×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Tempat/situs sejarah

Elemen Budaya

Produk Arsitektur

Provinsi

Jawa Barat

Gua Belanda dan Gua Jepang

Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM18_16618226_AMANDA ABIELLA RESMANA.

Di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Dago, Bandung, terdapat dua buah situs peninggalan sejarah yang masih sering dikunjungi wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Situs tersebut adalah Gua Belanda dan Gua Jepang. Kedua gua tersebut merupakan peninggalan era kolonialisme Belanda dan Jepang, yang tentunya melengkapi susunan kronologi masa penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia. Tidak heran, masih sering dilakukan kunjungan-kunjungan dari pihak sekolah dan penelitian ke situs ini, dilengkapi dengan pemandu-pemandu yang tersedia di daerah kedua gua tersebut.

Dalam jarak yang tidak terlalu berjauhan, terlihat dua mulut gua, yang secara arsitektur dapat terlihat perbedaan antara keduanya. Gua Belanda memiliki mulut dan celah gua yang lebih tinggi dibandinkan Gua Jepang. Hal tersebut dapat di analisis dari tujuan awal pembangunan gua, Gua Belanda dibangun pada tahun 1912 dengan tujuan awal sebagai kanal penyalur air Sungai Cikapundung guna mendukung dibuatnya pembangkit listrik tenaga air, meskipun setelah beberapa waktu, gua mengalami alih fungsi menjadi tempat tahanan, tempat pertahanan militer, gudang penyimpanan mesiu, dan pusat telekomunikasi Hindia-Belanda. Berbeda dengan fungsi Gua Belanda yang lebih terencana untuk pembuatan PLTA, Gua Jepang yang dibangun pada tahun 1942 dan belum sempat terselesaikan, memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan pemberontak dari pribumi, tempat militer Jepang berjaga, dan untuk menyimpan beberapa amunisi.

Gua Belanda memiliki bentuk bangunan yang tinggi, beberapa besar bagian lantai gua sudah dipasang keramik, memiliki barak-barak tempat tidur, dan memiliki sambungan-sambungan antar ruangan. Gua ini memiliki panjang total 144 meter, dengan 15 lorong dan dua pintu masuk berukuran 3,2 meter. Sirkulasi udara terasa lebih nyaman di gua ini, meskipun pencahayaan sama redupnya dengan Gua Jepang.

Berbeda dengan Gua Belanda, Gua Jepang masih terlihat sangat tradisional. Lantai-lantai gua masih terbentuk oleh tanah dan batuan, bentuk lorong pun jauh lebih pendek dari pada Gua Belanda. Terlihat lebih banyak belokan di gua ini, karena gua ini memiliki panjang hampir dua kalinya Gua Belanda, yaitu sekitar 350 meter.

Bagi wisatawan yang ingin memasuki situs sejarah ini, harus membayar tiket masuk Taman Hutan Raya yang berkisar di 11.000 hingga 15.000 rupiah, dan membayar tiket masuk ke gua sekitar 3000 sampai 5000 rupiah. Karena medan yang sedikit menanjak dan jalan masih berbentuk batu dan tanah, fasilitas ojek pun tersedia di Taman Hutan Raya ini. 

Sedikit cerita mengenai kedua gua ini, dilarang bagi pengunjung untuk menyebutkan nama "Lada". Konon katanya, saat masa penjajahan Belanda dan Jepang, ada sesepuh pribumi bernama Lada yang sangat dihormati oleh orang sekitar. Masyarakat pun sangat segan hanya untuk menyebut namanya. Namun, dengan wafatnya beliau dan seiring berjalannya waktu, nama Lada diubah konotasinya menjadi sesuatu hal yang berbau mistis. 

 

Bagi kalian yang ingin mengunjungi wisata ini, jangan lupa untuk mengenakan sepatu dan membawa senter kecil ya!

 

Referensi:

https://nasional.tempo.co/read/385365/gua-belanda-di-bandung-dibangun-tahun-1912

http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=626&lang=id

#OSKMITB18

Gua Jepang
Gua Belanda

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...