Makam Imogiri yang terletak di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu obyek wisata yang dikenal sebagai pemakaman para raja Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta yang dahulu merupakan Kerajaan Mataram. Kita dapat menuju ke obyek wisata tersebut menggunakan mobil maupun motor, namun disarankan kepada lansia untuk tidak mengunjungi makam ini karena Makam Imogiri terdiri dari banyak anak tangga dan jalan akses menuju ke sana dapat dibilang kurang mulus serta berkerikil. Pelancong yang memasuki area pemakaman diwajibkan untuk memakai kain dan kemben bagi wanita serta kain, baju dan blangkon bagi pria. Perhiasaan pun tidak diperbolehkan dan harus dilepas jika ingin masuk ke area pemakaman. Di dalamnya, makam-makam tersebut dibagi sesuai dengan pangkat dan jabatan para leluhur yang dimakamkan disana. Salah satu hal menarik yang terdapat di Makam Imogiri adalah lantai yang sangat harum, yang konon berasal dari Mekah dan dibawa oleh seorang raja yaitu Sult...
Di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Dago, Bandung, terdapat dua buah situs peninggalan sejarah yang masih sering dikunjungi wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Situs tersebut adalah Gua Belanda dan Gua Jepang. Kedua gua tersebut merupakan peninggalan era kolonialisme Belanda dan Jepang, yang tentunya melengkapi susunan kronologi masa penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia. Tidak heran, masih sering dilakukan kunjungan-kunjungan dari pihak sekolah dan penelitian ke situs ini, dilengkapi dengan pemandu-pemandu yang tersedia di daerah kedua gua tersebut. Dalam jarak yang tidak terlalu berjauhan, terlihat dua mulut gua, yang secara arsitektur dapat terlihat perbedaan antara keduanya. Gua Belanda memiliki mulut dan celah gua yang lebih tinggi dibandinkan Gua Jepang. Hal tersebut dapat di analisis dari tujuan awal pembangunan gua, Gua Belanda dibangun pada tahun 1912 dengan tujuan awal sebagai kanal penyalur air Sungai Cikapundung guna mendukung dibuatnya pembangkit listrik te...
Suatu menara yang dibangun di halaman keraton surakarta yang telah berdiri sejak masa kerajaan Amengkurat I. Arsitektur yang melegenda ini karena telah berumur 236 tahun. Menara ini dipercaya dalam mitos kejawen adalah tempat pertemuan raja dengan ratu laut Nyi roro Kidul. Hal ini diperkuat dengan letak menara tersebut yang letaknya segaris lurus dengan pintu keluar kota Surakarta #oskm2018
Tugu Persatuan Toga Siregar adalah sebuah monumen yang didirikan di daerah muara,di tepi Danau Toba. Tugu ini didirikan untuk menandakan bahwa daerah tersebut adalah kampung siregar (bonapasogit), yaitu daerah asal usul marga siregar,tempat dimana toga siregar(anak dari Raja Lontung dan si Boru Pareme) hidup bermasyarakat dan meninggalkan keturunan. Berdasarkan cerita masyarakat setempat,Toga siregar sendiri pada awalnya lahir di Pulau Samosir dan tinggal bersama 6 kakaknya yang lain,namun karena ia sering dianak emaskan oleh ayahnya, Si Raja Lontung,ia dibenci oleh kakak kakaknya sehingga ia pergi keluar dari Pulau Samosir dan sampai di daerah muara. Tugu ini selain menandakan Kampung Siregar,juga sebagai lambang persatuan seluruh marga Siregar yang ada di seluruh dunia. OSKM2018
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terkenal akan kekayaan kebudayaannya. Seluruh daerah di Indonesia pasti memiliki budaya khas yang menjadi trademark masing-masing daerah tersebut, tak terekcuali daerah yang berada di sebelah selatan Pulau Sumatera. Apalagi kalau bukan Provinsi Sumatera Selatan. Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat salah satu kota besar yang menjadi pusat pemerintahan provinsi ini. Kota tersebut merupakan kota dengan Jembatan Ampera sebagai landmark , yang tak lain tak bukan adalah Kota Palembang. Kota Palembang sendiri adalah ibukota dari Sumatera Selatan yang sangat terkenal dengan makanan khas seperti pempek, tekwan, model, dan lain-lain. Selain makanan, Palembang juga terkenal dengan kebudayaan lain seperti Tari Gending Sriwijaya, Kain Songket, Lagu Cup Mailang, dan lain-lain. Selain kebudayaan seperti tarian dan makanan, Palembang juga merupakan kota yang sangat kaya akan sejarah. Seperti yang kita tahu, ada Kerajaan besar Nusantara yang pernah berd...
