×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Elemen Budaya

Produk Arsitektur

Provinsi

Sulawesi Tenggara

Kamali / Malige

Tanggal 17 Jan 2018 oleh hallowulandari .

Kamali atau yang lebih dikenal dengan nama malige berarti mahligai atau istana, yaitu tempat tinggal raja atau sultan dan keluarganya.
Rumah adat ini juga tahan gempa.
 

Istana Sultan Buton (disebut Kamali atau Malige) meskipun didirikan hanya dengan saling mengait, tanpa tali pengikat ataupun paku, bangunan ini dapat berdiri dengan kokoh dan megah di atas sandi yang menjadi landasan dasarnya.


Rumah adat Buton atau Buton merupakan bangunan di atas tiang, dan seluruhnya dari bahan kayu. Bangunannya terdiri dari empat tingkat atau empat lantai. Ruang lantai pertama lebih luas dari lantai kedua. Sedangkan lantai keempat lebih besar dari lantai ketiga, jadi makin keatas makin kecil atau sempit ruangannya, tapi di lantai keempat sedikit lebih melebar.


Seluruh bangunan tanpa memakai paku dalam pembuatannya, melainkan memakai pasak atau paku kayu. Tiang-tiang depan terdiri dari 5 buah yang berjajar ke belakang sampai delapan deret, hingga jumlah seluruhnya adalah 40 buah tiang. Tiang tengah menjulang ke atas dan merupakan tiang utama disebut Tutumbu yang artinya tumbuh terus. Tiang-tiang ini terbuat dari kayu wala da semuanya bersegi empat. Untuk rumah rakyat biasa, tiangnya berbentuk bulat. Biasanya tiang-tiang ini puncaknya terpotong. Dengan melihat jumlah tiang sampingnya dapat diketahui siapa atau apa kedudukan si pemilik. Rumah adat yang mempunyai tiang samping 4 buah berarti rumah tersebut terdiri dari 3 petak merupakan rumah rakyat biasa. Rumah adat bertiang samping 6 buah akan mempunyai 5 petak atau ruangan, rumah ini biasanya dimiliki oleh pegawai Sultan atau rumah anggota adat kesultanan Buton. Sedangkan rumah adat yang mempunyai tiang samping 8 buah berarti rumah tersebut mempunyai 7 ruangan dan ini khusus untuk rumah Sultan Buton.

Rumah adat ini memiliki dua nama yaitu Malige atau Kamali. Hanya rumah raja/sultan saya yang memiliki nama, sedangkan rumah masyarakat lainnya biasanya disebut Rumah Buton. Di Kerajaan/Kesultanan Buton, setiap raja/sultan yang menjabat akan membangun istananya sendiri. Dikatakan Kamali, jika dirumah tersebut ditinggali raja/sultan bersama permaisuri (istri pertama).

Sedangkan sebutan Malige sebenarnya julukan salah seorang Sultan Buton yang saat itu menjabat. Karena dirumahnya saat itu tidak ditinggali permaisuri (permaisuri tinggal di istana lain), maka nama istananya mengikuti julukan sang sultan yang artinya maligai. Namun, nama Malige lebih sering digunakan untuk nama rumah adat ini karena diantara semua istana dan rumah, Malige-lah yang paling besar.

Sampai saat ini, baik istana maupun rumah adat masih dapat dijumpai di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara.

Bila diamati dengan lebih seksama, rumah adat ini seakan-akan terdiri dari bagian kepala, badan, dan kaki yang sarat dengan falsafah orang Buton. Masyarakat Buton memiliki tradisi memberi lubang rahasia pada kayu terbaiknya untuk diberi emas dan menandakan lubang rahasia tersebut sebagai pusar yang merupakan titik central tubuh manusia. Emas tersebut sebagai perlambang bahwa sebuah rumah memiliki hati dan bagi adat Buton, hati adalah laksana intan pada manusia.

Keunikan dari rumah ini ialah sama sekali tidak menggunakan paku namun bisa tetap kokoh berdiri empat lantai. Pada zaman dulu, orang Buton jika akan pindahan, mereka turut membawa rumah mereka sebab rumah adat Buton ini seperti permainan bongkar pasang. Di atas atap, terdapat ukiran nanas dan naga yang merupakan lambang kerajaan dan kesultanan Buton. Keunikan lainnya ialah rumah ini tahan gempa


Adapun susunan ruangan dalam istana ini adalah sebagai berikut:


1] Lantai pertama terdiri dari 7 petak atau ruangan, ruangan pertama dan kedua berfungsi sebagai tempat menerima tamu atau ruang sidang anggota Hadat Kerajaan Buton. Ruangan ketiga dibagi dua, yang sebelah kiri dipakai untuk kamar tidur tamu, dan sebelah kanan sebagai ruang makan tamu. Ruangan keempat juga dibagi dua, berfungsi sebagai kamar anak-anak Sultan yang sudah menikah. Ruang kelima sebagai kamar makan Sultan, atau kamar tamu bagian dalam, sedangkan ruangan keenam dan ketujuh dari kiri ke kanan dipergunakan sebagai kamar anak perempuan Sultan yang sudah dewasa, kamar Sultan dan kamar anak laki-laki Sultan yang dewasa.


