Upacara Rambu Soloh Berbicara mengenai kebudayaan Indonesia, hal yang pertama kali terlintas di benak saya adalah upacara Rambu Soloh. Upacara adat ini pertama kali saya ketahui saat mengikuti kelas pelajaran sejarah di kelas X. Beliau adalah Bapak Aldion, guru sejarah di SMA saya yang mengenalkan saya akan upacara ini dan sekaligus menjadi narasumber saya untuk artikel ini. Rambu Soloh merupakan upacara adat kematian masyarakat Toraja yang bertujuan mengantarkan arwah menuju alam keabadian. Masyarakat Toraja mempercayai bahwa seseorang yang sudah meninggal dianggap belum sempurna apabila belum melakukan rambu soloh. Hingga saat ini rambu soloh masih dilakukan di daerah Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan beberapa daerah lainnya. Secara turun-temurun terdapat anggapan di dalam masyarakat sekitar mengenai orang yang sudah meninggal. Anggapannya adalah orang yang sudah meninggal baru benar-benar dianggap meninggal apabila telah menjalankan seluruh rangkaian...
Upacara adat Mappassili merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Bugis yang berupa upacara kehamilan tujuh bulan. Mappassili memiliki arti yaitu kehamilan tujuh bulan dan dalam bahasa Bugis Bone, Mappassili berarti memandikan. Tujuan dilakukannya upacara adat Mappassili ini adalah untuk menolak bala atau mengusir malapetaka / bencana serta mengusir roh-roh jahat sehingga kesialan dapat hilang dan lenyap. Upacara adat Mappassili akan dipimpin oleh seorang dukun. Sebelum upacara dimulai dengan iring-iringan, sang calon ibu harus melewati sebuah tangga yang terbuat dari bambu (sebanyak 7 anak tangga) yang disebut dengan Sapana. Hal ini memiliki makna bahwa sang calon anak akan mendapat rezeki yang naik terus seperti yang disimbolkan ibunya dengan menaikki 7 anak tangga. Upacara dimulai dengan membacakan doa-doa yang dilakukan oleh seorang ustadzah. Awal upacara tersebut akan diiringi oleh pasangan calon ayah dan ibu yang memakai pakaian adat Bugis unuk pergi ke rumah bambu...
Indonesia adalah negara dengan begitu banyak keragaman dalam segala aspek kehidupan. Terlebih dalam segi budaya, dengan wilayah indonesia yang merupakan kepulaun menjadikan indonesia mempunyai banyak keberagaman yang unik dan menarik. Salah satunya adalah ritual atau tradisi menghormati leluhur. Di tanah Toraja yang terkenal dengan hal-hal yang berbau aneh dan mistis mempunyai ritual tersendiri untuk menghormati para leluhur mereka. Ritual Ma'Nene itu lah nama yang diberikan untuk ritual menghormati leluhur mereka dengan menggantikan pakaian jasad para leluhur mereka. Ritual ini biasanya dilaksanakan setelah musim panen pada bulan agustus. Budaya ini diawali dengan berkunjung ke lokasi pengkuburan leluhur mereka yang dinamakan Patane. Di Patane, para jasad leluhur mereka telah berumur ratusan tahun tapi jasad-jasad tersebut masih tersimpan dengan keadaan utuh karena sebelumnya jasad-jasad para leluhur tersebut diawetkan. Prosesi ritual dilakukan oleh pihak keluarga unt...
Masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan dulunya memiliki sebuah tradisi untuk menyelesaikan masalah apabila tidak mencapai kata mufakat dalam sebuah musyawarah. Untuk mencapai kata sepakat, maka harus menempuh assigajangeng atau baku tikam yang kemudian dikenal dengan nama Sigajang Laleng Lipa. Dalam ritual ini, dua orang yang bertikai akan menyelesaikan permasalahannya dengan bertanding menggunakan badik (senjata khas daerah bugis) dalam sebuah sarung sebagai batas arena pertandingannya. Kedua pria yang menjadi perwakilan dua pihak ini akan saling menikam. Ritual ini menjadi cara terakhir apabila kedua pihak tidak mencapai kata sepakat. Misalnya apabila mereka menganggap dirinya sama-sama benar. Menurut kepercayaan masyarakat suku Bugis, Sigajang Laleng Lipa kerap terjadi pada masa kerajaan Bugis, saat kedua belah pihak yang berseteru sama-sama merasa benar dan merasa harga dirinya terinjak. Sarung dalam Sigajang Laleng Lipa memiliki arti sebagai simbol persatuan dan kebersamaan s...
Prosesi adat yang disebut Ma'nene ini diadakan setiap tiga tahun sekali oleh masyarakat yang bermukim di sekitar pegunungan Sesean, mereka menggelar prosesi adat mengganti pakaian jasad leluhurnya yang disemayamkan di dalam peti tempat pekuburan Patane. Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk menghormati leluhurnya. Terkadang, prosesi itu terbilang unik, seperti di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Ritual Ma'nene atau mengganti pakaian mayat sebutan masyarakat Toraja, diawali dengan berkunjung ke lokasi pekuburan leluhur mereka yang dinamakan Patane di Desa atau Lembang Paton, Kecamatan Sariale. Di Patene, mayat moyang (leluhur) mereka yang telah berumur ratusan tahun tersimpan dalam keadaan utuh, karena sebelumnya diberi bahan pengawet. Prosesi Ma'nene dilakukan pihak keluarga dengan membersihkan mayat leluhur yang telah berusia ratusan tahun, dengan melepas pakaian lama yang digunakan. Lalu seluruh badan mayat dibersihkan dengan menggunakan kuwas....
Pada umumnya, jenazah orang dewasa suku Toraja dimakamkan di gua, batu, maupun tebing yang telah dilubangi guna menempatkan jenazah tersebut. Kemudian muncul pertanyaan di khalayak banyak ialah bagiamana jika yang meninggal bukanlah orang dewasa melainkan bayi? Apakah pemakamannya akan sama dengan pemakaman orang dewasa? Ternyata setelah ditelusuri lebih jauh, ada perbedaan mencolok antara pemakaman orang dewasa dengan bayi pada suku Toraja. Perbedaan terbesar adalah tempat diletakkannya jenazah tersebut, di mana jenazah orang dewasa diletakkan pada gua, batu, maupun tebing yang telah dilubangi sedangkan jenazah bayi diletakkan dalam sebuah pohon besar. Jenazah tersebut diletakkan ke dalam sebuah pohon besar yang sudah dilubangi kemudian ditutup oleh ijuk. Umumnya pohon yang digunakan sebagai tempat peletakkan jenazah bayi tersebut sudah berumur ratusan tahun maupun pohon-pohon yang dianggap keramat oleh suku Toraja. Satu pohon dapat menampung puluhan jenazah bayi. Bayi...
Budaya Angngaru Apakah itu ARU? Aru merupakan suatu janji dalam bahasa Makassar yang biasanya diucapkan oleh seorang prajurit kepada raja sebelum pergi berperang. Aru juga dikenal sebagai janji setia seorang Hamba terhadap Sang Raja. Aru tidak lepas dari sejarah kerajaan Gowa yang merupakan salah satu kerajaan besar pada zamannya. Hingga saat ini, sumpah (aru) tersebut masih sering diucapkan dihadapan para pemimpin yang datang berkunjung ke daerah Gowa. Orang yang terpilih untuk menyampaikan aru biasanya memiliki suara yang lantang dan wajah sangar. Pada saat tampil, pengikrar aru harus menampakkan wajah setia, loyal, dan dedikasi yang tinggi. Badan tubarania (pengikrar) harus tegap dan sambil memegang keris, tubarania mengikrarkan aru dihadapan raja. Pada zaman sekarang kita dapat menjumpai pengikraran aru bukan hanya sebelum berangkat perang tetapi juga pada berbagai kegiatan seperti upacara adat yang berkaitan dengan hal-hal kerajaan, menjemput tamu dari luar dan pernyataan kese...
Mappacci adalah kata kerja dari 'mapaccing' yang berarti bersih atau suci. Upacara adat mappacci dilaksanakan pada waktu tudampenni, menjelang acara akad nikah/ijab kabul keesokan harinya. Mappacci dilaksanakan oleh kedua mempelai botting(pengantin) dirumah masing-masing, dalam artian kedua mempelai mappaci sendiri-sendiri.Upacara mappacci adalah salah satu upacara adat Bugis yang pada pelaksanaannya menggunakan daun pacar atau Pacci.Proses mappaci harus dilakukan sesuai adat yang diturunkan yaitu di mulai dengan penjemputan (paddupa) mempelai untuk dipersilahkan duduk di pelaminan.Setelah duduk di pelaminan,lalu didepannya diberi satu buah bantal sebagai simbol mappakalebbi (penghormatan), tujuh lembar sarung sutera sebagi simbol harga diri, sepucuk daun pisang simbol hidup yang berkesinambungan, tujuh daun nangka sebagai simbol menas (harapan). Sepiring wenno (padi yang disangrai hingga mengembang) sebagai simbol berkembang baik, sebatang lilin yang berapi simbol penerangan, dan d...
Budaya Mattekkeng/ Mappattekkeng (terjemahan bebasnya menggunakan tongkat) dalam masyarakat Bugis merupakan upacara tradisional yang dilakukan ketika anak/bayi sudah berumur ±1 tahun atau sudah bisa berdiri dan melangkah sendiri tanpa bantuan. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kedua orang tua dan keluarga besarnya, yang ditandai dengan menyediakan ketan putih yang dibungkus dengan daun kelapa yang masih muda atau sering disebut Janur Kuning. Adapun prosesi pembuatannya yaitu ketan putih yang telah dimasak dan diberi santan kemudian dibungkus dengan daun Janur Kuning dan diikat tali dari daun lontar kering sehingga menyerupai sebuah tongkat. Tongkat ketan tersebut selanjutnya dimasak kembali sekitar 3 jam. Ada 2(dua) ukuran tongkat ketan yang disediakan yaitu (1) tongkat ketan dengan panjang ±1 meter dan diameter ±3 – 3,5 cm dan (2) tongkat ketan dengan panjang ±20 cm dan diameter ±2 cm. Tongkat ketan ini kemudian dikenal...