Marwas adalah salah satu alat musik tepuk atau yang sering disebut juga dengan perkusi. Alat musik ini merupakan kolaborasi antara kesenian dari Timur Tengah dan Betawi, dan memiliki unsur keagamaan yang kental. Hal tersebut tercermin dari berbagai lirik lagu yang dibawakan oleh alat tersebut yang merupakan pujian dan kecintaan kepada Sang Pencipta. Kesenian marawis berasal dari negara timur tengah terutama dari Yaman. Nama marawis diambil dari nama salah satu alat musik yang dipergunakan dalam kesenian ini. Lagu-lagu yang berirama gambus atau padang pasir dinyanyikan sambil diiringi jenis pukulan tertentu. Sumber : https://semuatentangprovinsi.blogspot.com/2016/05/alat-musik-tradisional-provinsi-gorontalo.html
Rebana (bahasa Jawa: terbang) adalah gendang berbentuk bundar dan pipih yang merupakan khas suku melayu. Bingkai berbentuk lingkaran terbuat dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing. Kesenian di Malaysia, Brunei, Indonesia dan Singapura sering memakai rebana bersama gambus digunakan untuk mengiringi tarian zapin. Rebana juga digunakan untuk melantunkan kasidah dan hadroh. Di bumiayu, rebana juga dijadikan sebagai lambang kota tersebut. Rebana digunakan oleh para leluhur sejak dahulu sebelum masuknya Islam di Gorontalo dan sebagiannya lagi setelah masuknya Islam di Gorontalo, pada masa Sultan Amai (1425) dan juga digunakan oleh rakyat Gorontalo untuk mengiringi tarian dan ritual upacara adat lainnya. (Suwardi Bay dan Farha Daulima, 2006). Sumber : https://semuatentangprovinsi.blogspot.com/2016/05/alat-musik-tradisional-provinsi-gorontalo.html
Alat musik tradisional Gorontalo lainnya yang dikenal adalah Gambusi. Alat musik gambusi merupakan alat musik gambus yang bisa kita temukan pula di Provinsi lain di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Alat musik gambusi memiliki 9 senar dan dibunyikan dengan cara dipetik. Sumber : http://www.tradisikita.my.id/2016/09/5-alat-musik-tradisional-gorontalo.html
Dulu di salah satu daerah di Gorontalo, ada seorang laki-laki bernama Lahilote. Ia tinggal seorang diri. Kegemarannya adalah berburu. Ia berbadan tegap dan memiliki kemauan kuat. Suatu hari saat berburu, Lahilote mendengar suara ribut-ribut dari kolam yang berada di dalam hutan. Lahilote pun mendekati asal suara itu. Ketika sampai, Lahilote terkejut karena menjumpai tujuh wanita sedang mandi. Setelah mandi, ketujuh wanita cantik tersebut terbang ke angkasa. Suatu hari, Lahilote menemukan selendang di tengah hutan. Ia pun menyimpan selendang itu dan menyimpannya di rumah. Setelahnya, ia kembali ke hutan untuk berburu. Di sana, ia menjumpai seorang bidadari yang sedang menangis sendirian. Bidadari itu ditinggal teman-temannya terbang ke angkasa. Sambil menangis, bidadari itu mencari selendangnya. Lahilote kemudian mendekati bidadari itu. Ia pun menghibur bidadari itu dan berjanji akan melindunginya. Nama bidadari itu adalah Boilode Hulawa. Kemudian, keduanya berangkat me...
Dahulu jika penduduk Gorontalo akan menjadikan hutan untuk dijadikan lahan pertanian, maka diadakan suatu upacara. Upacara ini dimaksudkan untuk meminta izin kepada si penjaga hutan tersebut. Mereka percaya bahwa barang siapa yang menebang hutan tanpa izin penjaganya (setan) melalui suatu upacara, maka akan mendatangkan bencana alam, menyebabkan penduduk jatuh sakit bahkan kematian. Itulah sebabnya terlebih dahulu diadakan upacara, selain bertujuan menyelamatkan mereka yang akan menebang hutan, juga agar tanah yang akan ditanami nanti, mendatangkan hasil sesuai yang diharapkan. Upacara membuka hutan (momu'o o'ayuwa) dilakukan oleh penduduk sebagai tanda permintaan izin kepada si penjaga hutan (setan). Upacara dilakukan pada hari senin, jumat, dan ahad dimulai pagi hari disesuaikan dengan pasang surutnya air di laut. Menurut kepercayaan penduduk bahwa upacara yang dimulai bertepatan dengan air pasang, kayu-kayu yang ditebang banyak mengandung air sehingga mudah dimakan rayap sedangk...
Upacara menolak wabah penyakit atau dalam bahasa Gorontalo disebut molembo'o adalah upacara yang dilaksanakan untuk memberi makan kepada setan yang dipercaya oleh penduduk sebagai penyebab penyakit. Upacara ini dilaksanakan pada tanggal 11,13,15,17 bulan di langit dan waktunya bertepatan dengan sholat maghrib karena pada saat sholat maghrib, setan berada di tempatnya sehingga mudah untuk dijinakkan. Tempat pelaksanaan upacara : di lereng gunung, di bawah pohon besar, di pinggir sungai/danau/laut (tempat-tempat ini paling disukai setan). Bahan yang disiapkan : gendang, kain merah, nyiru, tembakau, saguer (bohito), mayang pinang, ayam panggang, telur rebus, nasi kuning, nasi merah, dan jeruk. Selanjutnya, orang yang mahir berhubungan dengan setan (wombua) membakar kemenyan sambil bersiul lalu dia berteriak memanggil raja setan dan anak buahnya. Setelah itu, gendang dipukul 7 kali, orang-orang yang kemasukan setan atau kesurupan masuk ke balai (banthayo) dengan gerakan setan. Panggoba...
Mopo'a huta artinya memberi makan kepada tanah sebagai tempat tanaman bertumbuh. Penduduk percaya bahwa kegagalan panen disebabkan oleh murkanya si penjaga tanah dalam hal ini adalah setan. Itulah sebabya upacara ini disebut juga dengan mopo'a lati (memberi makan kepada setan). Penduduk percaya dengan memberi perhatian kepada penjaga tanah (setan), maka panen mereka akan berhasil dengan produksi yang meningkat. Upacara mopo'a huta atau memberi makan kepada si penjaga tanah (setan) dilakukan agar tanah pertanian menjadi subur sehingga mendatangkan hasil yang banyak. Waktu pelaksanaan upacara yakni malam jumat setelah sholat maghrib ketika bulan terang (tanggal 11,13,15,17,19) menurut peredaran bulan di langit. Masyarakat percaya bahwa pada saat-saat tersebut setan penjaga tanah mulai keluar dari tempatnya dan gentayangan melakukan pengrusakan tanaman bahkan mengganggu manusia. Saat itulah disajikan makanan untuk mereka. Bahan yang disiapkan selain makanan juga sirih, pinang, tembak...
Dahulu, daerah Limboto merupakan hamparan laut yang luas. Di tengahnya terdapat dua buah gunung yang tinggi, yaitu Gunung Boliohuto dan Gunung Tilongkabila. Kedua gunung tersebut merupakan petunjuk arah bagi masyarakat yang akan memasuki Gorontalo melalui jalur laut. Gunung Bilohuto menunjukkan arah barat, sedangkan Gunung Tilongkabila menunjukkan arah timur. Pada suatu ketika, air laut surut, sehingga kawasan itu berubah menjadi daratan. Tak beberapa lama kemudian, kawasan itu berubah menjadi hamparan hutan yang sangat luas. Di beberapa tempat masih terlihat adanya air laut tergenang, dan di beberapa tempat yang lain muncul sejumlah mata air tawar, yang kemudian membentuk genangan air tawar. Salah satu di antara mata air tersebut mengeluarkan air yang sangat jernih dan sejuk. Mata air yang berada di tengah-tengah hutan dan jarang dijamah oleh manusia tersebut bernama Mata Air Tupalo. Tempat ini sering didatangi oleh tujuh bidadari bersaudara dari Kahyangan untuk mandi dan bermain s...
Dulu di salah satu daerah di Gorontalo, ada seorang laki-laki bernama Lahilote. Ia tinggal seorang diri. Kegemarannya adalah berburu. Ia berbadan tegap dan memiliki kemauan kuat. Suatu hari saat berburu, Lahilote mendengar suara ribut-ribut dari kolam yang berada di dalam hutan. Lahilote pun mendekati asal suara itu. Ketika sampai, Lahilote terkejut karena menjumpai tujuh wanita sedang mandi. Setelah mandi, ketujuh wanita cantik tersebut terbang ke angkasa. Suatu hari, Lahilote menemukan selendang di tengah hutan. Ia pun menyimpan selendang itu dan menyimpannya di rumah. Setelahnya, ia kembali ke hutan untuk berburu. Di sana, ia menjumpai seorang bidadari yang sedang menangis sendirian. Bidadari itu ditinggal teman-temannya terbang ke angkasa. Sambil menangis, bidadari itu mencari selendangnya. Lahilote kemudian mendekati bidadari itu. Ia pun menghibur bidadari itu dan berjanji akan melindunginya. Nama bidadari itu adalah Boilode Hulawa. Kemudian, keduanya berangkat menuju rumah...