Toek merupakan makanan ekstrem khas Mentawai. Toek merupakan sejenis ulat kayu yang berasal dari kayu. Kayu yang dipakai bukanlah kayu biasa, melainkan kayu tumung. Toek biasanya hidup di kayu tumung yang terendam sungai. Hal inilah yang dieksploitasi Suku Mentawai dalam menghasilkan toek. Suku Mentawai kerap membagi kayu tumung panjang menjadi satuan yang panjangnya setengah meter. Setelah itu, mereka merendam kayu tumung tersebut di sungai dan mengikatnya dengan tali agar tidak hanyut. Kayu tumung biasanya direndam selama 3 bulan. Setelah 3 bulan, kayu tumung tersebut diangkat dan dibelah dengan kapak. Di dalam kayu tumung busuk inilah terdapat toek. Toek berbentuk seperti cacing tanah dan berwarna putih kemerahan. Apabila toek dimakan mentah-mentah, rasa toek tersebut gurih. Agar tambah lezat, biasanya warga lokal mencampurnya dengan bawang merah mentah dan cabe rawit yang sudah di iris-iris, kemudian dicampur perasan jeruk nipis dan garam. Toek bisa didapat dengan beternak t...
Toek merupakan makanan ekstrem khas Mentawai. Toek merupakan sejenis ulat kayu yang berasal dari kayu. Kayu yang dipakai bukanlah kayu biasa, melainkan kayu tumung. Toek biasanya hidup di kayu tumung yang terendam sungai. Hal inilah yang dieksploitasi Suku Mentawai dalam menghasilkan toek. Suku Mentawai kerap membagi kayu tumung panjang menjadi satuan yang panjangnya setengah meter. Setelah itu, mereka merendam kayu tumung tersebut di sungai dan mengikatnya dengan tali agar tidak hanyut. Kayu tumung biasanya direndam selama 3 bulan. Setelah 3 bulan, kayu tumung tersebut diangkat dan dibelah dengan kapak. Di dalam kayu tumung busuk inilah terdapat toek. Toek berbentuk seperti cacing tanah dan berwarna putih kemerahan. Apabila toek dimakan mentah-mentah, rasa toek tersebut gurih. Agar tambah lezat, biasanya warga lokal mencampurnya dengan bawang merah mentah dan cabe rawit yang sudah di iris-iris, kemudian dicampur perasan jeruk nipis dan garam. Toek bisa didapat dengan beternak t...
Toek merupakan makanan ekstrem khas Mentawai. Toek merupakan sejenis ulat kayu yang berasal dari kayu. Kayu yang dipakai bukanlah kayu biasa, melainkan kayu tumung. Toek biasanya hidup di kayu tumung yang terendam sungai. Hal inilah yang dieksploitasi Suku Mentawai dalam menghasilkan toek. Suku Mentawai kerap membagi kayu tumung panjang menjadi satuan yang panjangnya setengah meter. Setelah itu, mereka merendam kayu tumung tersebut di sungai dan mengikatnya dengan tali agar tidak hanyut. Kayu tumung biasanya direndam selama 3 bulan. Setelah 3 bulan, kayu tumung tersebut diangkat dan dibelah dengan kapak. Di dalam kayu tumung busuk inilah terdapat toek. Toek berbentuk seperti cacing tanah dan berwarna putih kemerahan. Apabila toek dimakan mentah-mentah, rasa toek tersebut gurih. Agar tambah lezat, biasanya warga lokal mencampurnya dengan bawang merah mentah dan cabe rawit yang sudah di iris-iris, kemudian dicampur perasan jeruk nipis dan garam. Toek bisa didapat dengan beternak t...
Bahan-bahan: 1 kg terigu 1 kg gula 10 butir telur Santan Pewarna makanan sy pakai pasta pandan Cara membuat: Campurkan gula dan tepung terigu Tambahkan santan aduk2 sampai tercampur sempurna Tambahkan telur kemudian tambahkan pewarna makanan Panaskan kukusan, masukan cetakan yang sdh d.lapisi plastik masukan 1 gelas adonan kukus 5 menit kemudian tuangkan lg kukus 5 menit sampai pada ketebalan yang di inginkan...
Alkisah, Di daerah Mandar, Sulawesi Barat, hidup seorang gadis cantik jelita bersama seorang adiknya yang masih berumur sepuluh tahun. Kedua kakak beradik itu adalah yatim piatu. Mereka hidup rukun dan saling menyayangi. Mereka tinggal di sebuah rumah panggung peninggalan orang tua mereka yang berada di tengah hutan belantara, jauh dari permukiman penduduk. Dari kejauhan, rumah mereka hampir tidak kelihatan, karena selain tertutupi pepohonan rindang di sekitarnya, juga diselubungi oleh tanaman paria (pare) yang menjalar mulai dari tiang, tangga, dinding, hingga ke atap rumahnya. Itulah sebabnya, gadis cantik itu dipanggil “Samba` Paria”, yang berarti perempuan yang rumahnya diselubungi tanaman paria. Pada suatu hari, Samba` Paria bersama adiknya sedang asyik menyantap makanan jepa[1] di dalam rumah. Tanpa disengaja, ketika sang Adik akan memasukkan jepa ke dalam mulutnya, tiba-tiba terlepas dari tangannya dan langsung jatuh ke tanah. Mereka membiarkan jepa itu di tanah, karena kotor...
Sumarorong, adalah nama kampung dan sungai yang ada di Kabupaten Mamasa, Propinsi Sulawesi Barat . Arti nama Sumarorong berasal dari lima alasan yang ada di dalam dua cerita rakyat Sulawesi Barat penamaan Sumarorong. Yaitu dari dua kata suma dan rorong. Suma dari kata sumarro. Rorong dari kata makarorrong. Sumarro ‘mengeluh’, ‘meratap’ atau ‘menangis’. Makarorrong, ‘mengenang’ atau ‘merindu’. Mengapa ‘menangis-merindu’ ? Episode Pertama : Di zaman dahulu, berangkatlah Parinding Bassi bersama para pengawalnya dari Kampung Peonan (masuk dalam Kec.Pana sekarang, Kab.Mamasa) menuju daerah Nosu. Di daerah yang sekarang bernama Sumarorong, dipilih bertempat tinggal di salah satu bukit dari tiga bukit yang saling bersambungan yaitu Bukit Tondok Tallu. Tempat tinggi dipilih untuk memudahkan pengamatan terhadap binatang buruan. Suatu hari Parinding Bassi bersama pengawalnya pergi berburu. Mereka tiba di muara ketiga sungai yaitu Sungai Baneaq, sungai yang kini bernama Sungai Sumarorong dan Sun...
Pada zaman dahulu di pesisir Mandar, berdiri sebuah kerajaan yang kaya raya karena hasil bumi yang melimpah. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang zalim dan sewenang-wenang. Sehingga kekayaan alam tersebut hanya melimpah kepadanya serta kerabat sang raja. Sementara masyarakatnya makin hari semakin terpuruk karena hidup miskin. Mereka tak bisa menikmati hasil buminya lantaran didera pajak yang tinggi oleh sang raja. Kebengisan sang raja semakin lengkap sebab dia juga dikenal suka mengambil paksa perempuan muda untuk dijadikan sebagai permaisuri. Padahal dia telah memiliki tiga belas permaisuri. Akibatnya gadis-gadis lebih banyak mengurung diri di dalam rumah, takut suatu saat diculik oleh sang raja. Rakyat yang jenuh dengan kezaliman raja berusaha melakukan perlawanan. Namun, semua itu sia-sia. Sang raja dikenal sakti. Ia juga dikelilingi prajurit-prajurit yang tangkas dan langsung berhasil menggulung setiap upaya pemberontakan. Akhirnya banyak masyarakat yang lari menggunak...
PADA zaman dahulu di daerah Tinambung Mandar, Sulawesi Barat, hidup seorang kakek sebatang kara di sebuah rumah sederhana di tengah-tengah kebunnya. Saban hari si kakek menghabiskan waktu untuk menanam sayur-sayuran, umbi-umbian, jagung, tebu, dan kelapa. Karena keuletan dan ketelitian dalam merawat tanamannya, sehingga hasilnya pun cukup melimpah. Kakek itu memiliki hobby yang aneh. Hampir tiap hari dia minum air tebu tanpa lebih dulu memerasnya. Ia memilih langsung mengigiti batang tebu yang telah dikupas kulitnya. Kemudian mengunyahnya hingga tinggal ampas. Kemudian ampas tebu tersebut ia kumpulkan di ruang tengah rumahnya. Sehingga menggunung di dalam rumahnya. Akibat kebiasaan tersebut, orang kampung memanggilnya Kanne Paummisang, yang artinya dalam bahasa Mandar, Sulbar, kakek yang suka menumpuk ampas tebu di rumahnya. Di mata penduduk, Kanne Paummisang dikenal sebagai orang yang ramah, baik hati, dan dermawan. Hasil kebunnya yang melimpah tak pernah dinikmati sendiri, mel...
Ijo adalah anak laki-laki yang tinggal bersama neneknya yang bernama Tupu di Kampung Tanjung Babia, Mandar Pattae. Sejak umur lima tahun, Ijo sudah ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya ke Pulau Borneo. Disebabkan umurnya yang masih kecil dan belum bisa mengingat apa-apa saat itu, Ijo tidak pernah menanyakan keberadaan ayah dan ibunya kepada Nenek Tupu. Walaupun Ijo hanya tinggal berdua dengan neneknya, ia tidak pernah merasakan kesepian. Begitu pun dengan Nenek Tupu, perempuan tua ini merasa bahagia hidup dengan cucu kesayangannya itu. Rumah tempat tinggal Nenek Tupu dan Ijo dikelilingi oleh pepohonan yang ditanam sendiri oleh Nenek Tupu, seperti pisang, singkong, pepaya, ubi jalar, dan lainnya. Setiap kali hendak memasak, Nenek Tupu tinggal memetik sayur yang tumbuh di sekeliling rumahnya. Di kebunnya yang lain, Nenek Tupu juga punya beberapa batang pohon kelapa dan pohon cokelat. Orang-orang sekitar mengenal Nenek Tupu sebagai petani pohon karena Nenek Tupu seorang yang gemar m...