Ritual Selametan Upacara Bekakak atau sering juga disebut Saparan merupakan upacara adat masyarakat yang hingga kini masih diperingati oleh masyarakat di Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Bekakak berarti korban penyembelihan hewan atau manusia. Hanya saja, manusia yang dimaksud di dalam upacara ini yaitu tiruan manusia yang berwujud sepasang boneka pengantin dalam posisi duduk bersila, terbuat dari tepung ketan yang berisi cairan gula merah. Disebut Saparan karena upacara ini dilaksanakan pada bulan Sapar (Syafar), bulan kedua dalam kalender Hijriah (Islam). Menurut cerita, selametan upacara Bekakak bermula dari sebuah musibah yang menimpa dua orang abdi dalem (pegawai keraton) Sultan Hamengkubuwono I. ∞∞∞ Pada 1755, Pangeran Mangkubumi dinobatkan sebagai raja pertama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwono I. Sebagai raja baru, ia berm...
Selepas bulan ramadhan yang suci dan penuh berkah,dimana kebanyakan dari masyarakat Muslim melakukan kegiatan keibadahan lebih banyak dibandingkan bulan lainya,Hampir seluruh masyarakat Muslim indonesia menyempurnakanya dengan saling meminta maaf kepada sesama agar kita kembali ke jalan yang benar dan tidak ada lagi dosa yang tertinggal di hati setelah saling berinteraksi selama setahun.Momentum maaf-maafan setelah bulan ramadhan ini biasa disebut Halal Bi Halal. Halal Bi Halal sendiri ternyata merupakan tradisi khas indonesia,bukan merupakan serapan dari Arab maupun belahan dunia manapun.Walau menggunakan bahasa arab,ternyata Halal Bi Halal juga merupakan istilah yang diciptakan oleh Masyarakat indonesia sendiri.Karena secara bahasa,halal bi halal berarti sama sama halal.Memang cukup aneh bila diartikan,namun melalui berbagai pendekatan teori,halal bi halal juga bisa berarti "mendapatkan yang halal dengan halal",atau bisa juga berarti "Halal dibalas dengan halal". Sejarahny...
Dalam adat istiadat Jawa banyak di ketahui beragam pusaka warisan leluhur, salah satunya yaitu Cupu, yang diberi nama Cupu Panjalo. Orang-orang Yogyakarta telah demikian familiar tentang pusaka ini lantaran tuahnya yang terkenal keramat. Dalam satu tahun sekali, kain pembungkus cupu di buka serta nampak sinyal tanda zaman sebagai peringatan untuk anak turun serta orang-orang yang meyakini. Ketenaran cupu tak lepas dari ketepatan perkiraan atau ramalan seperti ada dalam deskripsi yang tertoreh diatas lembaran kain mori pembungkusnya. Menurut kisah leluhur, Cupu Ponjolo berjumlah tiga buah, diketemukan di laut oleh Kyai Panjolo yang tengah menjala ikan di laut. Oleh orang-orang Desa Mendak, Girisekar, Panggang, Gunung Kidul diakui bisa memberikan perlambang (pertanda) serta ramalan perihal hari esok desa itu. Ketiga buah cupu ditempatkan didalam kotak serta dibungkus dengan beberapa ratus lapis kain mori, disimpan di ruang spesial. Waktu upacara Cupu Ponjolo, bungkus kai...
Warga Padukuhan Mendak, Girisekar, Panggang, Gunungkidul punya tradisi membuka pusaka Cupu Kyai Panjolo setiap malam Selasa Kliwon Mangsa Kapapat. Sesuai penanggalan Jawa hari itu tepat kemarin (17/10) dini hari. Berikut cerita di balik kesakralan pusaka tersebut. GUNAWAN, Gunungkidul Hujan mengguyur deras seharian sebelum Cupu Kyai Panjolo dibuka. Berkah air dari langit itu bahkan tidak berhenti hingga menjelang malam. Kondisi alam itu tak menyurutkan niat ribuan orang untuk hadir di Padukuhan Mendak untuk menyaksikan pembukaan Cupu Kyai Panjolo yang menjadi tradisi turun-temurun masyarakat setempat. Pengunjung bukan hanya datang dari Gunungkidul. Ada juga warga luar Bumi Handayani. Mereka tumpah ruah memadati halaman dan rumah Dwijo Sumarto yang berbentuk limasan. Dwijo adalah ahli waris keturunan ke-6 Eyang Seyeg, sang pemilik Cupu Kyai Panjolo. Cupu adalah benda berbentuk guci yang terbungkus kain kafan. Benda sakral ini dipercaya mampu memprediksi kejadian setahun...
Bedhaya Tejanata berawal dari sebuah cerita Kanjeng Gusti yang ke VII yang akan menikah dengan seorang putri dari Solo. Putri Solo yang merupakan Putri terkasih dari Pakubuwono XI (BRA. Retna Puwasa). Saat proses ini berlangsung, situasi di Pakualaman secara politik sedang tidak bagus dan sedang merosot. Jadi, proses pernikahan ini juga merupakan sebuah proses diserahkannya Tejanata ke Pakualaman, yang diartikan sebagai sebuah hadiah pernikahan. Teja memiliki makna sebagai sinar dan Nata adalah raja yang secara keseluruhan diartikan sebagai Sinar Raja Solo ( cahaya raja yang memancar), yang kemudian apabila dikaitkan dengan proses pernikahan tersebut, berarti pancaran sinar itu memancar sampai di Pakualaman, serta merupakan sebuah simbol kewibawaan seorang Raja. Bedhaya Tejanata sampai sekarang menjadi penanda penting keberadaa tari-tarian klasik di Pura Pakualaman. Di samping keindahan gerakan tarianyang memancarkan kesederhanaan bedhaya yang dipenuhi pancaran wibawa aura makna...
Orang yang pertama kali menggagas upacara adat Saparan ialah: Bapak Purowidodo (Pak Lurah Widodomartani) bersama Kepala Dukuh Pondok Wonolelo pada tahun 1967. Keduanya memiliki ide dan gagasan untuk melangsungkan upacara dengan mengumpulkan trah atau keturunan Ki Ageng Wonolelo, dan merancang kegiatan yang akan dilaksanakan. Setelah bermusyawarah dan masyarakat bersepakat, semua keturunan Ki Ageng Wonolelo diundang dan diminta untuk mengumpulkan pusaka yang tersebar di beberapa tempat untuk disatukan dan diarak keliling kampong sampai ke tujuan akhir, yaitu kompleks makam Ki Ageng Wonolelo. Pusaka tersebut disimpan di dalam rumah Tiban. Warisan Pusaka Ki Ageng Wonolelo meliputi : Tombak, teken (tongkat) dan baju Ontrokusumo, disimpan di Pondok Wonolelo; kitab suci Al-Qur’an yang ditulis tangan oleh Ki Ageng Wonolelo, disimpan di Kalasan; Potongan Kayu Mustaka Masjid, disimpan di Cangkringan; bandil, disimpan di Jatinom, Klaten; dan kopiah, disim...
Ulasan Singkat Museum Keraton Yogyakarta Museum Keraton Yogyakarta terletak di tengah kota Yogyakarta. Dekat dengan Alun-alun Utara Yogyakarta. Museum ini Bernuansa budaya Jawa dengan daya tarik utama Karaton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Sejaran mencatat bahwa Kraton Yogyakarta telah dibangun sejak masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana I pada 7 Oktober 1756 yang disempurnakan kemudian oleh para sultan berikutnya. Di masa pemerintahan Sultan HB IX, kraton dibuka agar masyarakat luas dapat menikmatinya. Anda akan menyaksikan keagungan, kemegahan, dan kewibawaan para raja dan keluarganya saat memegang pemerintahan dari masa ke masa melalui koleksi kristal, kereta, kain batik, lukisan Raden Saleh, gamelan pusaka, hingga koleksi pribadi Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Museum Keraton Terbagi Dari : Museum Sri Sultan Hamengku Buwono IX Museum Kristal Museum Batik Museum Pameran Lukisan dan Foto Koleksi Museum...