Dalam adat istiadat Jawa banyak di ketahui beragam pusaka warisan leluhur, salah satunya yaitu Cupu, yang diberi nama Cupu Panjalo. Orang-orang Yogyakarta telah demikian familiar tentang pusaka ini lantaran tuahnya yang terkenal keramat. Dalam satu tahun sekali, kain pembungkus cupu di buka serta nampak sinyal tanda zaman sebagai peringatan untuk anak turun serta orang-orang yang meyakini. Ketenaran cupu tak lepas dari ketepatan perkiraan atau ramalan seperti ada dalam deskripsi yang tertoreh diatas lembaran kain mori pembungkusnya.
Menurut kisah leluhur, Cupu Ponjolo berjumlah tiga buah, diketemukan di laut oleh Kyai Panjolo yang tengah menjala ikan di laut. Oleh orang-orang Desa Mendak, Girisekar, Panggang, Gunung Kidul diakui bisa memberikan perlambang (pertanda) serta ramalan perihal hari esok desa itu. Ketiga buah cupu ditempatkan didalam kotak serta dibungkus dengan beberapa ratus lapis kain mori, disimpan di ruang spesial.
Waktu upacara Cupu Ponjolo, bungkus kain mori di buka serta di teliti satu per satu untuk temukan gambar atau motif yang tercantum di kain mori. Gambar itu jadi perlambang atau ramalan pada apa yang bakal berlangsung di hari esok. Upacara ini umum dikerjakan saat malam hari mendekati musim hujan (September-Oktober), pada hari market Kliwon.
Oleh orang-orang Desa Mendak, Girisekar, Panggang, Gunung Kidul diakui bisa berikan perlambang serta ramalan perihal hari esok desa itu. Ketiga buah cupu ditempatkan didalam kotak serta dibungkus dengan beberapa ratus lapis kain mori, disimpan di ruang spesial.
Pada hari selasa Kliwon tanggal 17 Oktober 2017 Sebanyak 47 simbol ditemukan dalam kafan pembungkus cupu peninggalan Kiai Panjolo di Dusun Mendak Girisekar Panggang Gunungkidul. Hal itu diketahui setelah dilakukan pembukaan tumpukan kain mori yang menutup ketiga cupu, yaitu Kenthi wiri, Palangkinantang dan Semarkinandhu tersebut.
Upacara pembukaan Cupu Kiai Panjolo dipimpin Dwidjo Sumarto yang juga trah keturunan Kiai Panjolo. Sedang 47 simbol yang ditemukan dalam bentuk gambar maupun benda. Konon, simbol tersebut merupakan perlambang kejadian alam dalam satu tahun ke depan.
Pada kafan pembungkus cupu Palang kinantang, lembaran pertama ditemukan gambar bintang sebanyak 7 buah membentuk bangun segitiga. Kemudian gambar payung yang dianggap simbol perlindungan penguasa terhadap rakyat, gambar telapak tangan, gambar teko, gambar tokoh wayang Sanghyang Guru (Manikmaya, Girinata) penguasa kahayangan yang dimaknai setiap orang wajib bersyukur atas Karunia dan kemurahan Tuhan Yang Maha Esa.
Juga ditemukan rumput (gulma), ditemukan seekor semut, gambar kendi (tempat menyimpan air) yang diidentikkan dengan simbol kemurahan air, ditemukan gambar bayi, gambar wanita yang dipercayai kasus asusila akan terjadi sepanjang tahun.
"Ditemukan gambar padi dan kapas yang merupakan simbol kemurahan sandang dan surplus pangan," kata Wilujeng Riyanto, salah satu peziarah warga Bero, Manyaran, Wonogiri, Jawa Tengah.
Simbol yang ditemukan juga berupa gambar tikus, gambar tokoh pewayangan Rahwana, gambar tokoh Semar menghadap kiblat. Pada kafan cupu Palangkinantang ditemukan serangga hama tanaman wereng dan beberapa lembar selimut dalam keadaan basah yang dipercayai curah hujan tinggi. Ditemukan sekam jagung, angka 5 dan 7 dan posisi tempat ketiga cupu diletakkan condong ke barat (Kenthiwiri), Cupu Palang Kinantang dan Semar Kinandu posisinya tegak lurus.
Simbol gambar maupun benda yang ditemukan dalam kain pembungkus cupu dibanding tahun lalu lebih banyak. Tahun lalu hanya 36 simbol, saat ini ada 47 simbol. "Berdasar prediksi Cupu Kiai Panjolo bidang pertanian dan perkebunan, budidaya kayu dan hutan rakyat tahun ini masih menjanjikan," imbuh Hadi Suwito, warga Desa Banyusumurup Girirejo Imogiri.
Ritual pembukaan Cupu Kiai Panjolo dihadiri ribuan orang, dimulai pada tengah malam Senin. Diawali kenduri selamatan makan bersama pengunjung selama dua kali dengan selang waktu sekitar dua jam. Setelah makan nasi uduk dengan lauk ayam bacem (ingkung), ritual pembukaan cupu Kiai Panjolo mulai dibuka. Diawali lembar pertama kafan pembungkus cupu oleh juru kunci Dwidjo Sumarto dan diteruskan lembar demi lembar pembungkus ketiga cupu Kenthiwiri, Palangkinantang dan Semarkinandhu. Prosesi pembukaan cupu berakhir hingga fajar Selasa dinihari.
#OSKMITB2018
Sumber :
https://www.jogjaland.net/sejarah-upacara-cupu-panjalo-dan-kepercayaan/
​Foto Cupu Panjalo
Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...
Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...
Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati