Wedang ronde adalah nama jenis minuman yang berasal asli dari Indonesia. Minuman ini dibuat dengan cara direbus dan dipadukan dengan jahe sehingga dapat menghangatkan tubuh. Jenis minuman ini adalah minuman sehat sehingga baik dikonsumsi untuk kesehatan tubuh. Untu dapat menikmatinya, anda bisa membuat sendiri dirumah dengan bahan-bahan yang mudah didapat juga cara pembuatan yang sangat sederhana. Minuman ini sangat cocok disajikan ketika sedang musim penghujan atau ketima malam hari cuaca sedang dingin, dan bisa juga dinikmati pada pagi hari ditemani gorengan hangat. Wedang ronde juga termasuk salah satu minuman favorit dikeluarga kami. Untuk itu, anda juga bisa sajikan wedang ronde dalam keluarga anda. Dibawah ini adalah salah satu Resep Membuat Wedang Ronde Hangat Khas Yogyakarta . Resep Wedang Ronde Bahan Ronde...
Resep Wedang Secang adalah salah jenis resep daerah dindonesia yang berasal dari Jawa Tengah dan juga minuman ini yang sangat baik untuk kesehatan karena rempah dalam minuman ini dipercaya mampu menghangakan tubuh, langsung saja kali t4resep membagikan resep dan pembuatanya : Bahan-bahan : 15 gram secang 2 batang serai, ambil bagian putihnya, memarkan 100 gram jahe, bakar 250 gram gula batu 1.800 ml air +Cara membuat : Didihkan air. Masukkan secang, serai, dan jahe diatas api kecil sampai harum. Angkat. Saring. Tambahkan gula batu. Sajikan selagi hangat. +NB : Dalam memasak, ketika merebus, gunakan api yang sedang, namun ketika sudah mendidih kecilkan api. Tunggu beberapa saat hingga hingga sarinya keluar,waktu yang digunakan kurang lebih 15 menit hingga seluruh sarinya keluar. Dalam proses pemasakan lebih baik la...
Resep Wedang Uwuh - Salah satu resep tradisional yang masih eksis sampai sekarang adalah resep minuman Wedang Uwuh. Wedang Uwuh merupakan minuman khas Imogiri, Kecamatan Bantul, Provinsi DIY. Pada awalnya wedang uwuh hanya ada di satu angkringan di dekat makam keluarga raja mataram saja, namun sekarang sudah banyak yang mengenal dan mengkonsumsi Wedang Uwuh diberbagai angkringan di Jogja bahkan sudah ada juga di daerah lain meski tidak sebanyak di Jogja. Asal kata uwuh berasal dari Bahasa Jawa, jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia adalah sampah dedaunan. Dalam perkembangannya, kata uwuh juga bermakna sampah secara umum, sehingga mengesankan kotor dan becek. Nama Wedang Uwuh justru mengundang orang untuk datang, karena penasaran akan kesegaran dan khasiat yang dimilikinya. Sedangkan kata wedang juga berasal dari Bahasa Jawa yang artinya adalah minuman. &n...
Gudeg (bahasa Jawa gudheg) adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek. Ada berbagai varian gudeg, antara lain: Gudeg kering , yaitu gudeg yang disajikan dengan areh kental, jauh lebih kental daripada santan pada masakan padang. Gudeg basah , yaitu gudeg yang disajikan dengan areh encer. Gudeg Solo , yaitu gudeg yang arehnya berwarna putih. Nah Resep gudeg kali ini adalah Gudeg kering dari yogya. Resep Gudeg Jogja Bahan-bahan: 1/2 buah nangka muda (gori) (Jawa: Tewel)...
Sejarah Sekaten Pada tahun 1939 Caka atau 1477 M, Raden Patah selaku Adipati Kabupaten Demak Bintoro, dengan dukungan para Wali membangun Masjid Agung Demak sebagai tempat ibadah dan tempat bermusyawarah para wali. Salah satu hasil musyawarah para wali dalam rangka meningkatkan syiar Islam,selama 7 hari menjelang peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW,diadakan kegiatan syiar Islam secara terus menerus. Supaya menarik pengunjung,dibunyikan 2 perangkat gamelan ciptaan Sunan Giri, dengan membawa gendhing-gendhing tertentu ciptaan para wali,terutama Sunan Kalijaga. Para pengunjung yang menyatakan ingin “ngrasuk” agama Islam setelah mengikuti kegiatan syiar agama Islam tersebut dituntun untuk mengucapkan 2 kalimat syahadat (syahadatain). Dari kata syahadatain yang berarti dua kalimat syahadat itulah menjadi SEKATEN akibat perubahan pengucapan, sebagai istilah ya...
Tradisi Ngalangi adalah upacara khas warga yang digelar oleh penduduk setempat, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas anugerah yang diberikan dan memohon rejeki untuk masa datang. Anugerah yang dimaksud terutama adalah hasil tangkapan ikan yang jumlahnya lumayan, hingga bisa memenuhi kebutuhan. Upacara ini rutin dilakukan setiap tahunnya dan bertempat di Pantai Wediombo. Prosesi upacaranya cukup unik, dimulai dengan membentangkan gawar atau jaring yang dibuat dari pohon wawar. Jenis jaring ini konon digunakan sebelum menangkap ikan sebelum adanya jaring dari senar yang biasa dipakai sekarang. Gawang dibentangkan dari Bukit Kedongkowok hingga wilayah pasang surut pantai. Perentangannya dilakukan saat air pasang tujuannya adalah untuk menjebak ikan yang terbawa ombak sehingga tidak dapat lagi kembali ke lautan. Setelah air surut, ikan-ikan diambil. Warga kemudian sibuk membersihkan dan memasak ikan tangkapan. Sebagian kecil ikan dilabuh lagi ke lautan bersama nasi d...
Kkesenian ini berupa tarian yang khas dari Kulon Progo. Tarian ini dibawakan secara kelompok, dan hanya terdiri atas wanita. Seperti halnya kudal lumping dan beberapa kesenian tradisional lain, pelaku ritual atau seni ini kadang juga mengalami hal yang bersifat trans / lupa diri (tidak selalu). Biasanya juga, ada satu penari yang paling menonjol . Tarian ini diiringi musik gamelan dan solawatan/ nyanian Islami. Dari Wikipedia , diektahui bahwa, tarian yang disajikan dalam kesenian angguk terdiri dari dua jenis, yaitu: Tari Ambyakan, adalah tari angguk yang dimainkan oleh banyak penari. Tarian ambyakan terdiri dari tiga macam yaitu: Tari Bakti Tari Srokal Tari Penutup Tari Pasangan, adalah tari angguk yang dimainkan secara berpasangan. Tari pasangan ini terdiri dari delapan macam, yaitu: Tari Mandaroka Tari Kamudaan Tari Cikalo Ado Tari Layung-layung Tari Intik-intik Tari Saya-cari Tari Jalan-j...
Naskah asli Babad Nitik tersimpan di Perpustakaan (Widyabudaya) keraton Yogyakarta. Babad ini ditulis di atas kertas berukuran folio, dengan tinda hitam, berhuruf Jawa dengan bahasa Jawa Bercampur Kawi, digubah dalam bentuk tembang macapat. Penulisnya tidak diketahui, tetapi diterangkan bahwa ditulis atas perintah Sultan Hamengku Buwono VII. Waktu penulisannya disebutkan dengan Sengkalan “Resi nembah ngesthi tunggal” (1867 Jw/1936 M). Babad Nitik (Sultan Agung) yang seluruhnya terdiri dari tiga puluh lima pupuh tembang itu berisikan pengalaman Sultan Agung sejak masih menjadi putera mahkota, pelantikannya sebagai Sultan dan masa pemerintahannya yang berpusat di keraton Kerto. Diceritakan bahwa sewaktu masih menjadi putera mahkota, beliau mengadakan perjalanan ke seluruh Jawa, Asia Tenggara, Timur Tengah, bahkan ke dasar laut dan alam kedewataan. Semua perjalanan itu dilaksanakan secara gaib. Seperti kita ketahui pada zaman dahulu...
“Mencintai kuliner Indonesia, menginspirasi dunia!” Oleh: Yolanda Victoria Rajagukguk, Marcellus Arnold, Tri Oktaviani, Emely, dan Rio Lawandra Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Ilmu Hayati, Universitas Surya, Tangerang 15810 Jika Anda berkunjung ke Yogyakarta, ada salah satu kuliner yang menarik yang harus Anda coba, yaitu Sangga Buwana. Sangga Buwana ini menjadi salah satu makanan favorit Sri Sultan Hamengkubuwono VIII (HB VIII). Makanan yang biasanya disantap sebagai makanan pembuka ini terdiri dari kue sus, rogut daging, telur ayam rebus, selada, mayones, dan acar. Sangga Buwana terdiri dari kata “Sangga” yang artinya menyangga, dan “Buwana” yang artinya bumi/alam semesta. Secara harafiah makanan ini dapat diartikan sebagai simbol penyangga dunia beserta segala isinya. Bahan makanan yang menyusun makanan ini memiliki arti tersendiri, misalnya kue sus sebagai simbol bumi, selada sebagai simbol tanaman yang menyangga bumi, dan r...