Kalkaru Sagu Bengkulu (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
Kalomben (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
Kambing Goreng Areh (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
Gulai pisang adalah makanan khas dari Bengkulu. Meski tak diketahui persis kapan kemunculannya, ia diyakini sebagai sebuah makanan tua peninggalan nenek moyang. Soal rasa, gulai pisang cukup enak untuk dimakan. Pisang lebih menjadi makanan pengganti kala tidak ada ikan atau daging. Bahan-bahan dan cara untuk membuat gulai pisang antara lain: Satu sisir pisang Setengah kilogram santa Bahan untuk bumbu: 3 lembar daun jeruk 2 batang serai 1 ruas lengkuas 1 sendok makan bumbu kari bubuk 50 gram cabai merah keriting 5 buah cabai hijau besar 10 buah cabai rawit besar 3 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 sendok makan ketumbar yang sudah disangrai ½ sendok the merica bubuk ½ sendok teh pala bubuk ½ sendok teh jintan 2 buah kemiri yang sudah disangrai 1 buah kapulaga 3 buah cengkeh 3 cm kayu manis ½ sendok teh gar...
Cumi Pete Sambal Tempoyak adalah resep sambal tempoyak yang dipadukan dengan cumi-cumi dan pete sehingga akan memenjakan lidah bagi para penggemar tempoyak dan merupakan makanan khas baru di bengkulu. Tempoyak adalah daging durian yang difermentasi rasanya asin dan asam sehingga tempoyak memang cocok untuk campuran sambal. Bahan-bahan 500 g cumi 1 papan pete potong² 2 bagian 1 sdm tempoyak 1 butir tomat iris 1 batang sereh geprek 2 cm laos geprek secukupnya Garam dan penyedap secukupnya Minyak goreng Bumbu halus: 5 siung bawang merah 5 siung bawang putih 1/4 cabe merah keriting 20 ml air Langkah Blender semua bumbu halus hingga benar² halus, sisihkan Bersihkan cumi, potong² menurut selera jika ukuran cuminya besar kemudian goreng sebentar supaya saat memasak cumi sudah dalam keadaan matang. Kemudian angkat dan sisihkan Tumis bumbu halus dan tempoyak hingga harum, tambahkan sereh, laos dan pete, masukkan garam dan penyedap secukupn...
Sang Piatu merupakan cerita rakyat dari Bengkulu yang menceritakan seorang anak laki-laki polos dan lugu bernama Sang Piatu yang tinggal di hutan dan jauh dari keramaian kota. Dia tidak mempunyai orang tua lagi sehingga ia tinggal bersama neneknya yang sudah sangat tua. Pada suatu hari neneknya berkata "Hai Sang Piatu nampaknya kau ini sudah besar, maka sudah layak untuk mencari istri. Hanya saja dalam mencari istri, jangan kau cari istri yang banyak bicara, cari ia istri yang pendiam supaya tidak banyak pekerjaan" Mendengar perkataan itu, Sang Piatu menuruti apa kata neneknya dan berkata "kalau demikian, besok pagi-pagi nenek bangun, memasak nasi, memanaskan air, serta masakan sayur sebab aku mau makan pagi" "Baiklah!" jawab neneknya. Keesokan harinya, setelah Piatu makan, segera ia pergi. Dan setelah lama berjalan bertemulah dengan rumah Raja. Di rumah itu banyak orang-orang ramai, Piatu bingung melihat keramaian tersebut dan menanyakan hal itu kepada...
Hari sangat cerah. Matahari bersinar cukup terik. Laut berkilau biru bening. Butir-butir pasir putih disapa ombak. Suara ombak bersahutan dengan camar laut di udara. Namun, sekelompok orang tidak dapat menikmati keindahan itu. Mereka sibuk menebang pohon nipah, bakau, dan kelapa. Mereka tidak menebang seenaknya. Hanya pohon yang sudah cukup tua dan kuat yang mereka pilih. Pohon-pohon yang telah ditebang dibersihkan pelepah atau rantingnya. Setelah bersih, kayu tersebut diseret beramai-ramai ke pantai. Gelondongan-gelondongan kayu itu mereka ikat jadi satu. Mereka menggunakan tali yang terbuat dari kulit kayu. Sepertinya mereka bermaksud membuat rakit. Rakit yang telah jadi ditumpuk menjadi dua lapis dan disatukan dengan rakit lainnya. Hasilnya adalah sebuah rakit yang sangat besar. Seorang pria berteriak-teriak memberi arahan kepada para pekerja. Tubuhnya tinggi tegap. Kulitnya yang sawo matang memerah terpanggang matahari. Dia adalah ketua rombongan itu. Meskipun seorang pimpina...
Tradisi Punggahan dilakukan sebagai bentu rasa syuur dan juga sebagai bentuk untuk berkumul bersama masyarakat di seitar tempat tinggal. Nama Punggahan berasal dari kata 'munggah' yang berarti naik. Maka dari itu tradisi Punggahan ini dipercaya mampu menaikkan derajat manusia dalam menghadapi bulan puasa baik itu secara lahir dan batin. Tradisi ini sudah berlangsung sejak jaman dulu menjelang bulan Ramadhan. Sedangkan di Sumatera tradisi ini berlangsung di amlam pertama Ramadhan. Dalam penyelenggaraannya pun berbeda. Di Labuhanbatu Utara, tradisi Punggahan dilakukan dengan mengadalan makan bersama dengan seluruh warga kampung. Masyarakat desa akan membawa makanan masing-masing dan berkumpul di masjid yang berada di kampung itu. Setelah itu masyarakat akan duduk bersama sebagai bentuk mempererat tali silahturahmi, saling memaafkan dan membersihkan hati kepada tetangga dan sesama. Sedangkan di Batubara, tradisi Punggahan dilakukan dengan memotong hewan ternak seperti kerbau atau lemb...
Jambar adalah salah satu makanan Tradisional Khas Kabupaten Kaur. Jambar adalah simbol perdamaian dan pembayar Nadzar. Jika dunia internasional memiliki konsep perdamaian hanya di awal-awal abad modern. Maka Kabupaten Kaur Bengkulu Indonesia, telah memiliki konsep perdamaian yang diwariskan dari nenek moyang prasejarah. Konsep perdamaian tersebut direpresentasikan dengan makanan jambar. sumber: budayasayo