Upacara masa kehamilan pada suku bangsa Kaili dikenal 2 macam, yaitu upacara Nolama Tai (upacara selamatan kandungan pada masa hamil pertama) dan upacara Novero (upacara pengobatan apabila sang ibu yang hamil kurang sehat). Kedua upacara ini diuraikan secara terpisah walaupun kedua upacara tersebut sering dilaksanakan sekaligus. Upacara ini adalah upacara selamatan kandungan pada kehamilan anak yang pertama apabila kandungan berusia 7 bulan. Upacara ini sering dinamakan No jemparaka manu (memisah-misahkan bagian daripada daging ayam) atau biasa disebut mantale (membuat sesajian). Nama-nama itu ditonjolkan sesuai dengan penonjolan dari bagian upacara ini yaitu memenggal bagian daging ayam untuk upacara sebagai sesajian utama dalam upacara Nolama Tai. Upacara ini bagi masyarakat Kaili berbeda kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan kedudukan sosial seseorang atau Vati seseorang dalam masyarakat. Maksud Penyelengaraan Upacara Tujuan upacara ini adalah dimaksudkan agar kelah...
Orang bugis menyebutnya tumbu-tumbu, di Toli-toli dinamai sokko tumbu, di Palu namanya Mandura, di kampung Lahola, Kec. Herlang, Bulukumba disebutLegesse. Ini jg teman makan kari / opor dihari lebaran. Bahan-bahan 1 liter beras ketan putih 1 liter beras ketan merah santan secukupnya dari 2 buah kelapa secukupnya garam secukupnya Pandan secukupnya santan kental daun pisang potong selebar 30-40cm tali rapiah air untuk merebus Langkah Rebus santan kental dan garam secukupnya hingga terbentuk kepala santan (bagian kental) biarkan dingin sisihkan Rebus santan lagi untuk dimasak nanti dengan ketan. Aron ketan dengan santan,, garam dan Pandan. Lalu kukus hingga tanak (berlaku untuk ketan putih dan merah) Siapkan cetakan dan daun Pandan yang sudah dilayukan diatas api / dijemur. Cetak ketan (bisa menggunakan paralon yang dipotong setinggi 1 ruas jempol) sambil sesekali dib...
Di Sulawesi Tengah, Banua Mbaso atau disebut juga Souraja merupakan rumah tradisional tempat tinggal turun temurun bagi keluarga bangsawan. Souraja pertama kali dibangun oleh Raja Palu, Jodjokodi, pada tahun 1892. Souraja yang pertama kali dibuat terebut, masih bisa dilihat pada saat ini. Kata Souraja (Sou Raja) dapat diartikan rumah besar, merupakan pusat pemerintahan kerajaan masa lampau, bisa dikatakan sebagai rumah tugas dari manggan atau raja. Selama bertugas, raja beserta keluarganya tinggal di sini. Bangunan Banua Oge atau Sou Raja adalah bangunan panggung yang memakai konstruksi dari kayu dan dengan paduan arsitektur bugis dan kaili. Luas keseluruhan Banua Oge atau Sou Raja adalah 32×11,5 meter. Tiang pada bangunan induk berjumlah 28 buah dan bagian dapur 8 buah. Bangunan Induk sendiri berukuran 11,5 x 24,30 meter, yeng terbagi atas 4 bagian yaitu : a. Gandaria (Serambi) Berfungsi sebagai tempat ruang tunggu untuk tamu. Dibagian depan terletak an...
Alat musik Popondo di Sulteng juga disebut dengan alat musik Talindo atau Popondi (Sulsel). Alat musik Popondo ini terbuat dari kayu, tempurung kelapa, dan senar. Talindo/Popondi merupakan alat musik jenis sitar berdawai satu ( one stringed stick zilher ). Tempurung kelapa berfungsi sebagai resonator. Alat musik ini dimainkan secara tunggal setelah para petani merayakan pesta panen dan untuk mengisi waktu senggang bagi para remaja. Kata Tolindo adalah sebutan yang berasal dari daerah Bugis. Sedangkan kata Popondi adalah sebutan dari daerah Makasar. Alat musik tradisional Talindo / Popondi berbentuk busur seperti tanduk kerbau atau tanduk sapi yang bertumpu pada sebuah tempurung kelapa, di ujungnya atas bagian tanduk dipasang 1 buah senar dan dimainkan dengan cara dipetik. Biasanya alat musik ini dimainkan secara tunggal setelah para petani merayakan pesta panen dan untuk mengisi waktu senggang bagi para remaja. Sumber : https://www.trad...
Sigi, Portalsulawesi.com – Setiap suku memiliki tradisi masing-masing, hal yang sama juga berlaku bagi Suku Kaili di Sulawesi Tengah. ‘Balabe’ misalnya. ‘Balabe’ adalah ritual adat muslim suku Kaili. ’Balabe’ membacakan doa untuk sanak saudara yang telah tiada, sebagai bentuk mengirimkan makanan ke arwah mereka agar mereka juga merasakan apa yang dimakan orang yang masih hidup. ‘Balabe’ biasanya dilakukan setiap memen-momen tertentu, seperti hari raya idul fitri misalnya dan di hari-hari besar lainnya. Sebelum melangsungkan ‘Balabe’ mereka terlebih dahulu menyiram kubur atau ziarah ke makam. “Tradisi ini sudah turun temurun,” kata salah satu Tokoh Adat Kaili di Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah yang akrap dipanggil Ratu (27/6/2017). Menurutnya ‘Balabe’ juga berlaku bagi suku lain, diantaranya Suku Bugis di Sulawes...
Cerita Ngolodio Luka Seluruh Badan ~ Adalah seorang laki-laki namanya To Baka Keo. Ia diasingkan, karena orang merasa jijik bersamanya dikampung itu. Semua badannya luka-luka dan berbau busuk, sehinga perlu diasingkan dan dibuatkan pondok tersendiri. Kemudian datang seekor burung yang bertengger disudut kayu rumahnya. Sementara bertengger, maka menyanyilah burung tersebut. O Ngolodio sumpitlah saya. Sumpitlah saya Ngolodio (Ngolodio adalah panggilan yang diberikan oleh burung kepada To Baka Keo). He siapa yang banyak tahi matanya, dialah yang menyumpit saya," Seru burung tadi, kemudian bernyanyi dan berlagu pula. O Ngolodio sumpitlah saya. Sumpitlah saya Ngolodio. Dengan perasaan marah Ngolodio terus menyumpit burung tersebut. Sementara Ngolodio membidik burung itu menyanyi lagi. O Ngolodio sumpitlah saya. Dalam mata saya yang di sumpit. Begitu disumpit, tepat kena matanya, sehingga jatuh ke...
Kota Palu yang berada tepat di tengah-tengah pulau . Pada awalnya peadaban to-Kaili terletak di pegunungan yang mengintari laut Kaili (saat itu kata Palu belum digunakan, karena lembah Palu masih berupa lautan) yang terdiri dari beberapa Kerajaan lokal. to-Kaili juga terdiri dari beberapa subetnik Kaili diantaranya To-Sigi, To-Biromaru, To-Banawa, To-Dolo, To-Kulawi, To-Banggakoro, To-Bangga, To-Pakuli, To-Sibalaya, To-Tavaili, To-Parigi, To-Kulavi dan masih banyak lagi subetnis Kaili lainnya. To-Kaili mendiami hampir seluruh seluruh Kota Palu, Kab. Donggala, Kab. Sigi dan Kab. Parigimautong. Selain itu to-Kaili juga mempunyai beberapa dialek diantaranya dialek Ledo, Rai, Tara, Ija, Edo/Ado, Unde, dan lain-lain. an dari semua dialek, dialek Ledo merupakan dialek yang umum di gunakan. Semua dialek Kaili merupakan dialek yang dibedakab dari kata "sangkal", karena semua jenis dialek Kaili mengandung pengrartian "tidak". Kaili sendiri konon katanya diambil dari satu jen...
Rumah Souraja Jika rumah Tambi dipergunakan hanya bagi masyarakat dari semua golongan di Provinsi Sulawesi Tengah saja, beda lagi dengan rumah adat dari Souraja. Banua Mbaso atau yang juga kerap disebut juga Banua Oge atau yang sangat lebih sering dikenal dengan nama Souraja adalah rumah tradisional tempat tinggal bagi turun temurun untuk keluarga bangsawan. Souraja ini pertama kali dibangun oleh Raja Palu, Jodjokodi, pada tahun 1892. Souraja yang saat pertama kali dibuat terebut, masih dapat dilihat pada saat ini yakni berada di tengah pusat kota Kaledo (Palu)- Sulawesi Tengah. Kata Souraja (Sou Raja) bisa diartikan rumah besar, dan merupakan pusat pemerintahan kerajaan dari masa lampau, dapat dikatakan sebagai rumah tugas dari manggan atau raja. Selama bertugas, raja beserta dengan keluarganya tinggal di sini. Rumah panggung ini juga adalah paduan arsitektur gaya Bugis (Sulawesi Selatan) dan Kalimantan Selatan, dimana mempunyai 36 buah tiang penyangga pada rumah bagian...
Kota Palu yang berada tepat di tengah-tengah pulau . Pada awalnya peadaban to-Kaili terletak di pegunungan yang mengintari laut Kaili (saat itu kata Palu belum digunakan, karena lembah Palu masih berupa lautan) yang terdiri dari beberapa Kerajaan lokal. to-Kaili juga terdiri dari beberapa subetnik Kaili diantaranya To-Sigi, To-Biromaru, To-Banawa, To-Dolo, To-Kulawi, To-Banggakoro, To-Bangga, To-Pakuli, To-Sibalaya, To-Tavaili, To-Parigi, To-Kulavi dan masih banyak lagi subetnis Kaili lainnya. To-Kaili mendiami hampir seluruh seluruh Kota Palu, Kab. Donggala, Kab. Sigi dan Kab. Parigimautong. Selain itu to-Kaili juga mempunyai beberapa dialek diantaranya dialek Ledo, Rai, Tara, Ija, Edo/Ado, Unde, dan lain-lain. an dari semua dialek, dialek Ledo merupakan dialek yang umum di gunakan. Semua dialek Kaili merupakan dialek yang dibedakab dari kata "sangkal", karena semua jenis dialek Kaili mengandung pengrartian "tidak". Kaili sendiri kon...