Palembang merupakan ibukota dari Sumatera Selatan yang tentunya memiliki bekas jejak persinggahan Tionghoa. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang tidak lepas dari campur tangan peradaban Tionghoa. Salah satunya adalah keberadaan Masjid Al Islam Muhammad Cheng Hoo Sriwijaya Palembang yang biasanya hanya disebut sebagai Masjid Cheng Hoo. Munculnya Masjid Cheng Hoo ini tak dapat dipisahkan dari kebadaan Laksamana Cheng Ho, seorang laksamana Tiongkok. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao, berasal dari Provinsi Yunnan. Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang merupakan kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok, Dinasti Ming. Selama melakukan pelayaran, Cheng Ho sempat tiga kali datang ke Palembang. Menurut masyarakat sekitar, pembangunan Masjid Cheng Hoo yang merupakan perpaduan unsur Cina, Melayu, Nusantara dan Arab menelan biaya hingga 4 miliar rupiah. Disini terdapat tempat pendidikan Al-Quran untuk anak-anak secar...
GKP Palalangon adalah gereja tertua yang ada di Ciranjang, bertempat fi pemukiman desa Palalangon, Ciranjang, kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemukiman tersbeut adalah pemukiman dimana umat kristen paling terkonsentrasi dan salah satu yang masih menerapkan sistem marga dengan nama-nama kristen pada seluruh warganya. Pemukiman ini erbentuk ketika Nederlandsche Zendings Vereeniging (NZV), lembaga misi pekabaran Injil dari Rotterdam, Belanda datang pada tahun 1901 dan prihatin melihat kondisi umat Kristen pribumi yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, NZV mengirim seorang Sunda Bernama B.M. Alkem untuk menemukan lahan pemukiman bagi warga Kristen Pribumi tersebut, hingga jadilah pemukiman yaitu Palalangon yang artinya menara. Pemukiman ini merupakan salah satu pemukiman Kristen terbesar di Jawa Barat, sementara GKP Palalangon sendiri adalah sal;ah satu gerjea tertua di JAwa Barat. #OSKMITB2018
Makam atau Candi yang terletak di Desa Pagiyanten, Kabupaten Tegal ini merupakan peninggalan abad ke 14 yang berbentuk areal pemakaman atau bisa disebut Makam Suro. Pemakaman ini posisinya ada di sebelah barat laut Gapura Desa Pagiyanten. Jadi agak susah ditemukan jika kita tidak bertanya kepada warga sekitar karena tidak adanya papan petunjuk arah. Komplek pemakaman ini luasnya kurang lebih 20 x 20 meter dengan dikelilingi oleh pagar batu bata dengan ketinggian pagar sekitar 120cm. Komplek makam ini pun terdiri dari beberapa sekat atau area. Yang setiap area terdapat pintu masuk yang lebarnya hanya sekitar 80 cm. Adapun area-area tersebut antara lain: a. Area pertama merupakan selasar depan bagunan utama yang merupakan tanah lapang yang ditumbuhi banyak pepohonan. Di area ini ada bangunan yang Nampak kurang terawat yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan ziarah, seperti tikar dari pandan, kayu-kayu, dan lain sebagainya. b. Area kedua merupakan lahan kosong yang berisi jalan se...
Gedung Juang Tambun adalah sebuah situs sejarah yang terletak di kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Sebelum Revolusi Nasional, bangunan ini bernama Landhuis Tamboen atau Gedung Tinggi, dan merupakan pusat tanah partikelir milik keluarga Khouw van Tamboen.Gedung Juang Tambun dan stasiun Tambun yang telah dihancurkan yang terletak di belakang gedung ini, dua-duanya bergaya Art Deco dan merupakan satu kesatuan sejarah tidak terpisahkan. Gedung Juang 45 Bekasi adalah sebuah situs gedung bersejarah pada masa kemerdekaan yang berada di Jl. Sultan Hasanudin No.39, Setiadarma, Tambun Sel., Kabupaten Bekasi, Jawa Barat 17510. Gedung ini sering juga disebut Landhuis Tamboen atau Gedung Tinggi,  seperti nama pemiliknya pada masa lalu, keluarga Khouw Van Tamboen. Gedung ini terletak dipinggir jalan utama, sehingga dapat dilihat dari pinggir jalan langsung ketika melintas, Jalan Sultan Hasanuddin terbilang sebagai jalan utama yan...