2] Lantai kedua dibagi menjadi 14 buah kamar, yaitu 7 kamar di sisi sebelah kanan dan 7 kamar di sisi sebelah kiri. Tiap kamar mempunyai tangga sendiri-sendiri hingga terdapat 7 tangga di sebelah kiri dan 7 tangga sebelah kanan, seluruhnya 14 buah tangga. Fungsi kamar-kamar tersebut adalah untuk tamu keluarga, sebagai kantor, dan sebagai gudang. Kamar besar yang letaknya di sebelah depan sebagai kamar tinggal keluarga Sultan, sedangkan yang lebih besar lagi sebagai Aula.


3] Lantai ketiga berfungsi sebagai tempat rekreasi


4] Lantai keempat berfungsi sebagai tempat penjemuran. Disamping kamar bangunan Malige terdapat sebuah banguan seperti rumah panggung mecil, yang dipergunakan sebagai dapur, yang dihubungakan dengan satu gang di atas tiang pula. Di anjungan bangunan ini di pergunakan sebagai kantor anjungan. Pada bangunan Malige terdapat 2 macam hiasan, yaitu ukiran naga yang terdapat di atas bubungan rumah, serta ukiran buah nenas yang tergantung pada papan lis atap, dan dibawah kamar-kamar sisi depan.

Adapun kedua hiasan tersebut mengandung makna yang sangat dalam, yakni ukiran naga merupakan lambang kebesaran kerajaan Buton. Naga dikenal sebagai binatang yang sakti serta cerdas. Ini melambangkan kerajaan Buton yang pernah berkuasa dan juga memiliki kecerdasan seperti naga. 

Sedangkan ukiran buah nenas, dalam tangkai nenas itu hanya tumbuh sebuah nenas saja, melambangkan bahwa hanya ada satu Sultan di dalam kerajaan Buton. Buah nanas dapat tumbuh di mana saja. Apakah itu di daerah berpasir, berbatu, ataupun dalam iklim yang bagaimanapun. Ini menyimbolkan masyarakat Buton dapat beradaptasi di mana saja. Nanas juga punya daun berduri yang berarti Buton punya kekuasaan yang tak dapat sembarangan diganggu. Meski demikian, nanas memiliki daging buah yang manis dan segar, pertanda bahwa orang-orang Buton walau punya kekuasaan, namun baik hatinya.

Bunga nenas bermahkota, berarti bahwa yang berhak untuk dipayungi dengan payung kerajaan hanya Sultan Buton saja. Nenas merupakan buah berbiji, tetapi bibit nenas tidak tumbuh dari bibit itu, melainkan dari rumpunya timbul tunas baru. ini berarti bahwa kesultanan Buton bukan sebagai pusaka anak beranak yang dapat diwariskan kepada anaknya sendiri. Falsafah nenas in dilambangakan sebagai kesultanan Buton, dan Malige Buton mirip rongga manusia.

 
Sumber:
  1. http://tradisi-tradisional.blogspot.co.id/2015/09/kebudayaan-suku-buton.html
  2. http://greatbuton.blogspot.co.id/2009/08/rumah-adat-buton-maligekamali.html
  3. http://esdenart.blogspot.co.id/2012/10/miniatur-rumah-tradisionaladat-sulawesi.html
  4. http://titiw.com/2014/10/30/makna-naga-dan-nanas-kota-bau-bau/

DISKUSI


TERBARU


Piring Batak (M...

Oleh Janis | 13 Jul 2024.
Piring

Arti kata marsipanganon adalah makan bersama menggunakan satu piring. Terbuat dari kayu yang dibentuk menjadi piring besar, alat tersebut dipakai unt...

Ulos Bolean Na...

Oleh Batakologi | 09 Jul 2024.
Ulos (Kain Wastra)

Ulos Bolean Na Margatip merupakan ulos (kain wastra) yang digunakan pada saat acara berduka akan kematian atau musibah yang melanda. Ulos ini digunak...

Sangsang Horbo

Oleh Batakologi | 09 Jul 2024.
Makanan

Dalam pesta Batak, sangsang merupakan salah satu makanan yang biasa dihidangkan untuk para tamu, dan biasanya menggunakan daging babi. Namun ketika T...

Indahan Songko

Oleh Batakologi | 09 Jul 2024.
Makanan

Pada saat Tim Ekspedisi Batakologi menghadiri Acara Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak di Samosir, terdapat salah satu hidangan yang disajikan pad...

Ihan Batak Nani...

Oleh Batakologi | 09 Jul 2024.
Makanan

Naniura adalah makanan khas Batak yang bahan utamanya adalah ikan. Keunikan dari naniura adalah daging ikan yang tidak dimasak menggunakan panas, tet...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...