Tari Balanse Madam berbentuk tari pergaulan dalam tarian tari yang bersifat sosial. Jumblah penarinya 8 orang yang terdiri dari 4 orang wanita dan 4 orang laki-laki. Posisi peneri saling berhadapan antar pasangan yang satu dengan pasangan yang lain.
Fajar baru saja tiba. Matahari mulai menampakkan dirinya di kaki cakrawala. Semburat sinarnya yang kuning keemasan mulai menerangi seluruh alam. Bari, bocah berusia sepuluh tahun itu mulai menuruni tangga Omo Hada miliknya. Omo Hada adalah rumah adat khas suku Nias yang terdapat di Desa Bawomataluo. Pagi ini, ia berniat menjumpai Ina yang tengah sibuk menumbuk padi di dalam lisung batu. Ia sudah tak sabar ingin memulai hari-hari barunya di Tano Niha, sebutan suku Nias untuk menyebut kampung halaman mereka, Tanah Nias. Ia yakin hari ini adalah waktu yang tepat baginya untuk menyapa dunia barunya ini. Sejak kedatangannya sebulan yang lalu, ia sama sekali belum pernah ke luar rumah walaupun hanya sekadar bercengkrama dengan keluarga barunya. “Bari! Mau ke mana kau? Siapa yang suruh kau ke luar rumah?” teriak Ina yang langsung meletakkan alu, alat untu kemnumbuk padi di dalam suatu wadah yang biasanya disebut lisuung batu. Ia bergegas menarik Bari kembali ke dalam Omo Hada mereka....
Panggilan Upiak atau Buyuang bagi orang Minangkabau pada zaman dulu adalah panggilan kesayangan kepada anak perempuan dan anak laki-laki. Panggilan itu dapat pula digunakan untuk menyapa dan menyebut anak-anak yang belum dikenali namanya. Di Nagari Bayang ada seorang anak yang diberi nama Buyuang Kacinduan. Arti nama itu adalah anak laki-laki yang dirindukan. Nama itu diberikan karena Buyuang lahir setelah ayah dan ibunya menanggung kerinduan yang sangat lama untuk memiliki anak. Buyuang Kacinduan benar-benar menjadi seorang anak yang sangat disayangi oleh ayah-ibunya. Namun, meskipun sangat disayang, Buyuang tidaklah tumbuh menjadi anak yang manja. Kedua orang tuanya seperti mempersiapkan bekal untuk kehidupan Buyuang kelak di kemudian hari. Setiap hari Buyuang diajari dengan hal-hal yang baik, seperti harus selalu bersyukur kepada Tuhan, selalu berbuat baik kepada sesama, menyayangi hewan dan tumbuhan, serta rajin membantu pekerjaan ayah-ibu. Semua orang di kampung tempat mereka t...
Tari Ratoh Bantai atau beberapa menyebut Ratoh Bantal, adalah tarian yang berasal dari Aceh Selatan yang memiliki makna. Tarian ini memiliki Makna, Masyarakat aceh selatan yang menyongsong hari depan dan tetap mengutamakan agama sebagai sendi kehidupan yang tidak terpisahkan. Keramahtamahan masyarakat dimunculkan saat memulai tarian Penari ratoh bantai adalah laki laki berjumlah ganjil, dengan pemimpin tari ini berada di tengah-tengah penari. Pemimpin tarian ini disebut Syech dalam tari tradisional Aceh. Syech dipilih berdasarkan kemampuan berolah vokal dan memiliki kecakapan yang lebih dari penari yang lain. Sekilas gerak tarian Ratoh Bantai mirip dengan Tari saman, Ratoh jaroe, Rateb Meusakat, Ratoh duek yaitu ditarikan dengan posisi kaki bersimpuh dan penari duduk sejajar. tatapi yang membedakan tari ratoh bantai dengan tarian aceh yang lainnya adalah dari propertinya, Setiappenari membawa banatalan kecil sebagai properti ciri khas dari ratoh bantai.
Berpantun memang menjadi salah satu ciri khas yang melekat di masyarakat Indonesia. Di lingkungan Sumatra Barat terdapat tradisi berpantun, tepatnya berasal dari Nagari Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok yaitu Kesenian Batombe. Pada mulanya Batombe adalah tradisi yang biasa dilakukan ketika membangun rumah gadang. Masyarakat Nagari Abai membangun rumah yang akan ditempati bersama-sama agar terhindar dari ancaman satwa liar serta cuaca yang tidak bersahabat. Pada intinya tradisi ini tercipta karena hasrat untuk menghibur dan memotivasi orang yang bekerja agar lebih bersemangat. Selain berpantun, tradisi batombe juga mengharuskan para pemainnya untuk menari. Perihal aturan adat yang menjadi syarat dilaksanakannya tradisi kesenian Batombe adalah diawali dengan keberadaan sebatang pohon yang hendak dijadikan tiang Rumah Gadang 21 Ruang. Pohon yang dimaksud tidak bisa ditarik setelah ditebang. Menariknya, tatkala seekor kerbau disembelih, pohon tersebut pun bisa ditari...
