Ciplukan adalah sebuah tanaman liar yang biasanya tumbuh di tanah lembap namun tidak terlalu becek seperti di pinggir selokan. Tumbuhan ini juga termasuk tumbuhan musiman yang biasanya hanya tumbuh satu kali dalam satu tahun, tentunya pada musim basah atau musim hujan. Tumbuhan ciplukan ini juga bisa anda temui di hampir seluruh bagian di Indonesia karena termasuk tumbuhan yang mudha hidup dimana saja, asalakan tempat itu lembap dan tidak kering. Selain di pinggir selokan, tumbuhan ini juga biasanya tumbuh liat dilereng gunung atau tebing sungai. Tanaman ini bisa tumbuh di ketinggian 0 – 1800 meter diatas air. Karena tumbuh hampir di seluruh bagian di Indonesia, maka ciplukan memiliki banyak nama khas daerahnya masing – masing. Misalnya, di Bali tumbuhan ini dikenal dengan nama ceploka, keceplokan, ciciplukan dan kokopokan. Sedangkan di daerah sunda dikenal dengan nama cecenet atau cecendet. Di Madura tumbuhan ini dikenal dengan nama nyornyoran, di...
2 kulit buah jeruk bali 1 kg gula pasir dengan 1 liter air 2 sdm kapur sirih dengan 1 liter air pewarna makanan secukupnya sesuai selera CARA MEMBUAT MANISAN KULIT JERUK BALI : Kupas kulit luar jeruk hingga tinggal berwarna putih, potong dengan bentuk sesuai selera lalu cuci hingga bersih. Rendam dengan air larutan kapur sirih hingga semalaman. Setelah dicuci bersih, warnanya akan berubah agak kekuningan. Rebus hingga matang dan bertekstur empuk, angkat dan tiriskan. Rebus air dan gula hingga mendidih, masukkan sedikit pewarna makanan. Masak hingga agak mengental, masukkan potongan kulit jeruk sedikit demi sedikit sambil diaduk rata. Kecilkan api agar tidak gosong pada saat mengaduk. Letakkan manisan kulit jeruk di atas tampah atau loyang yang telah dialasi plastik, biarkan sampai dingin dan kering. Masukkan dalam wadah atau plastik kedap udara. Tempat yang menyediakan: Kalua Jeruk...
Bahan : Buah-buahan terdiri dari Jambu kelutuk atau jambu air, Delima, Jeruk Bali, Mengkudu muda, Bangkuang, Nenas, Ketela Rambat, buah Mangga mentah dan Ketela Pohon. Cara Pengolahan : buah-buahan di kupas kulitnya( bagi buah-buahan yang harus dikupas), kemudian sama-sama dibersihkan diiris-iris jecil atau disugu. Bumbu rujak ditumbuk sampai halus masukkan buah-buahan tadi di aduk sampai merata. Dipergunakan untuk : Tingkep ialah upacara mandi bagi wanita hamil 7 bulanan. sumber: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=6187
Perlahan-lahan 7 orang penari yang semuanya laki-laki masuk ke panggung, dengan busana serba kuning layaknya hulu balang kerajaan mereka melakukan gerakan seperti sedang bersiap untuk perang. Gerakan-gerakan yang membentuk formasi seperti siap memanah lawan ini menjadi bagian gerakan tari yang tersaji di tari Wangsa Suta, tari kreasi dari Jawa Barat. Tari Wangsa Suta termasuk tari kelompok. Tari ini menampilkan sosok Wangsa Suta sebagai pemimpin. Gerakan para penari Wangsa Suta terlihat seperti memperlihatkan aneka bentuk formasi dalam peperangan. Dua penari di depan membentuk formasi dan meloncat dengan rancak sambil berputar. Gerakan-gerakan penari pada awal-awal tarian seperti sedang menggambarkan keadaan akan bersiap perang. Pergerakan tangan dan kaki yang perlahan-lahan dan tatapan mata para penari yang menoleh ke kanan ke kiri sambil berjalan di sekitar area panggung. Tari ini pun semakin hidup dengan iringan musik gamelan yang sekilas seperti alunan musik bali hanya saja...
Bujangga Manik merupakan naskah yang sangat penting dan sangat berharga. Naskah ini ditulis dalam aksara dan bahasa Sunda. Naskah ini ditulis dalam bentuk puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari delapan suku kata, di atas daun nipah yang saat ini disimpan di Perpustakaan Bodleian di Oxford sejak tahun 1627 (MS Jav. b. 3 (R), cf. Noorduyn 1968:469, Ricklefs/Voorhoeve 1977:181). Naskah Bujangga Manik seluruhnya terdiri dari 29 lembar daun nipah, yang masing-masing berisi sekitar 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata. Naskah ini menggambarkan keadaan pulo Jawa dan lautnya pada saat perdagangan laut dikuasai oleh Kesultanan Malaka. Yang menjadi tokoh dalam naskah ini adalah Prabu Jaya Pakuan alias Bujangga Manik, seorang resi Hindu Sunda yang, walaupun merupakan seorang prabu pada keraton Pakuan Pajajaran (ibu kota Kerajaan Sunda, yang bertempat di wilayah yang sekarang menjadi kota Bogor), lebih suka menjalani hidup sebagai seorang resi. Sebagai seorang resi, dia melakukan...
Artefak berbentuk lumpang dan alu yang berada di Kompleks Siti Inggil Keraton Kasepuhan Kota Cirebon, Jawa Barat memiliki nama Lingga dan Yoni. Nama Lingga melekat pada alu. Yoni merupakan nama dari lumpang, keduanya terbuat dari batu. Sejarawan Cirebon, Nurdin M Noer mengatakan Lingga dan Yoni yang berada di Kompleks Siti Inggil itu bekas alat penumbuk terasi petis pada era awal Islam masuk di Cirebon. "Awal masuknya Islam, Lingga dan Yoni digunakan sebagai penumbuk terasi petis. Lingga dan Yoni ini sering dikisahkan di kisah pewayangan yang tak lepas dari kisah-kisah masa Hindu," tutur Nurdin saat ditemui detikcom di kediamannya di Kelurahan Larangan, Harjamukti, Kota Cirebon, Sabtu (11/11/2017). Artefak Lingga juga bisa diartikan sebagai simbol kejantanan pria. Artefak Lingga juga bisa diartikan sebagai simbol kejantanan pria. Foto: Sudirman Wamad Nurdin menjelaskan, Lingga merupakan gambaran dari laki-laki karena...
I. Ndéh nihan Carita Parahiyangan. Énya kieu Carita Parahiyangan téh. Sang Resi Guru mangyuga Rajaputra. Rajaputra miseuweukeun Sang Kandiawan lawan Sang Kandiawati, sida sapilanceukan. Ngangaranan manéh Rahiyangta Déwaraja. Basa lumaku ngarajaresi ngangaranan manéh Rahiyangta ri Medangjati, inya Sang Layuwatang, nya nu nyieun Sanghiyang Watang Ageung. Sang Resi Guru boga anak Rajaputra. Rajaputra boga anak Sang Kandiawan jeung Sang Kandiawati, duaan adi lanceuk. Sang Kandiawan téh nyebut dirina Rahiyangta Déwaradja. Basa ngajalankeun kahirupan sacara rajaresi, ngalandi dirina Rahiangta di Medangjati, ogé katelah Sang Lajuwatang, nya mantenna nu nyieun Sanghiang Watangageung. Basana angkat sabumi jadi manik sakurungan, nu miseuweukeun pancaputra; Sang Apatiyan Sang Kusika, Sang Garga Sang Mestri, Sang Purusa, Sang Putanjala inya Sang Mangukuhan, Sang Karungkalah, Sang Katungmaralah, Sang Sanda...
Naskah Bujangga Manik adalah naskah primer, yang merupakan peninggalan dari naskah berbahasa Sunda yang sangat berharga. Naskah ini ditulis dalam daun nipah, dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari 8 suku kata. Naskah ini seluruhnya terdiri dari 29 daun nipah, yang masing-masing berisi 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata. Yang menjadi tokoh dan yang menulis naskah ini adalah Prabu Jaya Pakuan alias Bujangga Manik , seorang resi Hindu dari kerajaan Sunda. Walaupaun ia seorang prabu (keluarga raja/ bangsawan) dari keraton Pakuan Pajajaran, ia lebih suka menjalani hidup sebagai seorang resi. Bujangga Manik melakukan perjalanan 2 kali ke negeri Jawa. Pada perjalanan kedua, ia singgah di Bali untuk beberapa lama serta ke pulau Sumatra dan akhirnya ia bertapa di sekitar gunung Patuha sampai ia meninggal. Bujangga Manik dalam nask...
Seorang putri muda yang elok, pernah berlayar jauh dilautan, memburu kekasih hatinya dari Cina ke Nusantara. Dia pernah meninggalkan kisah indah romantis sebagai istri ulama tinggi di Tanah Jawa, SUNAN GUNUNG JATI, yang menjadikannya NYI ONG TIEN dengan gelar PUTRI LARAS SUMANDING di Keraton Kasepuhan Kesultanan Pakungwati Cirebon sekitar 600 tahun yang silam. PUTRI LIE ONG TIEN - æå¤ç ATAU PUTRI TAN HONG TIEN NIO -éå¤çå¨ merupakan putri dari salah satu kaisar dari DINASTI MING . Kisah Cinta Putri Ong Tien telah melegenda sehingga masuk dalam lingkaran keluarga kesultanan Cirebon dan menjadi bagian penyebaran Islam di Jawa Barat. Sebelum Dinasti Ming berdiri, banyak pejabat tinggi muslim asal Arab dan Asia Tengah yang duduk di pemerintahan Dinasti Yuan, antara lain SAI DIAN CHI atau SAYIDINA SYAMSUDDIN...