|
|
|
|
Ritual Ma'nene di Toraja Tanggal 08 Aug 2018 oleh OSKM18_19718125_Chelsy Valensia. |
Prosesi adat yang disebut Ma'nene ini diadakan setiap tiga tahun sekali oleh masyarakat yang bermukim di sekitar pegunungan Sesean, mereka menggelar prosesi adat mengganti pakaian jasad leluhurnya yang disemayamkan di dalam peti tempat pekuburan Patane. Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk menghormati leluhurnya. Terkadang, prosesi itu terbilang unik, seperti di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan.
Ritual Ma'nene atau mengganti pakaian mayat sebutan masyarakat Toraja, diawali dengan berkunjung ke lokasi pekuburan leluhur mereka yang dinamakan Patane di Desa atau Lembang Paton, Kecamatan Sariale. Di Patene, mayat moyang (leluhur) mereka yang telah berumur ratusan tahun tersimpan dalam keadaan utuh, karena sebelumnya diberi bahan pengawet.
Prosesi Ma'nene dilakukan pihak keluarga dengan membersihkan mayat leluhur yang telah berusia ratusan tahun, dengan melepas pakaian lama yang digunakan.
Lalu seluruh badan mayat dibersihkan dengan menggunakan kuwas. Setelah itu, jenazah tersebut kemudian dipakaikan dengan pakaian baru. Bagi mayat pria memakai jas lengkap dengan stelan dasi hingga kaca mata.
Sebelum membuka pintu kuburan Patane dan mengangkat peti mayat untuk di bersihkan, tetua adat dengan sebutan Ne' Tomina Lumba, terlebih dahulu membacakan doa dalam Bahasa Toraja kuno, memohon izin kepada leluhur agar masyarakat mendapat rahmat keberkahan setiap musim tanam hingga panen berlimpah.
Ne'tomina merupakan gelar adat yang diberikan kepada tetua kampung, dimana artinya adalah orang yang dituakan juga imam atau pendeta. Pieter Rayub, tokoh masyarakat Lembang Poton yang juga keluarga pelaksana ritual Ma'nene menuturkan, prosesi adat Ma' nene sudah berlangsung sejak zaman dahulu. Waktu pelaksanaannya berdasarkan kesepakatan bersama keluaarga dan tetua adat melalui musyawarah desa.
Ritual ini disepakati digelar tiga tahun sekali. Tujuannya agar keluarga yang berada di perantauan bisa datang menjenguk orang tua atau Nene To'dolo (moyang mereka), juga untuk mempererat hubungan tali silaturahim orang perantauan dengan orang tua yang masih hidup atau yang sudah meninggal agar lebih mengingat kampung halamannya.
"Prosesi adat Ma'nene kami gelar dalam tiga tahun sekali berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah Lembang. Selain itu, kegiatan ini bertujuan mempererat tali silaturahmi keluarga yang berada jauh di perantauan," ungkap Piter Rayub, saat mengelar prosesi adat Ma'nene.
Menurutnya, Ma'nene digelar sebelum musim tanam dimulai atau sesudah memotong padi, yang hasil panennya digunakan dalam prosesi tersebut. Prosesi mengganti pakaian satu mayat tidaklah lama, hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
Usai mengganti pakaian mayat leluhur, masyarakat kampung di Lembang Poton kemudian berkumpul mengikuti acara makan bersama. Makanan yang disajikan adalah hasil sumbangan setiap keluarga keturunan leluhur yang melaksanakan kegiatan prosesi adat Ma'nene.
Usai makan bersama, acara dilanjut dengan tradisi Sisemmba', bertujuan menjalin keakraban serta silaturahmi antara keluarga perantau dengan yang berada di kampung halaman.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |