Masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan dulunya memiliki sebuah tradisi untuk menyelesaikan masalah apabila tidak mencapai kata mufakat dalam sebuah musyawarah. Untuk mencapai kata sepakat, maka harus menempuh assigajangeng atau baku tikam yang kemudian dikenal dengan nama Sigajang Laleng Lipa. Dalam ritual ini, dua orang yang bertikai akan menyelesaikan permasalahannya dengan bertanding menggunakan badik (senjata khas daerah bugis) dalam sebuah sarung sebagai batas arena pertandingannya.
Kedua pria yang menjadi perwakilan dua pihak ini akan saling menikam. Ritual ini menjadi cara terakhir apabila kedua pihak tidak mencapai kata sepakat. Misalnya apabila mereka menganggap dirinya sama-sama benar. Menurut kepercayaan masyarakat suku Bugis, Sigajang Laleng Lipa kerap terjadi pada masa kerajaan Bugis, saat kedua belah pihak yang berseteru sama-sama merasa benar dan merasa harga dirinya terinjak. Sarung dalam Sigajang Laleng Lipa memiliki arti sebagai simbol persatuan dan kebersamaan suku Bugis Makassar. Pertarungan Sigajang Laleng Lipa biasanya dilakukan di lapangan atau tempat tertentu yang kemudian dijadikan sebagai arena. Cara ini sebenarnya sangat dihindari, karena masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan mengenal sebuah pepatah yang berbunyi, ''Ketika badik telah keluar dari sarungnya, pantang diselip di pinggang sebelum terhujam di tubuh lawan. Filosofi ini bermakna sebuah masalah dapat dicapai solusi terbaiknya tanpa harus menggunakan kekerasan meski melibatkan dewan adat.
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock ana...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang