Alkisah, ada seorang pemuda yang sedang menyambit rumput di wilayah Sindang. Ketika ia sedang asyik-asyiknya menyabit rumput turun hujan gerimis. Tidak lama kemudian terlihat ada pelangi. Sang penyabit rumput melihat ujung pelangi jatuh di sebuah sumur milik masyarakat setempat. Merasa heran, pemuda tadi mendekati sumur, namun ia tertegun karena di sumur tersebut ada tujuh orang bidadari yang sedang mandi. Saat ia memperhatikan ketujuh bidadari yang cantik jelita tersebut, terbersit di dalam hatinya untuk mempermainkan salah seorang bidadari. Ia mengambil salah satu baju yang disimpan tidak jauh dari sumur. Setelah merasa cukup bersenang-senang mandi, pada bidadari hendak pergi ke tempat asalnya, kayangan. Setelah mengenakan pakaian, ternyata masih ada salah seorang bidadari masih sibuk mencari pakaiannya. Namun, karena teman-temannya sudah tidak sabar menunggu, akhirnya ia berkata, “Tinggalkan saja aku di sini, nanti jika pakaiannya sudah ketemu akan me...
Diceritakan dalam kisah Babad Tanah Jawa bahwa pada waktu itu yang memerintah Kerajaan Pengging adalah seorang raja bernama Handayaningrat. Beliau mempunyai seorang putri termashur cantiknya di seluruh dunia, bernama Putri Pandankuning, yang merupakan kembang di Keraton Pengging. Bunga-bunga di taman tak berbunga karena malu kepada Sang Retna. Bidadari dari kahyangan tak ada yang seelok paras Sang Putri. Cahayanya sebagai sinar bulan purnama, yang samar-samar bagai berhiaskan bianglala. Cahaya intanpun menjadi suram sinarnya, karena sinar Sang Putri. Madu pun menjadi tak manis dibandingkan dengan manis Sang Putri, bahkan Dewi Ratih, Ratu kecantikan dari cakrakembang, tak dapat mengimbangi cantiknya. Sungguh tak ada yang dapat mengalahkan eloknya. Sinar bintang-bintang tunduk kepada kerlingannya. Sang Raja Handayaningrat pernah memerintahkan seorang pujangga untuk melukiskan kecantikan putrinya, tetapi tak sanggup melaksanakannya, sebab kekayaan bahasanya tak mencukupi. Pendek kata,...
Beberapa literature tentang sejarah Madura baik yang dikupas sejarawan Madura, Zainal Fatah dan Drs.Abdurahman, secara lengkap memaparkan perjalanan lahirnya nama Madura ini. Kelahiran nama Madura berkaitan erat dengan dua tempat yang ada di pulau Garam tersebut. Yakni gunung Geger di Bangkalan dan hutan Nepa di Desa Batioh, kecamatan Banyuates, Sampang. Dari dua tempat ini babak awal perjalanan sejarah Madura bermuara. Mengapa dimulai dari dua tempat ini? Sebab disanalah orang pertama Madura menginjakkan kaki, membentuk system pemerintahan social dan perjalan hidup yang mengandung epos. Konon ceritanya, pada zaman purbakala di kaki gunung Semeru, berdiri kerajaan Medangkemulan yang dipimpin rajanya bernama Sang Hyang Tunggal. Di dalam keraton yang disebut Giling Wesi, Sang Hyang Tunggal hidup bersama permaisuri dan putrinya bernama Raden Ayu Ratna Doro Gung. Dibawah pemerintahan raja yang arif dan bijaksana itu, Medangk...
Cerita berdirinya Negara Islam di Demak, hancurnya Negara Majapahit, dimana saat itulah awal mula masyarakat Jawa meninggalkan agama Buda [Shiwa Buddha] dan berganti memeluk agama Islam.) Prosa dalam bahasa Jawa kasar. Diambil dari catatan induk asli peninggalan K.R.T. Tandhanagara, Surakarta. Diterjemahkan dan diulas kedalam bahasa Indonesia oleh Damar Shasangka (DS, http://www.superkoran.info/content/view/2840/88888889/ ) Tergerak dan terdorong hati ini, setelah mengetahui cerita indah, dari Kyai Kalamwadi (Kalam = Ucapan, Wadi = Rahasia), yang dulu pernah berguru menimba ilmu kepada Raden Budi (Buddhi = Kesadaran), mentaati dan menuruti, apa yang selalu diperintahkan oleh guru, setia menjalankan petunjuk, tekadnya sudah tiada lagi keraguan lahir maupun batin, memuja guru bagaikan dewa itu sendiri. Apapun petunjuk Raden Budi (Buddhi = Kesadaran) sangat jernih, dijunjung dan diresapi didalam hati, benar-benar dihargai lahir maupun batin, tiada peduli walau harus ha...
Purbalingga atau Kota Perwira,banyak sekali mempunyai kisah atau beberapa legenda,salah satu ledenda ini tentang Legenda Kerajaan Jambu Karang. Legenda tentang Jambu karang alias Prabu Lingga Karang, alias haji Purwa, mengakar dalam ranah pikiran warga Purbalingga terutama bagian utara timur laut. Beberapa manuskrip lama ternyata bisa sebagai bukti bahwa nama ini tak sekedar mitos kosong, melainkan tokoh sejarah yang tampaknya seiring jaman kian hilang dari ingatan dan wacana. Teks "Tedhakan Serat Soedjarah Djoedanagaran" koleksi Museum Sana Budaya; teks "Sadjarah Padjadjaran Baboning Tjarios saking adipati Wiradhentaha Boepati Priangan"; "Babad Banyumas" ;"Ceritera Dipati Ukur Versi Bandung";dan "Sudjarahipun Pangeran Djamboe Karang saking Pedjadjaran miwiti saking Sijung Wanara dumugi Pangeran makhdum Tjahjana" adalah beberapa contoh manuskrip dari luar Purbalingga yang menyinggung tokoh sejarah ini. Dari dalam Purbalingga sendiri tersebut beberapa teks baik lama maupun ko...
Ketuk Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini di masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu tapi murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu tari ketuk tilu ini banyak disukai masyarakat terutama di pedesaan yang jarang kegiatan hiburan. Istilah ketuk tilu adalah berasal dari salah satu alat pengiringnya yaitu boning yang dipukul tigakali sebagai isyarat bagi alat instrument lainnya seperti ¿rebab, kendang besar dan kecil, goong¿ untuk memulai memainkan sebuah lagu atau hanya sekedar instrumentalia saja. Dilihat dari aspek pertunjukannya tari ketuk tilu terbagi ke dalam tiga bagian. Bagian pertama, sepengiring melantunkan irama gamelan, rebab dan kendang untuk menarik perhatian masyarakat. Pada bag...
Landak merupakan salah satu kabupaten yang berada di Kalimantan Barat yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Pontianak. Daerah ini tergolong maju lantaran memiliki kekayaan hasil alam di sepanjang sungainya yang membentang, seperti emas dan intan, dan potensi wisata alam yang mengagumkan, seperti air terjun Riam Melanggar maupun Gunung Sehaq. Selain itu, Landak juga mempunyai obyek wisata sejarah yang tak kalah menariknya, yaitu Kraton Ismahayana. Kraton Ismahayana terletak di Jalan Pangeran Sancanata, Desa Raja, Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat. Lokasi kraton atau istana ini berada sekitar 50 meter di sebelah barat Sungai Landak yang membelah Kota Ngabang, atau sekitar 177 kilometer dari Kota Pontianak. Riwayat Kraton Ismahayana ini dibilang cukup panjang. Dimulai dengan adanya ekspedisi ke daerah Melayu yang dijalankan oleh Kertanegara, seorang Raja Singasari, pada tahun 1275. Ekspedisi tersebut akhirnya dikenal de...
Istana Alwatzikhoebillah merupakan salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Sambas yang banyak dikunjungi wisatawan dari dalam maupun luar daerah bahkan wisatawan mancanegara karena Istana Alwatzikhoebillah merupakan peninggalan bersejarah dan lambang kebesaran dan kejayaan kerajaan Islam di Sambas. Istana Alwatzikhoebillah terletak di Desa Dalam Kaum, Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Lokasi istana ini berada pada pertemuan Sungai Sambas Kecil, Sungai Subah, dan Sungai Teberau, yang berjarak sekitar 1 km dari pusat Kota Sambas atau 200 km dari Pontianak. Sejarah mencatat, Istana Alwatzikhoebillah Kesultanan Sambas tumbuh dan berkembang berdasarkan latar belakang sejarah dari dua periode, yakni pada masa Hindu (Majapahit) dan Islam (Brunei). Asimilasi dua periode akhirnya terjadi ketika anak perempuan dari Ratu Sepudak (kerajaan pada masa Hindu) yang bernama Raden Mas Ayu Bungsu, dengan Raden Sulaiman, anak s...
Cirebon merupakan salah satu kota yang ada di wilayah Jawa Barat. Letaknya berada di pesisir pantai utara bagian ujung timur, dan lebih dekat ke wilayah Jawa Tengah ketimbang ke arah ibu kota Provinsi Jawa Barat, Bandung karena memang letaknya berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sehingga, di Cirebon tidaklah mengherankan bila di daerah tersebut ditemui sejumlahnya masyarakatnya ada yang menggunakan bahasa Sunda maupun bahasa Jawa. Inilah salah satu yang membentuk kekhasan Cirebon sesuai dengan istilah Cirebon itu sendiri. Istilah Cirebon, yang termaktub dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari yang disusun oleh Pangeran Arya Carbon pada tahun 1720, disebutkan berasal dari kata Caruban kemudian Carbon dan akhirnya menjadi Cirebon. Awalnya Cirebon hanya merupakan sebuah tempat pemukiman beberapa keluarga yang dikenal dengan nama Tegal Alang-alang, yang kini menjadi Lemahwungkuk. Karena letaknya yang tidak begitu jauh dari la...