tari
113 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Ma'Raga
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Sulawesi Selatan

Marraga/Mandaga adalah tradisi budaya dari masyarakat suku Bugis dan Makassar. Tradisi unik ini mungkin satu-satunya permainan khas di dunia yang menampilkan kepiawaian memainkan bola dengan tarian. Pemain Marraga/Mandaga biasanya berjumlah 4 sampai 7 orang, memainkan bola rotan secara bergiliran tanpa jatuh ketanah sambil menari-nari dalam berbagai bentuk dan komposisi gerakan. Puncak permainan ini ketika salah satu pemain ditopang naik kepundak masing-masing pemain. Uniknya, bola rotan tetap bisa dimainkan tanpa jatuh ketanah. A dapun istilah raga bersumber dari makna dan fungsi permainan, yaitu siraga-raga artinya saling menghibur. Pada zaman dahulu, seorang pemuda belum bisa menikah jikalau belum mahir bermain raga. Seorang ahli permainan raga merupakan kebanggaan dan dikagumi masyarakat yang berarti turut meningkatkan status sosial seseorang. Raga yaitu sejenis bola yang terbuat dari rotan yang dibelah-belah, diraut halus kemudian dianyam, umumnya berukur...

avatar
Oskm18_16018226_juan
Gambar Entri
Upacara Mapalili
Ritual Ritual
Sulawesi Selatan

Menurut etimology, Mappalili (Bugis) / Appalili (Makassar) berasal dari kata palili yang memiliki makna untuk menjaga tanaman padi dari sesuatu yang akan mengganggu atau menghancurkannya. Mappalili atau Appalili adalah ritual turun-temurun yang dipegang oleh masyarakat Sulawesi Selatan, masyarakat dari Kabupaten Pangkep terutama Mappalili adalah. bagian dari budaya yang sudah diselenggarakan sejak beberapa tahun lalu. Mappalili adalah tanda untuk mulai menanam padi. Tujuannya adalah untuk daerah kosong yang akan ditanam, disalipuri (Bugis) / dilebbu (Makassar) atau disimpan dari gangguan yang biasanya mengurangi produksi. Mappalili memiliki sesuatu yang menggambarkan karakteristik dari masyarakat Pangkep sepenuhnya. Pada pelaksanaan pembangunan upacara Mappalili di setiap kecamatan masih menggunakan beberapa peralatan yang digunakan sejak beberapa tahun lalu. Penggunaan peralatan harus melalui ritual adat yang melibatkan leade kustom, sosialita, dan beberapa pemerintah. Oleh karen...

avatar
OSKM18_16018140_Jonathan Irianto
Gambar Entri
Ma'badong, Tarian Kematian Toraja
Tarian Tarian
Sulawesi Selatan

Tarian Ma'badong adalah salah satu tarian adat dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tarian Ma'badong umumya dilakukan pada saat upacara kematian yang dinamakan Rambu Solo. Tarian ini dilakukan secara berkelompok, dimana para penarinya yang dinamakan Pa'badong membentuk sebuah lingkaran dan kemudian bergandengan tangan dengan cara mengaitkan jari kelingking. Para pa'badong biasanya terdiri dari beberapa pria dan wanita setengah baya, maupun yang tua. Pemimpin badong yang wanita disebut dengan Indo Badong, dan pemimpin pria disebut Ambe Badong. Pemimpin badong lalu melantunkan syair (Kadong Badong) atau seperti riwayat hidup orang yang telah meninggal dunia dari lahir hingga meninggal dengan memberikan kalimat syair serta modus nada untuk dinyanyikan para penari sambil berbalas balasan. Nyanyian badong terdiri dari empat jenis nyanyian yang dinyanyikan secara berturut sesuai dengan fungsinya, diantaranya yaitu badong nasihat, badong, ratapan, badong berarak, dan badong...

avatar
Oskm18_19718294_nurfaiz
Gambar Entri
Tari Mallatu Kopi
Tarian Tarian
Sulawesi Selatan

Tari Mallatu Kopi (Mallattu Kopi, Malattu Kopi) Tarian ini berasal dari Tanah Toraja, tarian ini melambangkan masyarakat saat memanen/memetik kopi. Biasanya dibawakan oleh 6 gadis, diiringi oleh musik dari gendang dan seruling. Busana yang digunakan berupa pakaian adat toraja, dengan tambahan selendang yang dikalungkan di leher serta bakul dari anyaman daun lontar. Selendang digunakan untuk mengumpulkan kopi saat dipetik, dan akan disimpan di bakul saat kopi yang terkumpul sudah banyak. #OSKMITB2018

avatar
OSKM18_16618195_Muhammad Andika
Gambar Entri
Jeppeng (Tari Zapin Bugis)
Tarian Tarian
Sulawesi Selatan

Jeppeng begitu orang Bugis menyebutnya. Tarian ini masih bisa kita jumpai di Pare-Pare 10 tahun yang lalu, yang ditarikan oleh anak anak, dan mendapat aplaus yang meriah ketika ditampilkan di Festival Zapin Nusantara II di Johor Bahru Malaysia tahun 2008. Seiring dengan waktu penari jeppeng khas masyarakat Bugis semakin susah untuk di temukan. Padahal beberapa tahun lalu sempat masuk Musium Rekor Indonesia dengan Penari Jeppeng terbanyak. Tahun lalu ketika Festival Zapin di Riau hanya di hadiri oleh dua orang Penari. Semoga kedepannya tarian ini tetap bertahan dan menjadi kebanggaan masyarakat Pare-Pare.

avatar
Anggrawansyah
Gambar Entri
Tari Kipas Pakarena #SBM
Tarian Tarian
Sulawesi Selatan

Pakarena berasal dari bahasa Makassar  karena  yang artinya main. Dengan mendapatkan prefiks  pa  yang menandakan pelaku, jadi  pakarena  berarti si pemain. Kata  karena  dalam konteks ini diartikan sebagai tari sehingga  pakarena  bisa diartikan penari. Tidak diketahui dengan jelas kapan Pakarena ini mulai ditarikan untuk dan siapa yang menciptakannya, namun yang pasti kesenian ini sempat menjadi tarian resmi istana pada masa Raja Gowa ke-16. Kehadiran tari pakarena seringkali dikaitkan dengan mitologi To Manurung (orang yang turun dari langit) yang berkembang pada masyarakat suku Makassar. Ada dua versi menyangkut hal ini, yang pertama adalah pada saat kerajaan Gowa Purba mengalami chaos dari 9 kelompok pendukungnya. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan seorang sosok pemimpin yang dapat menyatukan mereka. Hingga akhirnya terdengarlah kabar kedatangan seorang puteri yang turun dari langit dan menyatakan kemampuan dalam menye...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Suppa dalam Lontara’ #SBM
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Sulawesi Selatan

Suppa dalam Lontara’ Kebudayaan daerah merupakan sumber potensial yang membantu terbentuknya kebudayaan nasional, memberikan corak dan warna bagi karakteristik pembentukan kepribadian bangsa. Sangat santer kita dengar belakangan ini tentang perlunya penanaman dan ditumbuhkembangkannya kembali karakter dan jatidiri bangsa, seiring mulai menurunnya minat dan kecintaan kita khususnya sebagai warga negara yang menjadi bagian yang terintegrasi sepenuhnya dari bangsa Indonesia akan ragam warisan budaya dan kearifan-kearifan lokal. Hal ini berakibat pada tergerusnya khazanah budaya bangsa dan dapat menyebabkan punahnya warisan leluhur tersebut begitu saja. Sulawesi Selatan sebagai sebuah propinsi yang dihuni oleh beberapa suku bangsa juga memiliki ragam dan varian-varian budayanya sendiri. Etnis Bugis sebagai salah satu etnis mayoritas di daerah ini mewariskan beberapa jenis kebudayaan baik berupa tari-tarian, upacara-upacara adat, peninggalan-peninggalan bekas kerajaan-keraj...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Gandrang #SBM
Alat Musik Alat Musik
Sulawesi Selatan

Gandrang, atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut gendang, adalah salah satu alat music tradisional suku Makassar yang masih dapat bertahan dan didengarkan saat sekarang. Gandrang selain berfungsi sebagai alat pengiring tarian tradisional, juga menjadi penanda diadakannya upacara tradisional, diantaranya upacara pernikahan adat Makassar. Dentuman-dentuman yang keluar dari alat music ini terbukti masih dapat menarik minat masyarakat modern dan dinikmati berbagai kalangan. Gandrang adalah salah satu alat musik yang telah dimainkan jauh sebelum masa kemerdekaan Indonesia, yaitu pada masa pemerintahan Kerajaan Gowa. Jika menilik lekatnya penggunaan gandrang dalam pertunjukan tari pakarena yang diperkirakan telah dipentaskan dan mencapai puncak perkembangannya pada abad ke-16, maka gandrang bisa jadi telah digunakan pada masa itu dalam lingkup istana. Gandrang kemungkinan besar dibawa masuk ke Sulewasi Selatan dalam proses interaksi dan perdagangan dengan masyarakat luar di masanya....

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
La Upe
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Selatan

Alkisah, di sebuah kampung di daerah Sulawesi Selatan, Indonesia, ada seorang anak yatim bernama La Upe. Ia tinggal bersama ayahnya di sebuah rumah kecil di pinggir kampung. Ibunya meninggal dunia sejak ia masih kecil. Ketika ia berumur sepuluh tahun ayahnya menikah lagi seorang janda dari kampung lain yang bernama I Ruga. Sang Ayah berharap agar La Upe mempunyai ibu yang dapat merawat dan menyayanginya. Namun, harapannya berbeda dari kenyataan. Setiap hari I Ruga menyiksa dan memukul La Upe ketika ia pergi ke sawah. Sejak bersama ibu tirinya, hidup La Upe sangat menderita. Ia tidak pernah lepas dari siksaan dan perintah yang berat dari ibu tirinya. Setiap hari, ia disuruh pergi ke sungai untuk memancing ikan. Jika pulang tanpa membawa hasil, ia disiksa dan dipukul dengan tongkat. Begitulah yang dialami La Upe setiap hari tanpa sepengetahuan ayahnya. Pada suatu hari, La Upe disuruh oleh ibu tirinya ke sungai untuk memancing ikan. Setelah mempersiapkan pancing dan umpan yang bany...

avatar
Hamzahmutaqinf