Pada zaman dahulu, di Desa Sigam hidup sepasang suami-istri. Mereka hidup dari bercocok tanam dan tinggal di sebuah pondok di kaki gunung. Meskipun hidup sederhana, mereka bahagia. Mereka memiliki dua putra, Ambang dan Anding. Sehabis membantu orangtua di ladang, kakak-beradik itu suka bermain-main di dalam hutan. Memanjat pohon dan memetik buah-buahan yang dapat dimakan. Kalau letih, mereka mandi, berendam dan berenang di lubuk. Airnya jernih sekali, karena mengalir langsung dari gunung. Pada suatu hari, mereka lupa waktu dan bermain jauh sekali ke dalam hutan Gunung Sebatung. Anding mengajak Ambang melacak burung yang lolos dari perangkap yang mereka pasang hari sebelumnya. “Sudahlah, tak usah d...
Pada zaman dahulu, Sebelimbingan adalah kota yang makmur. Banyak rumah dan gedung-gedung megah. Warga hidup berkecukupan. Tak ada kemiskinan. Kemakmuran itu bukan karena pertanian, tapi dari pertambangan. Konon, empat prajurit Pangeran Diponegoro yang kalah dalam perang melawan Belanda melarikan diri lewat jalur laut. Berlayar dari pulau ke pulau, mereka tiba di pulau kecil yang dari kejauhan tampak selalu diselimuti kabut. Pulau Laut. Dari pantai, mereka naik ke darat dan merahasiakan asal-usulnya. Kepada penduduk setempat, mereka mengaku sebagai petani yang merantau untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Keadaan masih berbahaya bagi mereka. Kaki tangan Belanda ada di mana-mana. Mereka tak mau ambil risiko: ditangkap, dikembalikan ke Pulau Jawa, dibuang atau dipenjara. P...
Raja Banjar tercenung dengan wajah murung di anjungan perahu kerajaan yang tengah berlayar. Matanya menatap ombak lautan dan burung camar yang beterbangan di kejauhan. Hatinya risau. Pekan lalu, nakhoda perahu dagang asal Hindustan bersama anak buahnya datang ke istana. Gugup dan terbata-bata, nakhoda keling itu melapor. Di perairan muara Kerajaan Banjar, tanpa sebab yang jelas, perahu yang dikemudikannya kandas. Itu adalah laporan yang sudah kesekian kalinya ia terima, baik yang langsung datang dari korban maupun yang dari laporan aparat kerajaan. Kejadian aneh itu juga sering didengarnya dari nelayan dan pelaut dari kerajaan lain. Dalam selimut kabut, sampan dan perahu mereka tiba-tiba kandas. Kejadian aneh itu biasanya malam hari. Saat diperiksa, di bawah sampan atau per...
Di lembah hutan belantara yang dikelilingi pegunungan, bertapa pria bertubuh raksasa dan berpakaian kulit kayu. Tubuhnya besar sekali untuk ukuran manusia zaman sekarang, lebar dadanya lima jengkal. Pertapa itu bernama Tilan. Ia bertapa untuk minta petunjuk dewata, agar mendapat pendamping hidup. Umurnya sudah 45 tahun, tapi belum juga mendapat jodoh. Bertahun-tahun ia bertapa, hingga pada suatu hari: ”Hai, anak muda. Apa yang kau lakukan di sini…?” Seorang tua bertubuh raksasa membangunkan tapa brata Tilan. Saking kerasnya getaran suara orang tua itu, tubuh Tilan terpental puluhan jengkal dari batu tempatnya duduk. Tilan yang sadar dari pertapaannya, kaget dan kontan waspada. Siapa orang ini? Ini bukan orang sembarangan, batinnya “Mohon maaf atas kedangkalan pengetahuan saya pada luasnya dunia, dalamnya laut, dan dan tingginya langit. Sekali lagi, mohon dimaafkan. Dengan siapa gerangan saya berhadapan?” tanya Tilan. “Aku penguasa hut...
Kaharingan adalah kepercayaan tradisional suku Dayak di Kalimantan Pemerintah Indonesia mewajibkan penduduk dan warganegara untuk menganut salah satu agama yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia. Oleh sebab itu, kepercayaan Kaharingan dan religi suku yang lainnya seperti Tollotang (Hindu Tollotang) pada suku Bugis, dimasukkan dalam kategori agama Hindu sejak 20 April 1980. Kaharingan ini pertama kali diperkenalkan oleh Tjilik Riwut tahun 1944, saat ia menjabat Residen Sampit yang berkedudukan di Banjarmasin. Tahun 1945, pendudukan Jepang mengajukan Kaharingan sebagai penyebutan agama Dayak. Sementara pada masa Orde Baru, para penganutnya berintegrasi dengan Hindu, menjadi Hindu Kaharingan. Pemilihan integrasi ke Hindu ini bukan karena kesamaan ritualnya. Tapi dikarenakan Hindu adalah agama tertua di Kalimantan. Sumber: https://infokamu12345.blogspot.com/2013/11/agama-agama-asli-indonesia.html
Di bumi Borneo, Kerajaan Kutai Martadipura muncul pada abad ke-4 Masehi dan selama ini diyakini sebagai kerajaan tertua di Nusantara. Namun, jauh sebelumnya, di belahan lain Pulau Kalimantan, ada kerajaan yang ternyata jauh lebih tua. Namanya Kerajaan Nan Sarunai yang diperkirakan sudah berdiri sedari zaman purba alias prasejarah. Nan Sarunai didirikan orang-orang Dayak Maanyan, salah satu sub suku Dayak tertua di Nusantara, khususnya di Kalimantan bagian tengah dan selatan. Apakah Nan Sarunai sudah layak disebut kerajaan atau belum memang masih menjadi perdebatan. Namun, yang jelas, pemerintahan di Nan Sarunai berlangsung sangat lama. Eksistensi Kerajaan Nan Sarunai baru berakhir setelah datang pasukan Majapahit dari Jawa pada pertengahan abad ke-14 M. Nan Sarunai diruntuhkan, orang-orang Dayak Maanyan tercerai-berai. Namun, nantinya kerajaan ini menjadi embrio terbentuknya entitas masyarakat Kalimantan Selatan, cikal-bakal Kesultanan Banjar. Melacak Nan Sarunai...
Museum Negeri Propinsi Kalimantan Selatan "Lambung Mangkurat", Banjarmasin Openingstijden: Minggu - Sabtu 08:30-16:00, Jumat 08:00-11:00 Plaats: Banjarmasin Provincie: Kalimantan Selatan Land: IND Type organisatie: Museum...
Daerah Banjar terkenal dengan pertanian ladang dan pertanian sawah. Pertanian ladang atau disebut ladang gunung . Di samping menanam padi di ladang, juga ditanam jenis tanaman Sembilan terutama kacang-kacangan. Pertanian di ladang ini menempati tempat kedua setelah pertanian di sawah. Teknik pertanian. Pertanian ladang ini biasanya dilakukan di daerah pegunungan di mana tanah masih banyak dan luas, yang memungkinkan mereka ini untuk berpindah-pindah tempat untuk mencari daerah-daerah yang subur. Untuk pertanian ladang biasanya ada dua macam tanah yaitu tanah yang masih berhutan lebat dan tanah yang hanya ditumbuhi alang-alang. Pada tanah yang berhutan lebat urutan pekerjaan yang dilakukan untuk melaksanakan pertanian ladang adalah menebang dan menebas hutan, memotong kayu dan mebakar kayu tersebut. Sedangkan pada tanah yang hanya ditumbuhi alang-alang yaitu membersihkan dan mencangkul tanah dalam gumpalan-gumpalan kecil dan alat untuk mencangkulnya diperl...
Upacara Baayun Mulud/Baayun Anak merupakan upacara yang ditujukan untuk anak-anak menjelang dewasa, tepatnya ketika usia si anak antara 0-5 tahun. Baayun Mulud terdiri dari dua kata, yaitu baayun dan mulud. Kata Baayun berarti melakukan aktivitas ayunan/buaian. Aktivitas mengayun bayi biasanya dilakukan oleh seseorang untuk menidurkan anaknya. Dengan diayun-ayun, seorang bayi akan merasa nyaman sehingga ia akan dapat tidur dengan lelap. Sedangkan kata mulud (dari bahasa Arab maulud) merupakan ungkapan masyarakat Arab untuk peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, kata Baayun Mulud mempunyai arti sebuah kegiatan mengayun anak (bayi) sebagai ungkapan syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW sang pembawa rahmat bagi sekalian alam. Perlengkapan yang wajib disiapkan pada upacara ini adalah ayunan yang dibuat tiga lapis, dengan kain sarigading (sasirangan) pada lapisan pertama, kain kuning pada lapisan kedua dan kain bahalai (sarung panjang tanpa sambungan) pada lapisan ket...