|
|
|
|
Mengenal Lebaran Cakung Kranggan Tanggal 08 Aug 2018 oleh OSKM_16718030_Sabrina Putri Pamuji. |
Lebaran Cakung Kranggan
“Budaya merupakan suatu keseluruhan yang bersifat kompleks. Keseluruhan tersebut meliputi kepercayaan, kesusilaan, adat istiadat, hukum, seni, kesanggupan dan juga semua kebiasaan yang dipelajari oleh manusia yang merupakan bagian dari suatu masyarakat.” –E.B. Taylor
Seperti apa yang dikemukakan oleh E.B. Taylor, budaya bersifat kompleks yang mencakup beberapa aspek dalam kehidupan suatu masyarakat. Beda kelompok masyarakat, beda juga kebudayaannya. Setiap kelompok masyarakat mempunyai ciri khas budayanya masing-masing. Begitu pula halnya dengan negara kita tercinta, Negara Kesatuan Republik Indonesia. NKRI merupakan negara kepulauan yang penuh dengan kekayaan dan keragaman budaya. Memiliki 34 provinsi menjadikan Indonesia mempunyai ribuan kebudayaan di setiap daerahnya. Salah satu provinsi dengan kekayaan budaya yang melimpah adalah Jawa Barat.
Provinsi Jawa Barat yang memiliki 18 kabupaten dan 9 kota tentu mempunyai keberagaman budaya di dalamnya. Mulai dari alat musik, seni tari, corak seni rupa, ritual dan upacara adat, serta detail arsitektur bangunan. Namun, banyak dari kebudayaan tersebut yang masih kurang dikenal masyarakat lain. Salah satu kebudayaan Jawa Barat yang saat ini belum banyak diketahui orang adalah tradisi ziarah makan massal yang dilakukan oleh penduduk asli Desa Kranggan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
Momen Hari Raya Idul Fitri tentu identik dengan berkumpul bersama keluarga sambil menyantap hidangan khas lebaran. Selain itu, momen ini juga dimanfaatkan masyarakat untuk berziarah ke makam sanak saudara. Namun ada hal yang istimewa dengan makam yang terletak di gang Cakung, Desa Kranggan Gunung Putri. Sebuah makam sepanjang 10 meter dikunjungi ratusan orang setiap tahunnya. Diketahui makam tersebut gabungan tiga makam keturunan dari kerajaan Padjajaran yang wafat sekitar 1500 M yaitu makan mbah Pidin, mbah Rapidin, dan mbah Saipin.
Peziarah yang datang dari berbagai daerah bergantian membaca tahlil dan mendoakan sosok Mbah Pidin yang terkenal sakti dan bijak semasa hidupnya. Mbah Pidin juga dikenal sebagai tokoh pemersatu umat di abad ke-15 dan memiliki keturunan yang banyak tersebar, khususnya di Bogor dan Bekasi. Sedikitnya 8.000 warga dari Bogor maupun luar Bogor memadati kegiatan ini yang merupakan masih keturunan beliau dari Kranggan.
Selain untuk mendoakan Mbah Pidin, tradisi ini juga bertujuan untuk menjaga tali silahturahmi antara warga Kranggan Gunung Putri dan masyarakat Kranggan Bekasi. Menurut tradisi ini, warga Kranggan Bekasi dianggap lebih muda dibandingkan warga Kranggan Gunung Putri, sehingga setiap H+7 Idul Fitri warga Kranggan Bekasi selalu datang mengunjungi warga Kranggan Gunung Putri.
Dalam tradisi ini, ada kegiatan yang unik dan menarik yaitu berebut makanan. Para pengunjung yang datang saling berebut makanan yang telah mereka persiapkan dari rumah masing-masing. Hal ini tentu memperkuat rasa kekeluargaan.
Letak makam yang lumayan dekat dengan rumah saya menjadikan saya turut merasakan euforia pengunjung yang datang walaupun tidak setiap tahun. Saya yang merupakan seorang perantau menjadi tahu lebih banyak tradisi warga sekitar karena tradisi Lebaran Cakung ini. Saya pernah bertanya tentang bagaimana antusiasme warga dalam menyambut Lebaran Cakung dari tahun ke tahun kepada seorang sesepuh Kranggan sekaligus tetangga saya. Saya sempat berpikir bahwa seiring bertambah tahun antusiasme warga akan semakin berkurang karena maraknya arus globalisasi. Dan ternyata salah, setiap tahunnya tradisi ini selalu disambut sukacita oleh para warga, bukan hanya warga Kranggan Gunung Putri dan Kranggan Bekasi, tetapi warga dari berbagai daerah. Mereka bangga untuk selalu memelihara tradisi Lebaran Cakung ini.
Hal ini menjadikan saya lebih sadar dan lebih ingin dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan-kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia adalah jati diri bangsa Indonesia. Hilang kebudayaan berarti hilang juga jati diri bangsa. Jika hilang, maka tidak akan bertahan dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi warga negara dalam menjaga kebudayaan bangsanya.
Generasi Muda, Generasi Penerus Bangsa.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |