Perlahan-lahan 7 orang penari yang semuanya laki-laki masuk ke panggung, dengan busana serba kuning layaknya hulu balang kerajaan mereka melakukan gerakan seperti sedang bersiap untuk perang. Gerakan-gerakan yang membentuk formasi seperti siap memanah lawan ini menjadi bagian gerakan tari yang tersaji di tari Wangsa Suta, tari kreasi dari Jawa Barat.
Tari Wangsa Suta termasuk tari kelompok. Tari ini menampilkan sosok Wangsa Suta sebagai pemimpin. Gerakan para penari Wangsa Suta terlihat seperti memperlihatkan aneka bentuk formasi dalam peperangan. Dua penari di depan membentuk formasi dan meloncat dengan rancak sambil berputar. Gerakan-gerakan penari pada awal-awal tarian seperti sedang menggambarkan keadaan akan bersiap perang. Pergerakan tangan dan kaki yang perlahan-lahan dan tatapan mata para penari yang menoleh ke kanan ke kiri sambil berjalan di sekitar area panggung. Tari ini pun semakin hidup dengan iringan musik gamelan yang sekilas seperti alunan musik bali hanya saja ada tambahan bunyi suling.
Latar belakang peristiwa perang yang dialami Wangsa Suta dan pasukannya menjadi inspirasi gerakan dari tarian yang berasal dari Sukabumi, Jawa Barat, ini. Para penari yang kesemuanya pria ini dirias setampan mungkin dengan tujuan mempertegas aksen dari para penarinya. Begitu juga dengan pakaian yang dipakai para penari yang mengedepankan desain dan warna yang bersumber pada seni dan tradisi rakyat Jawa Barat.
Tari Wangsa Suta bercerita mengenai pertempuran Wangsa Suta yang merupakan seorang tokoh pemuda yang membuka lahan Tegalan Gunung Parang menjadi Kota Sukabumi. Tujuan Wangsa Suta membuka lahan yang dalam bahasa Sunda berarti ngababakan ini sebagai syarat apabila ingin menikah dengan buah hatinya Nyi Pudak Arum. Kemudian dalam proses membuka lahan tersebut, Wangsa Suta bertempur dengan algojo utusan Demang Kartala yang menculik Pudak Arum. Setelah melalui peperangan yang hebat, Wangsa Suta pun berhasil mengalahkan algojo tersebut. [Tauhid/IndonesiaKaya]
Sumber: https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/sosok-kepahlawanan-wangsa-suta-dalam-tari-wangsa-suta
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dal...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang