×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Kraton

Elemen Budaya

Produk Arsitektur

Provinsi

Kalimantan Barat

Asal Daerah

Pontianak

Kraton Ismahayana Landak

Tanggal 16 Jul 2018 oleh Arum Tunjung.

Landak merupakan salah satu kabupaten yang berada di Kalimantan Barat yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Pontianak. Daerah ini tergolong maju lantaran memiliki kekayaan hasil alam di sepanjang sungainya yang membentang, seperti emas dan intan, dan potensi wisata alam yang mengagumkan, seperti air terjun Riam Melanggar maupun Gunung Sehaq. Selain itu, Landak juga mempunyai obyek wisata sejarah yang tak kalah menariknya, yaitu Kraton Ismahayana.
 
Kraton Ismahayana terletak di Jalan Pangeran Sancanata, Desa Raja, Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat. Lokasi kraton atau istana ini berada sekitar 50 meter di sebelah barat Sungai Landak yang membelah Kota Ngabang, atau sekitar 177 kilometer dari Kota Pontianak.
 
Riwayat Kraton Ismahayana ini dibilang cukup panjang. Dimulai dengan adanya ekspedisi ke daerah Melayu yang dijalankan oleh Kertanegara, seorang Raja Singasari, pada tahun 1275. Ekspedisi tersebut akhirnya dikenal dengan nama ekspedisi Pamalayu.
 


Tujuan awal ekspedisi Pamalayu adalah untuk menjadikan Swarnadwipa (sekarang Sumatera) sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol selain juga ingin mengamankan jalur ekonomi dan politik yang penting dari incaran bangsa Mongol. Di samping itu, Kertanegara juga memerintahkan Kebo Anabrang untuk menguasai Pahang di Semenanjung Malaka dan Balakapura maupun Tanjungpura di Warunadwipa (Kalimantan). Kemudian dilanjutkan ekspansi ke daerah lain di Nusantara. Namun sebelum tercapai semua tujuannya, Kertanegara akhirnya  terbunuh oleh  pasukan Jayakatwang pada tahun 1292.

 

Mendengar Raja Kertanegara wafat, ternyata tidak semua pasukan dalam ekspedisi Pamalayu bersedia kembali ke Jawa. Di bawah pimpinan Indrawarman, sebagian prajurit ekspedisi Pamalayu menetap di Swarnadwipa. Begitu pula halnya, dengan Ratu Sang Nata Pulang Pali I, pemimpin salah satu rombongan, membelokkan armada pasukannya menuju Warunadwipa atau Nusa Tanjungpura.
 
Di pulau yang sekarang dikenal dengan Pulau Kalimantan ini, Ratu Sang Nata Pulang Pali I bersama pengikutnya awalnya singgah di daerah Padang Tikar, kemudian menyusuri Sungai Tenganap, dan akhirnya berlabuh di daerah Sekilap atau yang disebut juga Sepatah. Di tempat inilah, Ratu Sang Nata Pulang Pali I mendirikan Kerajaan Landak, dan nama Sekilap kemudian diganti menjadi Ningrat Batur atau Angrat (Anggerat) Batur.
 
Periode pemerintahan Kerajaan Landak di Ningrat Batur berlangsung 180 tahun (1292-1472) lamanya. Selama di Ningrat Batur, kerajaan ini dipimpin oleh tujuh raja, yaitu Ratu Sang Nata Pulang Pali I hingga Abhiseka Ratu Brawijaya Angkawijaya (Ratu Sang Nata Pulang Pali VII). Pada masa pemerintahan Ratu Sang Nata Pulang Pali VII, Kerajaan Landak memiliki kompleks istana terpadu. Di istana ini, beliau menikahi Putri Dara Hitam yang kemudian menjadi permaisuri kerajaan. Dari perkawinan tersebut, Ratu Sang Nata Pulang Pali VII memiliki keturunan bernama Abhiseka Sultan Dipati Karang Tanjung yang sekaligus merupakan putra mahkota. Setelah Raja Landak terakhir di Ningrat Batur tersebut mangkat, sang putra mahkota kemudian naik tahta dan bergelar Pangeran Ismahayana (memerintah tahun 1472-1542).
 
Pada era pemerintahan Pangeran Ismahayana, pusat kerajaan dipindahkan ke area hulu Sungai Landak, yang kemudian dikenal dengan nama Mungguk Ayu. Setelah menganut agama Islam, Pangeran Ismahayana berganti nama menjadi Raden Abdul Kahar dengan bergelar Raden Dipati Karang Tanjung. Dari perkawinannya dengan Nyi Limbaisari yang bergelar Raden Ayu diperoleh dua orang putra, yaitu Raden Tjili Tedung dan Raden Tjili Pahang yang keduanya kemudian menjadi raja Kerajaan Landak.
 
Pada masa Pangeran Kesuma Agung Muda (1703-1709), pusat pemerintahan Kerajaan Landak dipindahkan ke Bandung (suatu daerah dekat Munggu), yang selanjutnya pada masa pemerintahan Pangeran Sanca Nata Kesuma Muda (1768-1798) sebagai Sultan Landak XII, dipindahkan ke Ngabang, dengan mendirikan kraton yang terletak di Desa Raja Ngabang seperti yang ada sekarang ini.
Raja terakhir yang memerintah Kerajaan Landak adalah Pangeran Ratu Gusti Abdul Hamid bergelar Panembahan Gusti Abdul Hamid.
Pada tahun 1943, beliau wafat karena korban keganasan tentara pendudukan Jepang dalam peristiwa Mandor.
 
Selanjutnya Kerajaan Landak diperintah oleh Pangeran Mangku Gusti Afandi (Waka Raja XXVIII) hingga dihapuskannya sistem kerajaan oleh pemerintah Indonesia, menjelang dibentuknya pemerintahan swapraja Landak. ***
 
Kepustakaan:
Tim Gunung Djati, 2008. Warisan Masa Lampau Indonesia: Kerajaan Singasari, Cirebon: CV. Gunung Djati
http://ujp.ucoz.com/Modul/Kepariwisataan/22-KALBAR.pdf
 
 
Sumber: http://kekunaan.blogspot.com/2014/12/kraton-ismahayana-landak.html

DISKUSI


TERBARU


Bakso Titoti Wo...

Oleh Deni Andrian | 10 Jan 2025.
Makanan

Bakso titoti wonogiri gitu gaes ya hahahahhahahahahah

Tempong khas Te...

Oleh Deni Andrian | 10 Jan 2025.
Makanan

Bahan-bahan 12 porsi 1 papan tempe besar 1 genggam daun kemangi Bumbu Halus: 3 siung bawang putih 5 buah bawang merah 5 buah cabai rawit merah (op...

Mpaa Sere (Tari...

Oleh Aji_permana | 07 Jan 2025.
Tradisi

Mpaa Sere adalah tarian tradisional yang bertujuan untuk menyambut tamu penting sebagai bentuk penghormatan, sambil sesekali memperlihat ketangkasan...

Mpa'a Oro Gata

Oleh Aji_permana | 29 Dec 2024.
Tradisi

Mpa'a Oro Gata adalah salah satu permainan tradisional dari Bima, Nusa Tenggara Barat, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Secara harfiah, ist...

Mpaa Kabanca (T...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Kabanca adalah tradisi unik di Bima yang melibatkan atraksi di atas kuda. Dalam tradisi ini, peserta saling mengejek dan memperlihatkan kemampua...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...