1
696 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Desa Adat Bena
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Nusa Tenggara Timur

Desa Adat Bena di Flores masih mempertahankan adat istiadat leluhurnya. Alamnya nan syahdu, penduduknya ramah mebmuat siapapun ingin berkunjung ke sini. Desa Adat Bena, satu dari beberapa desa di daerah Bajawa Flores yang masih mempertahankan adat istiadat leluhur mereka. Terdapat 45 buah rumah yang saling mengelilingi dengan 9 suku yang menghuni rumah-rumah tersebut, yaitu suku Dizi, suku Dizi Azi, suku Wahto, suku Deru Lalulewa, suku Deru Solamae, suku Ngada, suku Khopa, dan suku Ago. Pembeda antara satu suku dengan suku lainnya adalah adanya tingkatan sebanyak 9 buah dan setiap satu suku berada dalam satu tingkat ketinggian. Susunan rumah-rumah di Bena terlihat sangat unik karena bentuknya yang melingkar membentuk huruf U, dan setiap rumahnya pun memiliki hiasan atap yang berbeda satu sama lainnya berdasarkan garis keturunan yang berkuasa dan tinggal di rumah tersebut. Ketika melangkah di teras-teras bertingkat ini aku sering diingatkan oleh para penduduk Desa Bena...

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Desa Adat Gurusina
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Nusa Tenggara Timur

Kampung Gurusina berada di Desa Watumanu, Kecamatan Jerebu, Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Tepatnya di lereng Gunung Inerie.   "Desa ini berada di kaki gunung Inerie yang sangat indah. Alam pegunungan ini sangat memukau," papar Marius Ardu Jelamu, Kepala Dinas Pariwisata NTT, saat dihubungi kumparanTRAVEL , Selasa (14/8). Sedikit menengok kebelakang, dahulu tahun 1934 desa megalitikum ini berada di puncak sebuah gunung. Kala itu, kampung ini ditemukan oleh seorang misionari Belanda.   "Baru tahun 1942 pindah ke tempatnya yang sekarang," jelasnya.   Kampung ini dihuni oleh tiga marga yang berbeda, yaitu Ago ka'e, Ago gasi, dan Kabi. Semuanya masih berhubungan darah dan keluarga.   Yang jadi daya tarik dari kampung ini karena rumah adatnya yang unik. 33 rumah adat itu semuanya terbuat dari bambu dan beratap alang-alang....

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Desa Tololela
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Nusa Tenggara Timur

Waktu yang tepat untuk ke Desa Tololela adalah ketika sore hari. Pemandangannya akan semakin indah, kamu bisa melihat langit yang memerah dan pepohonan memesona. Jangan khawatir kemalaman, karena di sini ada fasilitas tempat menginap dan makanan. Kamu bisa berkenalan dengan warga setempat dan ikut memasak bersama mereka. Setelah itu makan bersama dan menikmati cita rasa khas Flores yang mantap di lidah. Objek wisata budaya ini bisa ditempuh dengan trekking selama 1 jam dari Desa Bena. sumber: https://travelingyuk.com/desa-adat-flores/94386/ #SBJ

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Desa Belaraghi
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Nusa Tenggara Timur

Desa Belaraghi juga kukuh mempertahankan adat masyarakat Ngada di Flores. Seakan tak peduli dengan kemelut dunia modern, aktivitas bertani hingga mewarisi tradisi tetap dijalankan. Menuju ke desa ini pun bisa kamu lakukan dengan trekking. Ada dua jalur yang bisa ditempuh yaitu 11 km dan 3 km. Kamu bisa memilih sesuai dengan keinginanmu. Dua-duanya menawarkan pemandangan alam yang indah. Warga desa sangat senang jika ada yang berkunjung. Disediakan rumah tamu dan biasanya juga disuguhi dengan berbagai makanan seperti ubi rebus, pisang, hingga talas. Kemudian ada juga kopi dan arak. Pergi ke Belaraghi, sebuah dusun tradisional yang masih mempertahankan hampir seluruh aspek tradisi masyarakat Ngada, sebaiknya dilakukan pagi hari karena selain dusunnya yang menjadi tujuan utama juga semua keaslian dan perkembangan masyarakat yang dilalui di sepanjang jalan menuju Aimere begitu menarik. Ngada terkenal karena jeratan daya tarik masyarakatnya yang memilih untuk mempertahankan...

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Gunung Inerie
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Nusa Tenggara Timur

Pastilah semua belum mengenal gunung Inerie yang satu ini namun bagi masyarakat Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur pastilah sudah mengenal gunung yang tingginya 2.200 m ini. Ketika melihat gunung ini di tepi jalan menuju wisata adat Bena akan timbul suasana yang amat berbeda di mana akan dibawa ke masa lampau dengan adat dan budaya yang masih kental yang bayak ditemui situs pra sejarah seperti megalitikum batu-batu besar yang menjadi tempat persembahan untuk acara upacara adat. Kembali lagi dengan gunung Inerie yang menjadi ikon kota Ngada ini sungguh menakjubkan dengan mengandung banyak sejarah terkandung di dalamya. Bahkan terkadang di zaman modern seperti saat ini banyak para kaum muda sama sekali tak mengerti akan sejarahnya dari gunung Inerie memang para tetua adat pastinya mengerti tetapi bagi kalangan muda jika tak memahami sama halnya tak mencintai tanahnya sendiri apalagi nenek moyangnya sendiri. Bahkan sebagai pelancong terkadang hanya suka melihat keindahan alamnya da...

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Leda Bhaku
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Nusa Tenggara Timur

Jika di Tana Toraja memiliki tebing-tebing yang diukir untuk menyimpan jenazah, Kampung Tradisional Wolojita juga memiliki sedikit kesamaan. Hanya saja, di kampung ini, jenazah disimpan di atas pohon sebagai bentuk penghormatannya. Kampung ini berada di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Di sana, kita dapat menjumpai deretan rumah adat yang dalam bahasa setempat disebut Sa'o Ria. Di bagian tengahnya terdapat sebuah Kanga, Kuwu, dan Bhaku sebagai tempat persemayaman para leluhur kampung. Mungkin memang tak akan terbayangkan oleh Anda, namun itulah kebiasaan masyarakat Wolojita. Anggota masyarakat yang sudah meninggal, terutama kepala adat, tidak akan dikubur, tetapi disimpan di atas pohon beringin. Pohon-pohon tersebut berada di belakang kampung. Hal tersebut merupakan bagian dari penghormatan kepada leluhur. Jika sewaktu-waktu Anda mengunjungi Kampung Wolojita, sebaiknya Anda lakukan pada bulan Oktober. Karena pada bulan kesepuluh itu, masyarakat kam...

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Desa Nggela
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Nusa Tenggara Timur

Desa Nggela, Desa Adat di kaki Gunung Kelibara, Taman Nasional Kelimutu, Flores   Masih dalam lingkaran perjalanan saya di Taman Nasional  Gunung Kelimutu , setelah melihat menariknya Desa Tenda , perjalanan dilanjutkan sedikit turun kearah selatan pesisir melewati jalan kurva berbukit-bukit dengan pemandangan megahnya laut dari ketinggian, tibalah di Desa adat yang tak kalah menarik bernama Desa Nggela. Desa yang masih masuk dalam Kecamatan Wolojita (satu kecamatan dengan Desa Tenda) termasuk salah satu pemukiman adat yang masih bertahan keasliannya sampai sekarang. Disini masih bertahan 17 orang Mosalaki (pemimpin adat) dengan jejeran 15 rumah adat beratap alang-alang kering, sepertinya tampak rapuh, namun dilihat dari umurnya alang-alang terbukti kuat dengan belasan tahun terpapar hujan dan sengatan panas.                 Setelah asik memperhatikan rumah-rum...

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Desa Tenda
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Nusa Tenggara Timur

Desa Tenda merupakan salah satu desa di Kabupaten Ende, Yang masih bertahan hingga sekarang ini. Desa ini terletak 50 km dari kota Ende yaitu di kecamatan wolojita, desa ini memiliki banyak keunikan serta nuansa budayanya masih sangat tradisional dan terdapat beberapa peninggalan sejarah seperti  Kuburan Kuno,megalik, Rumah adat tradisional, Gading Gajah dan lain sebagainya. Pada umumnya Masyarakat desa ini berprofesi sebagai petani karena Desa ini terletak di bawah kaki gunung Kelibara yang membuat daerah ini sangat subur. Desa Tenda terletak di kaki gunung Kelimutu di ketinggian 500 – 1500 mdpl bagian barat dari pusat kecamatan Wolojita, dengan kondisi alam yang terdiri dari perbukitan dan lembah dengan curah hujan tinggi 4 – 5 bulan dan suhu sekita 25 – 30 derajat celcius. Secara geografis wilayah Desa Tenda berbatasan langsung dengan dengan Gunung Kelibara (Taman Nasional Gunung Kelimutu). Jumlah Penduduk Desa Tenda adalah 814 jiwa (laki-laki 375, pere...

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Kampung Adat Ruteng Pu'u
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Nusa Tenggara Timur

Kampung tradisional Ruteng Pu’u terletak di Kelurahan Golo Dukal, merupakan desa tua dengan halaman bundar yang dikelilingi batu tersusun rapi dan di tengah kampung terdapat Compang (mezbah/altar) sebagai tempat peletakan persembahan saat upacara adat. Mbaru gendang, rumah tempat tinggal setiap klen dan tempat menyimpan gong dan gendang terletak ditengah kampung. Dikelilingi pepohonan rindang (haju Ruteng) sehingga nenek moyang menamainya Beo Ruteng Pu’u. Tiga sumber air mengapitnya yakni, Wae Lideng, Wae Moro, dan Wae Namut. Dulu nenek moyang orang Manggarai tinggal di dalam gua dan di bawah pohon-pohon besar. Setelah membuat rumah, mereka menamainya “Mbau ru (rumah sendiri) yang artinya rumah karya sendiri. Konon, Selama berlangsungnya pekerjaan menyusun batu mengelilingi halaman atau compang, diharapkan agar tidak boleh bersuara. Apabila tengah berlangsung pekerjaan, tiba-tiba ada suara manusia / bunyi-bunyian lain, maka pekerjaan itu tidak dapat dil...

avatar
Deni Andrian