|
|
|
|
Upacara Adat Mappassili Tanggal 07 Aug 2018 oleh Oskm_19718018_Kezia Anabella . |
Upacara adat Mappassili merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Bugis yang berupa upacara kehamilan tujuh bulan. Mappassili memiliki arti yaitu kehamilan tujuh bulan dan dalam bahasa Bugis Bone, Mappassili berarti memandikan. Tujuan dilakukannya upacara adat Mappassili ini adalah untuk menolak bala atau mengusir malapetaka / bencana serta mengusir roh-roh jahat sehingga kesialan dapat hilang dan lenyap. Upacara adat Mappassili akan dipimpin oleh seorang dukun.
Sebelum upacara dimulai dengan iring-iringan, sang calon ibu harus melewati sebuah tangga yang terbuat dari bambu (sebanyak 7 anak tangga) yang disebut dengan Sapana. Hal ini memiliki makna bahwa sang calon anak akan mendapat rezeki yang naik terus seperti yang disimbolkan ibunya dengan menaikki 7 anak tangga. Upacara dimulai dengan membacakan doa-doa yang dilakukan oleh seorang ustadzah. Awal upacara tersebut akan diiringi oleh pasangan calon ayah dan ibu yang memakai pakaian adat Bugis unuk pergi ke rumah bambu yang dihiasi bunga-bunga dan warna-warna yang mecolok. Setelah itu, sang dukun akan mengambil tempat pembakaran dupa dan memutar-mutarkan dupa yang dibakar tersebut di atas kepala calon ibu. Masyarakat Bugis percaya bahwa tindakan tersebut akan membuat roh-roh jahat yang menggangu kelahiran anak terusir dan terbang bersama dengan asap dupa yang telah dibakar.
Upacara ini dilanjutkan dengan memercikkan air dengan daun ke beberapa area tubuh calon ibu, yaitu kepala, bahu, dan perut. Tindakan tersebut memiliki makna, yaitu percikkan air pada bahu berarti sang calon anak akan memiliki tanggung jawab dalam kehidupannya dan percikkan air dari kepala hingga perut berarti sang ibu dapat melahirkan anaknya dengan mudah dan kehidupan sang anak lancar seperti air. Setelah itu, dimulailah upacara Makarawa Bubua yang berarti mengelur perut. Upacara ini tidak kalah meriah dengan upacara sebelumnya. Upacara Makarawa Bubua dihiasi dengan beranekaragam pangan yang memiliki arti dan simbol. Sang dukun yang memimpin upacara tersebut akan mengelus-elus perut si calon ibu sambil membacakan doa. Kemudian, si calon ibu akan ditaburi daun sirih dan beras dibeberapa area tubuhnya yang bertujuan agar sang ibu tidak stress, sang anak tidak salah dalam melangkahkan kakinya, serta sang anak tidak akan kekurangan pangan. Di bawah kaki calon ibu akan diletakkan seekor ayam jago yang dipercayakan akan menentukan jenis kelamin si calon anak.
Akhir dari upacara dilakukan acara suap-suapan oleh sang dukun yang telah memimpin upacara kepada pasangan suami-istri / calon ayah-ibu dan kedua orang tua pasangan. Kemudian upacara ditutup dengan acara rebutan hiasan anyaman yang berbentuk ikan dan berisi telur yang dilakukan oleh para ibu yang memiliki anak perempuan. Tindakan ini dipercaya akan memberikan anaknya jodoh yang baik dan dapat melahirkan anak dengan mudah.
#OSKMITB18
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |