Pati Enggang adalah cucu nenek orang Selampaung.Sedangkan Rio Brani adalah cucu nenek Sigindo Sakti, menetap di Lempur Tengah, setelah pindah dari Genah padang buku. Hubungan antara Patih Enggang dan Rio Brani adalah sebagai teman mengembara atau berburu di dalam hutan. Mereka mengantungkan hidup pada hasil berburu kijang dan rusa. Sedang Patih Enggang adalah orang yang berkuasa di Selampaung di bawah kekuasaan Rencong Telang Pulau Sangkar. Patih adalah gelar kebesaranya dalam memimpin. Gelar Rio juga gelar kebesaran. Pada waktu itu orang Lempur tidak diperkenankan memakai gelar Depati oleh orang Pulau Sangkar. Sebab, orang Genah Padang Buku adalah pendatang baru. Kekuasaanya berada di Pulau Sangkar. Mereka wajib tunduk pada kekuasaan Pulau Sangkar. Diceritakan, Rio Brani adalah orang tangguh. Masuk dan keluar hutan seorang diri. Karena itu pula dinamai Rio Brani. Karena keberanianya luar biasa. Hubungan baik Patih Enggang dan Rio Brani. Kala mereka berburu dalam hutan, ketika h...
Pusako dalam bahasa indonesia sama dengan ‘pusaka’yaitu,apa-apa yang diterima dari nenek moyang,berupa harta benda dan lain-lain.Sedangkan sko berkaitan dengan pihak ibu baik berupa gelar kaum/suku/kelebu maupun berupa harta pusaka tinggi.Menurut adat Kerinci pusaka terbagi menjadi empat bagian,yaitu: 1. Pusaka yang datangnya dari bapak dinamai”harta”. 2. Pusaka yang datangnya dari ibu dinamai”sko”. Sko asal dari ibu terdiri dari dua macam: a. Sko tanah boleh di-ico (diolah,digarap,dimanfaat). b. Sko gelar boleh dipakai;yang mana sko gelar itu dihibahkan oleh ibu kepada mamak(saudara laki-laki ibu),sebagai penerima mandat. 3. Pusaka yang datangnya dari guru dinamai”ilmu”. 4. Pusaka yang datangnya dari orang banyak dinamai”gawe kerapat”atau”gotong royong”. kenduri sko adalah suatu acara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat kerinci dalam melestarikan budaya yang sudah ada sejak za...
Ngagoah imo adalah upacara adat yang sudah ada sejak dulu dan diwariskan turun-temurun dalam kehidupan masyarakat di Pulau Tengah, Kabupaten Kerinci. Tidak dapat diketahui secara pasti kapan hadirnya upacara ngagoah imo ini. Upacara ngagoh imo dilaksanakan saat ditemukan harimau mati di hutan atau di alam rimba Gunung Raya, kawasan yang juga termasuk Pulau Tengah. Setelah menemukan harimau yang mati tersebut, maka masyarakat Pulau Tengah melaksanakan upacara Ngagoah Imo. Hal ini dimaksudkan agar kelompok harimau lainnya tidak turun dari gunung dan mengganggu warga atau masyarakat di desa tersebut. Ketika ditemukan harimau yang mati, maka harimau yang mati ditutupi kain putih layaknya manusia. Kemudian harimau tersebut ditandu menuju balai adat. Diletakkan di tempat yang agak tinggi dan ditegakkan seperti harimau yang masih hidup. Selanjutnya, ketua adat akan membaca mantra diiringi bunyi yang berasal dari tarawoak (bunyi dari pelepah pinang yang ditabuh/dipukul) yang berfungsi u...
Dahulu, di Tanah Pulih atau tepatnya di daerah Tanjung Pasir, Jambi, ada seorang gadis cantik bernama Putri Rahima. Ia adalah putri semata wayang Kemas Mahmud, seorang tokoh yang dihormati di kampung itu. Kecantikan Putri Rahima bagai bidadari dari kahyangan. Selain cantik, ia juga pandai mengaji dengan suara yang merdu. Sopan-santun dan budi-bahasanya pun amat elok. Kemahirannya memasak, menjahit, menenun, dan merenda membuat putri Kemas Mahmud itu semakin sempurna sebagai gadis idaman bagi setiap pemuda. Kabar tentang kecantikan Putri Rahima tersebar hingga ke seluruh pelosok wilayah Jambi, meskipun pada saat itu sedang berkecamuk perang melawan Belanda. Para pemuda pejuang Jambi yang banyak bergerilya ke tengah-tengah hutan pun mendengar kabar tersebut. Berita itu juga sampai ke telinga Sultan Muhammad yang memerintah di daerah Kampung Lereng. Ia adalah sultan yang masih muda, tampan, dan berwibawa. Ia juga terkenal saleh dan taat beribadah. Suatu hari, Sultan Muhammad di...
Pada zaman dahulu, wilayah Negeri Jambi terdiri dari lima buah desa dan belum memiliki seorang raja. Desa tersebut adalah Tujuh Koto, Sembilan Koto, Petajin, Muaro Sebo, dan Batin Duo Belas. Dari kelima desa tersebut, Desa Batin Duo Belaslah yang paling berpengaruh. Semakin hari penduduk kelima desa tersebut semakin ramai dan kebutuhan hidup mereka pun semakin berkembang. Melihat perkembangan itu, maka muncullah suatu pemikiran di antara mereka bahwa hidup harus lebih teratur, harus ada seorang raja yang mampu memimpin dan mempersatukan mereka. Untuk itu, para sesepuh dari setiap desa berkumpul di Desa Batin Duo Belas yang terletak di kaki Bukit Siguntang (sekarang Dusun Mukomuko) untuk bermusyawarah. ”Sebelum kita memilih seorang raja di antara kita, bagaimana kalau terlebih dahulu kita tentukan kriteria raja yang akan kita pilih. Menurut kalian, apa kriteria raja yang baik itu?” tanya sesepuh dari Desa Batin Duo Belas membuka pembicaraan dalam pertemuan te...
Di ujung Dusun Pinang Berlarik, bagian Dusun Suko Rami sekarang, tinggallah pada masa dahulu seorang wanita tua bersama seorang anak lelakinya. Tempat tinggalnya itu hanya sebuah pondok buruk. Suami wanita itu sudah lama meninggal dunia. Untunglah ia mempunyai seorang anak, yang dapat menghibur hatinya yang kosong. Ia tak mengerti apa sebabnya suaminya meninggal yang menjadi tali tempat bergantung. Kala itu, saat suaminya meninggal dunia, anaknya baru berumur setahun. Kini anak itu sudah besar, sudah berumur tiga tahun. Pada usia tiga tahun, anak lelakinya itu sangat banyak makannya. Karena mudah diperoleh, maka makanan yang sering dimakan kedua orang itu ialah gadung. Bila sudah bersua dengan makanan gadung si anak nampaknya sangat bernafsu makannya. Si ibu tidak marah sama sekali, ia senang melihat anaknya berhal yang demikian. Bahkan si ibu memberi anak itu nama Bujang Gadung. Entah anak itu setuju dengan nama pemberian ibunya itu, entah tidak itu tidak perduli. Yang penting...
Pada zaman dahulu daun kelapa tidak seperti sekarang yang bercerai-berai. Menurut kisahnya daun kelapa itu sama dengan daun pinang yang melebar saja tanpa terpisah-pisah. Namun oleh ulah seorang dewi kayangan yang berhiba hati karena berpisah dengan seorang temannya untuk selama-lamnya telah menghentakkan kakinya sekuat-kuatnya sehingga daun kelapa itu terpisah-pisah seperti sekarang. Suatu perlambang perpisahan yang takkan pernah bersua kembali. Kisahnya bermula dari seorang yang bernama Putri Bungsu, isteri seorang raja yang amat kaya. Pada saat itu Puteri Bungsu ini sedang hamil. Dalam keadaan hamil itu, baginda raja bermaksud hendak pergi berlayar. Tentu saja permaisurinya, Puteri Bungsu, harus tinggal. Puteri Bungsu mempunyai enam orang saudara, semuanya perempuan. Panggilan untuk keenam kakaknya Si Nam. Oleh Baginda Raja, puteri yang berenam ini disuruh untuk menjaga Puteri Bungsu selama beliau bepergian. Raja telah pergi berlayar. Puteri Bungsu yang sedang hamil tadi dija...
Tersebutlah seorang raja yang senang memelihara kambing. Hewan peliharaan baginda itu cukup banyak. Diantara kambing peliharaan baginda ada seekor yang sudah tiga hari tak hendak makan dan tak hendak minum. Melihat ada diantara kambingnya yang berhal demikian pergilah baginda raja mendatanginya. Setelah sampai disana berkatalah baginda, "Engkau inginkan apa gerangan, kambingku. Apakah engkau hendak berniaga, atau hendak berjalan bertamasya. Atau sebenarnya engkau hendak berumah tangga?" Titah raja itu memang sangat lucu. Ini sudah biasa dilakukannya terhadap kambing-kambingnya. Kambing itu semuanya sangat manja kepada rajanya yang baik budi itu." "Hamba ingin mencoba-coba pergi berjalan, Tuanku!" terdengar jawaban kambing yang diajak bicara tadi. "Kalau engkau mencoba-coba pergi berjalan," titah raja pula. "Berapa banyak uang yang engkau kehendaki, boleh aku sediakan." Hamba "Hamba tidak meminta uang, Tuanku !" jawab kambing penuh hormat. Beri saja hamba ambacang agak se...
Baginda seorang Raja yang amat terkenal. Nama Baginda Tan Telanai. Sebagai seorang raja, baginda memiliki kekeramatan yang luar biasa. Jarak yang jauh tak berarti sama sekali bagi baginda. Bila baginda ingin bepergian ke suatu tempat yang jauh, sebentar saja baginda sudah ada di tempat itu. Sungai-sungai, rimba belantara, lembah yang dalam, atau gunung yang tinggi, semuanya bukan merupakan sesuatu yang dapat menghalangi geraknya. Binatang buas seperti buaya, harimau, dan yang sejenis dengan itu tak berarti sama sekali bagi baginda. Baginda sungguh seorang raja yang hebat, yang mewarisi kehebatan serta kekeramatan para dewa di kayangan. Suatu hari baginda berhajat hendak menangkap ikan di sungai Batang Hari. Di sungai yang jernih airnya itu banyak ikan besar hidup dengan tenteram. Kalau Tan Telanai sudah berkeinginan baginda tak berlama-lama mulai meninggalkan istananya berangkat seorang diri. Bila kakinya menjejak di tanah seketika itu juga tubuhnya sudah hilang lenyap ber...