Berdirinya Rumah Gadang Minangkabau tidak hanya sebagai tempat tinggal semata saja, melainkan banyak nilai-nilai filosofis dalam membangun Rumah Gadang Minangkabau. Banyak fungsi dari Rumah Gadang Minangkabau dikembangkan dalam pembangunannya, seperti sebagai tempat pertemuan keluarga besar, sarana ibadah, penyimpanan hasil tani, dan yang terakhir sebagai wadah kesenian. Rumah Gadang Minangkabau pada bangunan tampak luarnya dipenuhi dengan ukiran-ukiran di dindingnya dengan gaya Minangkabau. Corak yang ditampilkan pada ukiran Rumah Gadang Minangkabau ini berbentuk flora yang tersusun secara teratur dan geometris. Tidak ada corak atau ukiran yang menggambarkan makhluk bernyawa seperti hewan dan manusia, namun penamaan atau tajuk corak ukiran Rumah Gadang Minangkabau menggunakan nama makhluk bernyawa. Untuk mendapatkan ukiran yang baik komposisi dan bentuknya diperlukan seorang tukang ukir yang tahu unsur-unsur seni tradisi atau yang memiliki jiwa seni dan rasa estetika. Seorang tuk...
DARI KABUPATEN PESISIR SELATAN, SUMATERA BARAT, TRADISI BABIOLA MASIH DILESTARIKAN MASYARAKATNYA. INI ADALAH SENI PERTUNJUKAN TUTUR LISAN YANG BERISI PENUTURAN KABA (CERITA) OLEH TUKANG BABIOLA SECARA BERIRAMA DAN DIIRINGI BIOLA. TRADISI INI DIPENGARUHI OLEH KEDATANGAN BANGSA EROPA KE PESISIR SELATAN PADA ABAD KE XVI. SAAT ITU, BANGSA PORTUGIS MEMBAWA KESENIAN YANG MENGGUNAKAN ALAT MUSIK BIOLA. MASYARAKAT MINANG KALA ITU MENERIMA DENGAN TANGAN TERBUKA DAN CUKUP ADAPTIF DENGAN HAL POSITIF YANG DIBAWA OLEH PARA PENJAJAH INI. MEREKA MENJADIKAN BIOLA SEBAGAI ALAT PENGIRING PENUTURAN KABA (SASTRA LISAN) DI MINANGKABAU. DITAMPILKAN UNTUK MEMERIAHKAN BERBAGAI PERHELATAN MASYARAKAT MAUPUN PEMERINTAH. SAAT INI, BABIOLA TIDAK HANYA DIKONSUMSI OLEH MASYARAKAT ASLI PESISIR SELATAN SAJA, NAMUN JUGA MASYARAKAT MINANGKABAU SECARA UMUM. KARNA BAIK DARI SEGI PLOT, PESAN, SERTA NILAI-NILAI YANG DISAMPAIKAN DALAM TRADISI BABIOLA SELARAS DENGAN NILAI-NILAI YANG DIPEGANG OLEH MASYARAKAT MINANG...
DARI KABUPATEN PESISIR SELATAN, SUMATERA BARAT, TRADISI BABIOLA MASIH DILESTARIKAN MASYARAKATNYA. INI ADALAH SENI PERTUNJUKAN TUTUR LISAN YANG BERISI PENUTURAN KABA (CERITA) OLEH TUKANG BABIOLA SECARA BERIRAMA DAN DIIRINGI BIOLA. TRADISI INI DIPENGARUHI OLEH KEDATANGAN BANGSA EROPA KE PESISIR SELATAN PADA ABAD KE XVI. SAAT ITU, BANGSA PORTUGIS MEMBAWA KESENIAN YANG MENGGUNAKAN ALAT MUSIK BIOLA. MASYARAKAT MINANG KALA ITU MENERIMA DENGAN TANGAN TERBUKA DAN CUKUP ADAPTIF DENGAN HAL POSITIF YANG DIBAWA OLEH PARA PENJAJAH INI. MEREKA MENJADIKAN BIOLA SEBAGAI ALAT PENGIRING PENUTURAN KABA (SASTRA LISAN) DI MINANGKABAU. DITAMPILKAN UNTUK MEMERIAHKAN BERBAGAI PERHELATAN MASYARAKAT MAUPUN PEMERINTAH. SAAT INI, BABIOLA TIDAK HANYA DIKONSUMSI OLEH MASYARAKAT ASLI PESISIR SELATAN SAJA, NAMUN JUGA MASYARAKAT MINANGKABAU SECARA UMUM. KARNA BAIK DARI SEGI PLOT, PESAN, SERTA NILAI-NILAI YANG DISAMPAIKAN DALAM TRADISI BABIOLA SELARAS DENGAN NILAI-NILAI YANG DIPEGANG OLEH MASYARAKAT MINANG...
Indonesia adalah negara besar dengan ragam etnik, bahasa dan agama serta kepercayaan. Penduduknya yang heterogen sangat memungkinkan terjadinya konflik etnik yang muncul disebabkan ketidakpahaman tentang Pancasila sebagai dasar negara. Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan ideologi yang disepakati oleh seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar Pancasila itu dapat dipahami dengan benar maka dibentuklah BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila). Pancasila sebagai pandangan hidup tentu harus diperkuat dengan kebulatan tekad menyatukan pandangan hidup seluruh elemen bangsa, memberikan keyakinan bahwa perbedaan merupakan keniscayaan lahiriah, bahkan rahmat dari Tuhan. Hal ini disampaikan oleh Prof.Yudian Wahyudi sebagai Ketua BPIP yang dapat diakses melalui You Tube Sekretariat Presiden Republik Indonesia (kampus.republika.co.id, diakses 25 Mei 2023). Masih teringat dalam benak penulis bagaimana kejamnya konflik etnik dan agama yang terjadi pask...