upacara yang dilakukan secara besar-besaran ini disertai dengan penyembelihan seekor kerbau. Jika diadakan secara sederhana, upacara itu disertai dengan penyembelihan seekor kambing atau seekor ayam. 

Peralatan yang digunakan dalam upacara ini mengandung lambang dengan arti yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya Melayu, yaitu:

  1. Kain Campo Tengkuluk Godang, yakni sejenis selendang yang terdiri dari 3, 5, atau 7 warna untuk diselimutkan pada Tiang Tua. Kain melambangkan ibu rumah tangga yang akan mendiami rumah itu, sedangkan penyelimutan pada tiang menggambarkan kasih sayangnya kepada suami, anak-anak, dan keluarganya. Warna-warna kain pun mempunyai arti, yaitu merah sebagai lambang persaudaraan, hitam untuk keberanian atau kedubalangan, hijau untuk kesuburan atau bertunas, biru untuk kebahagiaan atau cayo langit, putih untuk kesucian atau putih hati seperti kapas, dan kuning untuk kekuasaan atau ono ajo
  2. Sirih setangkai yang melambangkan penghormatan kepada masyarakat yang ikut membantu mendirikan bangunan tersebut
  3. Bibit kelapa dua jurai yang melambangkan hubungan berkeluarga dan berketurunan
  4. Mayang pinang satu jurai yang melambangkan kecantikan dan keselarasan hidup dalam rumah tangga
  5. Payung, melambangkan tempat berlindung bagi siapa saja yang memerlukannya
  6. Kain panji dan umbul-umbul sebagai lambang keragaman suku yang ada dalam masyarakat yang telah turut membantu mendirikan bangunan tersebut
  7. Alat musik celempong, tetawak, dan gendang yang melambangkan kegembiraan dan kebahagiaan
  8. Seperangkat peralatan tepung tawar yang terdiri dari daun Setawar yang berarti obat segala bisa, daun Sedingin untuk mendinginkan kepala yang panas, menyejukkan hati, dan berlapang dada, daun Ati-ati yang berarti bijak berkata-kata dan baik tingkah-laku, daun Gandarusa untuk penangkal malapetaka dari luar, bedak Limau untuk membersihkan jasmani dan rohani, air Percung yang mengandung arti “memberi tidak diminta, melepas tidak disentak” atau ikhlas dan rela berkorban, dan beras kunyit, beras basuh, dan bertih yang mengandung arti keselamatan, kemakmuran, dan kesucian hati
  9. Bebara dan kemenyan sebagai tanda persahabatan dengan segala makhluk serta ajakan dan pernyataan bahwa di tempat itu diadakan upacara
  10. Limau Purut, penyembuh segala penyakit, tangkal penolak bala
  11. Hewan sembelihan untuk semah atau sedekah kepada makhluk di sekitar tempat itu
  12. Tahi besi dan besi berani sebagai lambang kekuatan, kebulatan hati, dan daya pikat dalam pergaulan
  13. Lumpur laut atau lumpur tanah bekas perumahan keluarga tertua yang melambangkan kelemah-lembutan, tidak kaku, dan kekal abadi
  14. Inggu untuk menolak makhluk halus yang jahat
  15. Daun Juang-juang, lambang hidup dan mati, serta sebagai penangkal sihir
  16. Tunam, yaitu semacam obor dari kulit kayu dan damar yang melambangkan cahaya, seri atau rumah tangga yang terang benderang.

 

  1. Upacara Menaiki Rumah

Upacara Menaiki Rumah ditujukan sebagai ucapan terima kasih dari pemilik rumah atau bangunan itu kepada orang-orang yang telah ikut membantu. Kadang-kadang upacara ini diikuti kenduri atau makan bersama yang didahului doa selamat.

#OSKMITB2018

 

 


 

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline