Tongseng adalah masakan yang mirip gule, namun bumbunya lebih terasa dan kuahnya lebih kental. Perbedaan yang utama adalah tongseng dimasak dengan tambahan kecap, irisan tomat, dan kubis. Cita rasa tongseng cenderung mirip kari karena perpaduan bumbu-bumbu rempah, santan, dan cabai sehingga ketika dikonsumsi tibuh langsung menjadi hangat. Secara umum, bahan dasar tongseng adalah daging kambing, di mana daging kambing dapat meningkatkan tekanan darah. Apabila orang dengan tekanan darah rendah mengonsumsi tongseng kambing, akan memiliki efek yang menguntungkan. Tongseng dengan bahan dasar selain daging kambing banyak dijumpai di Yogyakarta seperti tongseng sapi dan ayam. Ciri khas pedagang tongseng klasik adalah menggunakan pikulan untuk membawa segala macam perkakas untuk membuat tongseng dan menjajakan dagangannya berkeliling. Namun kini sudah sangat jarang dijumpai pedagang tongseng pikulan. Sekarang tongseng tersedia di warung-warung. Cara memasaknya pun ma...
Tahu guling adalah makanan yang terdiri dari ketupat, tahu, tempe, kubis, taoge, dan disiram dengan kuah yang terbuat dari air yang dicampur dengan kecap, gula Jawa, bawang putih, dan irisan daun jeruk nipis. Tahu guling merupakan makanan yang menyegarkan, rasanya cenderung manis karena kuahnya terbuat dari campuran kecap. Jika suka pedas, kuahnya dicampur dengan cabai rawit yang dihaluskan. Tahu guling biasa disajikan dengan taburan bawang goreng dan seledri serta kerupuk aci. Makanan ini terjangkau harganya karena termasuk makanan rakyat. Biasanya warung tahu guling buka dari pagi sampai sore hari. RM/Toko yang Menyediakan : Warung Tahu Guling Makan Malam Address: Bantul, Bantul Sub-District, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta 55761 Sumber: Murdijati Gardjiton Dkk. 2017. Kuliner Yogyakarta: Pantas Dikenang Sepanjang Masa . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Resep: Bahan 500 g singkong, cuci bersih serut kasar 150 g gula merah/jawa, haluskan 1 sdt garam 3 lembar daun pandan kelapa parut secukupnya Cara membuat Singkong serut dicampur dengan garam, aduk rata. Siapkan panci pengukus. Susun singkong, tabur gula merah dan pandan di atas singkong. Kukus hingga matang, atau kurang lebih selam 15 menit. Kukus juga kelapa parut kurang lebih 10 menit. Sajikan sawut singkong yang manis dan hangat dengan taburan parutan kelapa. Sumber: https://www.vemale.com/resep-makanan/80083-resep-sawut-singkong.html
Selain untuk camilan, belut goreng sangat lezat digunakan untuk lauk pauk teman makan pecel atau dikombinasi dengan sayur lodeh. Penjual belut goreng yang berderet panjang di depan Pasar Godean selalu ramai dikunjungi masyarakat pendatang yang ingin membawa oleh-oleh. Dipilih sebagai oleh-oleh karena tahan disimpan, sekurang-kurangnya 5 hari asal tidak berhubungan dengan udara luar yang lembab. Karena sering macet, kini dibangun pasar khusus belut goreng yang berlokasi berseberangan dengan pasar tersebut. Belut goreng memang diproses di Godean, namun belutnya berasal dari Jawa Timur yaitu daerah sekitar Blitar dan Kediri. Tempat yang Menyediakan: Pusat Kuliner Belut Godean Tourist attraction in Sidomulyo, Indonesia Address: Jalan Godean Km. 10, Godean, Sidoagung, Sleman, Sidoagung, Godean, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55264 Sumber: Murdijati Gardjiton Dkk. 2017. Kuliner Yogyakarta:...
Sumo ewo adalah makanan yang terbuat dari dadar yang dibuat dari adonan terigu, telur, dan susu yang diberi sedikit garam kemudian digulung setelah di dalamnya diisi dengan enten-enten yaitu campuran antara parutan kelapa muda yang dimasak dengan gula kelapa dan daun pandan. Sebelum disantap, dadar gulung sumo ewo ini diberi areh yang dibuat dari santan kelapa yang dikentalkan. Areh yang dituangkan pada sumo ewo ini dibuat dan dijaga warnanya tetap putih. Sumo ewo merupakan akulturasi dari kuliner Jawa dan Eropa karena enten-enten dan areh asli Jawa sedangkan dadarnya adalah pancake atau panekuk yang asli Eropa. Sumber: Murdijati Gardjiton Dkk. 2017. Kuliner Yogyakarta: Pantas Dikenang Sepanjang Masa . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mendengar nama Kotagede Yogyakarta, mengingatkan bahwa tempat itu adalah kota Mataram Kuno yang kini diperlakukan sebagai salah satu heritage Yogyakarta. Di situ budaya kuliner Mataram masih ada jejaknya, anatar lain melalui makanan kecil bernama Kipo. Sering diplesetkan orang Jogja menjadi “ iki opo?” (apakah ini?). Berawal dari kesulitan memberi nama makanan yang diolah oleh Mbah Mangun Irono ini, kini Kipo semakin digemari. Pada saat Mbah Mangun menjual makanan olahannya ini di pasar, banyak pedagang lain dan pembeli yang menanyakan padanya “iki opo?”, Mbah Mangun yang juga tidak tahu nama makanannya hanya menjawab sekenanya saja, yakni kipo. Bentuknya kecil, pas sekali masuk mulut untuk dikunyah dan ditelan. Terbuat dari tepung ketan, gula dan kelapa, bahan yang secara tradisi menjadi santapan masyarakat. Kue ini berwarna hijau, warna alami dari daun pandan atau suji. Dibuat satu per satu, diisi enten-enten kelapa, lalu dilipat...
Kopi Joss merupakan kopi khas Jogja. Kopi joss sebenarnya hanya kopi hitam biasa yang berasal dari kopi curah yang masih kasar, hanya saja yang istimewa adalah penyajian dari kopi ini. Penyajiannya sangat unik yakni ditambahkan arang di dalam seduhan kopinya. Ketika kopi tubruk panas ini diberi atau dimasukkan arang yang panas, maka kopi tersebut akan mengeluarkan suara joss yang kencang sehingga terciptalah nama kopi itu. Mungkin awalnya aneh ketika arang yang biasa digunakan untuk menghasilkan bara api berpadu dengan kopi hitam. Tapi jangan salah, konon arang yang dimasukkan ke dalam kopi tersebut memiliki khasiat untuk mengikat kafein yang terdapat pada kopi sehingga adanya arang akan mengurangi kafein yang ada pada kopi. Selain itu arang juga akan mengikat polutan dan racun serta memperbaiki aroma kopi itu sendiri. Kopi Jos dipercaya sudah ada sejak tahun 60-70an. Minuman khas angkringan Lik Man yang awal mula berdirinya dikelola oleh putra Mbah Pairo,...
Sate karang hanya ada di Yogyakarta dan sudah menjadi ikon kuliner khususnya di daerah Kotagede. Disebut sate karang karena letaknya di Lapangan Karang Kotagede. Meski hanya warung sederhana, warung sate ini selalu ramai dikunjungi pembeli. Aroma daging sapi yang dibakar mampu mengajak orang-orang yang lewat untuk singgah dan menyantapnya. Meski menyandang nama karang, sate khas satu ini menggunakan daging sapi sebagai bahan baku utama. Konon Sate Karang ini sudah ada sejak tahun 1947 oleh Karyo Semito. Awalnya sate dijajakan secara keliling dengan menggunakan pikulan, tapi setelah pertengahan tahun 1950-an Pak Karyo mulai menetap di Lapangan Karang Kotagede. Usahanya lantas diteruskan kedua anaknya, yakni Prapto Hartono yang berjualan di Lapangan Karang dan Cipto yang membuka cabang di Jalan Kemasan, Kotagede. Warung yang di Lapangan Karang sekarang dikelola oleh Tri Wahyono yang merupakan putra dari Pak Prapto. Sate ini hadir dengan bumbu khas yang rasanya...
Resep: Bahan Beras 300 g yang dicuci bersih Air 2000 ml Daun salam 4 lembar Garam secukupnya Cara Membuat Didihkan air, masukkan beras, masak hingga mendidih sambil sesekali diaduk hingga beras menjadi lunak. Tambahkan daun salam dan garam lalu diaduk. Kecilkan api, dengan sesekali aduk hingga menjadi bubur. Sumber: Murdijati Gardjiton Dkk. 2017. Kuliner Yogyakarta: Pantas Dikenang Sepanjang Masa . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.