Makam atau Candi yang terletak di Desa Pagiyanten, Kabupaten Tegal ini merupakan peninggalan abad ke 14 yang berbentuk areal pemakaman atau bisa disebut Makam Suro. Pemakaman ini posisinya ada di sebelah barat laut Gapura Desa Pagiyanten. Jadi agak susah ditemukan jika kita tidak bertanya kepada warga sekitar karena tidak adanya papan petunjuk arah.
Komplek pemakaman ini luasnya kurang lebih 20 x 20 meter dengan dikelilingi oleh pagar batu bata dengan ketinggian pagar sekitar 120cm. Komplek makam ini pun terdiri dari beberapa sekat atau area. Yang setiap area terdapat pintu masuk yang lebarnya hanya sekitar 80 cm. Adapun area-area tersebut antara lain: a. Area pertama merupakan selasar depan bagunan utama yang merupakan tanah lapang yang ditumbuhi banyak pepohonan. Di area ini ada bangunan yang Nampak kurang terawat yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan ziarah, seperti tikar dari pandan, kayu-kayu, dan lain sebagainya. b. Area kedua merupakan lahan kosong yang berisi jalan setapak dan beberapa pepohonan peneduh. Di tempat ini juga biasanya petugas makam berjaga. c. Area ketiga hanya ada beberapa makam yang kondisinya kurang terawatt karena terlihat dari nisannya yang sudah lapuk. d. Area keempat banyak pemakaman warga sekitar. Di tempat ini banyak pepohonan besar yang cukup rindang. e. Area kelima merupakan pemakaman utama dari Makam Suro.
Komplek utama Makam Suro ini terdiri dari satu banguan utama yang dindingnya terbuat dari batu bata dan lantai / pondasinya terbuat dari batu kali. Cungkup makamnya terdiri dari dua tingkat. Pada tingkatan bawah tersusun dari genteng tanah liat dan tingkatan paling atas terbuat dari kayu jati. Pintu makam utama ini terbuat dari kayu jati yang sudah terlihat lapuk dengan kunci menggunakan gembok. Untuk dapat masuk ke dalam bangunan ini, sebelumnya kita meminta izin kepada penjaga atau juru kunci terlebih dahulu.
Di dalam bagunan utama ini terdapat sebuah makam sederhana dengan dua buah nisan dari batu. Batas makam hanya dikelilingi dengan beberapa potong kayu. Makam tersebut ditutup dengan kelambu sederhana. Penduduk sekitar mengenalnya dengan makam Mbah Suro / Suroponolawen / Sayid Sarif Abdurrohman seorang dari Baghdad, Irak yang datang sekitar tahun 1400 M ( abad ke-14) dengan tujuan utama untuk menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Makam ini selalu ramai diziarahi warga pada hari Jum'at Kliwon Penelitis Wage, dan tanggal 6 hingga 12 bulan Maulud. Namun tepatnya tanggal 6, 7 dan 8 bulan Maulud lebih ramai lagi karena untuk memperingati bulan Maulud Nabi dan juga tanggal 8 merupakan tanggal wafatnya Mbah Suro dan penyucian benda-benda peninggalan Mbah Suro seperti piring panjang, cangkir (banyak yang sudah pecah) tenong perunggu, wayang kayu, dan lain sebagainya.
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...