Produk Arsitektur
Produk Arsitektur
Tempat/situs sejarah Jawa Barat Bandung
Gua Belanda dan Gua Jepang

Di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Dago, Bandung, terdapat dua buah situs peninggalan sejarah yang masih sering dikunjungi wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Situs tersebut adalah Gua Belanda dan Gua Jepang. Kedua gua tersebut merupakan peninggalan era kolonialisme Belanda dan Jepang, yang tentunya melengkapi susunan kronologi masa penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia. Tidak heran, masih sering dilakukan kunjungan-kunjungan dari pihak sekolah dan penelitian ke situs ini, dilengkapi dengan pemandu-pemandu yang tersedia di daerah kedua gua tersebut.

Dalam jarak yang tidak terlalu berjauhan, terlihat dua mulut gua, yang secara arsitektur dapat terlihat perbedaan antara keduanya. Gua Belanda memiliki mulut dan celah gua yang lebih tinggi dibandinkan Gua Jepang. Hal tersebut dapat di analisis dari tujuan awal pembangunan gua, Gua Belanda dibangun pada tahun 1912 dengan tujuan awal sebagai kanal penyalur air Sungai Cikapundung guna mendukung dibuatnya pembangkit listrik tenaga air, meskipun setelah beberapa waktu, gua mengalami alih fungsi menjadi tempat tahanan, tempat pertahanan militer, gudang penyimpanan mesiu, dan pusat telekomunikasi Hindia-Belanda. Berbeda dengan fungsi Gua Belanda yang lebih terencana untuk pembuatan PLTA, Gua Jepang yang dibangun pada tahun 1942 dan belum sempat terselesaikan, memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan pemberontak dari pribumi, tempat militer Jepang berjaga, dan untuk menyimpan beberapa amunisi.

Gua Belanda memiliki bentuk bangunan yang tinggi, beberapa besar bagian lantai gua sudah dipasang keramik, memiliki barak-barak tempat tidur, dan memiliki sambungan-sambungan antar ruangan. Gua ini memiliki panjang total 144 meter, dengan 15 lorong dan dua pintu masuk berukuran 3,2 meter. Sirkulasi udara terasa lebih nyaman di gua ini, meskipun pencahayaan sama redupnya dengan Gua Jepang.

Berbeda dengan Gua Belanda, Gua Jepang masih terlihat sangat tradisional. Lantai-lantai gua masih terbentuk oleh tanah dan batuan, bentuk lorong pun jauh lebih pendek dari pada Gua Belanda. Terlihat lebih banyak belokan di gua ini, karena gua ini memiliki panjang hampir dua kalinya Gua Belanda, yaitu sekitar 350 meter.

Bagi wisatawan yang ingin memasuki situs sejarah ini, harus membayar tiket masuk Taman Hutan Raya yang berkisar di 11.000 hingga 15.000 rupiah, dan membayar tiket masuk ke gua sekitar 3000 sampai 5000 rupiah. Karena medan yang sedikit menanjak dan jalan masih berbentuk batu dan tanah, fasilitas ojek pun tersedia di Taman Hutan Raya ini. 

Sedikit cerita mengenai kedua gua ini, dilarang bagi pengunjung untuk menyebutkan nama "Lada". Konon katanya, saat masa penjajahan Belanda dan Jepang, ada sesepuh pribumi bernama Lada yang sangat dihormati oleh orang sekitar. Masyarakat pun sangat segan hanya untuk menyebut namanya. Namun, dengan wafatnya beliau dan seiring berjalannya waktu, nama Lada diubah konotasinya menjadi sesuatu hal yang berbau mistis. 

 

Bagi kalian yang ingin mengunjungi wisata ini, jangan lupa untuk mengenakan sepatu dan membawa senter kecil ya!

 

Referensi:

https://nasional.tempo.co/read/385365/gua-belanda-di-bandung-dibangun-tahun-1912

http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=626&lang=id

#OSKMITB18

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Prajurit pemanah kasultanan kasepuhan cirebon di festival keraton nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU