Indonesia merupakan negara kepulauan yang terkenal akan kekayaan kebudayaannya. Seluruh daerah di Indonesia pasti memiliki budaya khas yang menjadi trademark masing-masing daerah tersebut, tak terekcuali daerah yang berada di sebelah selatan Pulau Sumatera. Apalagi kalau bukan Provinsi Sumatera Selatan. Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat salah satu kota besar yang menjadi pusat pemerintahan provinsi ini. Kota tersebut merupakan kota dengan Jembatan Ampera sebagai landmark, yang tak lain tak bukan adalah Kota Palembang. Kota Palembang sendiri adalah ibukota dari Sumatera Selatan yang sangat terkenal dengan makanan khas seperti pempek, tekwan, model, dan lain-lain. Selain makanan, Palembang juga terkenal dengan kebudayaan lain seperti Tari Gending Sriwijaya, Kain Songket, Lagu Cup Mailang, dan lain-lain. Selain kebudayaan seperti tarian dan makanan, Palembang juga merupakan kota yang sangat kaya akan sejarah. Seperti yang kita tahu, ada Kerajaan besar Nusantara yang pernah berdiri di Palembang, yaitu Kerajaan Sriwijaya. Peninggalan-peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya yang sangat banyak membuat Palembang memiliki situs-situs kebudayaan yang menjadi pusat peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Salah satu situs tersebut akan penulis bahas di artikel ini, yaitu Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya.
(Sumber : https://www.jejakpiknik.com/taman-purbakala-kerajaan-sriwijaya/)
Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya terletak di sebelah utara Sungai Musi di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Dulunya, taman ini bernama Situs Karanganyar. Secara detail, situs ini terletak di Jalan Syakhyakirti, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Gandus, Palembang. Situs Karanganyar terletak di dataran aluvial yang berhadapan dengan pertemuan antara Sungai Musi dengan Sungai Ogan dan Kramasan. Situs Karanganayar atau Taman Purbakala Kerajaan Srwijaya (TPKS) ini tepat bersebelahan dengan Bukit Siguntang. Situs TPKS ini terbagi atas tiga subsitus, yaitu Situs Karanganyar 1, 2, dan 3. Subsitus terbesar adalah Situs Karanganyar 1. Di situs ini terdapat sebuah kolam berdenah empat persegi panjang yang ditengahnya terdapat dua pulau, yaitu Pulau Nangka dan Pulau Cempaka. Di Situs Karanganyar 2 juga terdapat kolam yang ditengahnya terdapat pulau. Tetapi, kolam dan pulau di Situs Karanganyar 2 lebih kecil dibandingkan dengan Situs Karanganyar 1. Situs Karanganyar 1, 2, dan 3 dihubungkan oleh parit yang berjumlah tujuh buah. Parit yang pertama merupakan parit yang terpanjang dengan panjang sebesar 3 km. Oleh penduduk setempat, parit ini disebut parit Suak Bujang.
TPKS atau Situs Karanganyar ini merupakan taman purbakala bekas kawasan pemukiman dan taman yang dikaitkan dengan Kerajaan Sriwijaya karena di kawasan ini ditemukan jaringan kanal, parit dan kolam yang disusun rapi dan teratur yang memastikan bahwa kawasan ini adalah buatan manusia, sehingga dipercaya bahwa pusat kerajaan Sriwijaya di Palembang terletak di situs ini. Di kawasan ini juga ditemukan banyak peninggalan purbakala yang menunjukkan bahwa kawasan ini pernah menjadi pusat permukiman dan pusat aktivitas manusia. Peninggalan purbakala yang ditemukan antara lain artefak yang menampakkan kehidupan sehari-hari rakyat Kerajaan Sriwijaya seperti manik-manik, struktur batu bata, damar, tali ijuk, keramik, dan sisa perahu. Temuan-temuan tersebut diperoleh saat pembangunan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya maupun melalui kegiatan penyelamatan temuan di sekitar kawasan ini. Rekonstruksi atas fragmen keramik yang banyak ditemukan memperlihatkan adanya penggunaan tempayan, guci, buli-buli, mangkuk, dan piring, sedangkan berdasarkan rekonstruksi dari sisa gerabah menunjukkan pemanfaatan berbagai bentuk tungku atau anglo, kendi, periuk, tempayan, pasu, dan bahkan genteng. Kumpulan temuan-temuan ini menunjukkan betapa padatnya aktivitas keseharian masyarakat yang hidup di kawasan ini pada masa lalu. Situs ini utamanya menampilkan struktur bangunan air berupa kolam, pulau buatan, dan parit. Diperkirakan penduduk yang dulu menghuni kawasan Karanganyar menggali kanal atau parit baik untuk saluran drainase, tata air penangkal banjir, maupun sebagai sarana transportasi untuk menghubungkan daerah-daerah pedalaman di sekitar situs dengan sungai Musi. Pada tahun 1985 dilakukan penggalian arkeologi dan berlanjut pada tahun 1989. Dari penggalian ini ditemukan banyak temuan pecahan tembikar, keramik, manik-manik, dan dan struktur bata. Berdasarkan hasil analisis keramik-keramik China yang ditemukan di kawasan ini berasal dari Dinasti Tang (abad VII-X M), Song (abad X-XII M), Yuan (abad XIII-XIV M), dan Dinasti Qing (abad XVII-XIX M) yang umumnya terdiri dari tempayan, buli-buli, pasu, mangkuk, dan piring. Sedangkan penggalian yang dilakukan di Pulau Cempaka berhasil menampakkan kembali sisa bangunan berupa struktur bata pada kedalaman 30 cm dengan orientasi timur-barat. Selain jejaring kanal, kolam dan struktur bata, di situs ini tidak ditemukan bekas peninggalan bangunan candi atau bekas istana yang signifikan.
Berdasarkan interpretasi dan temuan dari foto udara tahun 1984, situs Karanganyar menampilkan bentuk bangunan air, yaitu jaringan kanal, parit, kolam serta pulau buatan yang disusun rapi. Kemudian, oleh pemerintah Sumatera Selatan, kawasan ini dirombak. Kanal-kanalnya dirapikan sehingga menjadi Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 22 Desember 1994. Di dalam taman purbakala ini terdapat Museum Sriwijaya, yaitu pusat informasi mengenai situs dan temuan Sriwijaya di Palembang. Pada bagian tengah situs ini terdapat pendopo berarsitektur rumah limas khas Palembang yang ditengahnya disimpan replika Prasasti Kedudukan Bukit dalam kotak kaca. Prasasti ini menceritakan mengenai perjalanan Siddhayatra Dapunta Hyang yang dianggap sebagai tonggak sejarah berdirinya kemaharajaan Sriwijaya.
(Sumber : https://semutiren6.blogspot.com/2014/03/taman-purbakala-kerajaan-sriwijaya.html)
Menurut masyarakat sekitar, setelah lebih dari 10 tahun didirikan, fungsi Taman Purbakala Kerajaan Srwijaya sebagai sebagai pusat informasi Kerajaan Sriwijaya dan sebagai daya tarik wisata budaya di Palembang masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian besar masyarakat Palembang sekarang masih belum mengetahui keberadaan taman purbakala ini sebagai peninggalan masa Sriwijaya, apalagi sebagai pusat informasi tentang Sriwijaya. Menurut mereka juga, TPKS kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Meskipun demikian, masih ada masyarakat Palembang yang memanfaatkan tempat tersebut, khususnya umat Buddha. Umat Buddha KBI (Keluarga Buddhayana Indonesia) daerah Palembang sering merayakan upacara hari besar keagamaan di sana. Upacara hari besar keagamaan yang sering dirayakan di sana adalah hari besar Magha Puja. Penulis sendiri sudah mengikuti perayaan Magha Puja di sana selama dua tahun berturut-turut.
Referensi : id.wikipedia.org
#OSKMITB2018
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.