Pada dahulu kala di jaman kerajaan, di sebuah kampung Payangan, Gianyar Pulau Dewata Bali, hiduplah seorang pemuda tampan bernama I Ceker Cipak . Ia tinggal bersama ibunya di sebuah gubuk di pinggir kampung. Ia dan ibunya sangat teguh memegang dan menjalankan dharma ( Dharma adalah menjalankan kebenaran atau kewajiban dalam agama Hindu ) Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ibu dan anak tersebut mencari kayu bakar dan hasil-hasil hutan lainnya. Hidup merekaserba kekurangan. Oleh karena tidak ingin terus terbelenggu oleh keadaan tersebut, I Ceker Cipak memutuskan untuk berdagang jagung. Ia ingin pergi ke kota untuk membeli jagung untuk direbus dan dijual kembali. “Bu, apakah Ibu mempunyai uang tabungan?” tanya I Ceker Cipak kepada ibunya. “Untuk apa uang itu, Anakku?” ibunya balik bertanya. I Ceker Cipak pun menceritakan niatnya ingin berdagang ke kota. Alangkah bahagianya perasaan sang Ibu mendengar niat baik anaknya...
Okokan adalah alat musik khas Bali yang berupa kalung (keroncong) dari kayu yang digantungkan dileher sapi. Okokan dimainkan beramai-ramai sebagai sarana hiburan masyarakat agraris. Okokan mengeluarkan suara yang keras dan bergemuruh jika dimainkan secara beramai-ramai. Menurut cerita dari sesepuh, acara dimulai dengan "tetekan" (kentongan bambu atau kayu yang dibunyikan beramai-ramai). Acara tetekan diadakan jika dimasyarakat merasakan ada sesuatu merana / mala misalnya gagal panen, atau ada wabah. Masyarakat percaya untuk mengatasi atau mengusir merana ini dengan membunyikan tetabuhan tetekan (kentongan) , kemudian ditambah "okokan", yang semakin membuat suara terasa magis. Awal tahun 1950 sd tahun 2005, okokan jarang dimiliki masyarakat. Pentas okokan dari masing-masing banjar yang ada di Desa didapat dengan meminjam dari teman di wilayah utara dekat pegunungan Batu Karu, seperti milik warga Desa di Kecamatan Penebel, Kecamatan Marga atau kabupaten lain. Desa Kediri setiap...
Bali punya tradisi unik dan lucu bernama Omed-omedan, sebagian dari kalian mungkin belum tahu acara ini ya karena acara ini memang hanya satu-satunya dan cukup 'beda' dari acara lainnya. Nonton acara ini, kalian pasti tersenyum lebar. Jadi inti dari acara ini adalah anak muda berciuman dan tarik-tarikan, tapi tidak sembarangan lho. Omed-omedan ini adalah upacara yang diadakan oleh pemuda-pemudi Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar yang diadakan setiap tahun. Omed-omedan diadakan setelah Hari Raya Nyepi, yakni pada hari Ngembak Geni untuk menyambut tahun baru saka. Kata Omed-omedan sendiri berasal dari bahasa Bali yang artinya tarik-tarikan. Nah temen-temen pasti akan bertanya, ko bisa sih ada acara ini? Seperti apa sih Sejarah Omed-omedan ini sehingga menjadi sebuah tradisi yang ada hingga kini? Konon, tradisi Omed-omedan ini pertama kali diadakan oleh warga Kerajaan Puri Oka yang masuk wilayah administratif di Denpasar Sela...
Di desa Bedaulu wilayah kabupaten Tabanan, Bali pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri. Mereka kaya, hanya saja mereka belum mempunyai anak. Bagi penduduk Bali pada masa itu, manusia yang belum mempunyai keturunan adalah manusia yang sia-sia hidupnya. Suatu hari mereka pergi ke Pura Desa. Mereka memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberi keturunan. Waktu pun berlalu. Sang istri mulai mengandung. Betapa bahagianya mereka. Beberapa bulan kemudian, lahirlah seorang bayi laki-laki. Bayi tersebut hendak disusui oleh ibunya, namun jarinya terus menunjuk ke arah sebuah nasi kukus. Bahwa nantinya anak ini akan menjadi tokoh besar, sudah nampak tanda- tandanya sejak dini. Bayi itu menangis merengek seolah meminta sesuatu. Sang Ibu kasian mendengar rengekan sang bayi , Ibu kemudian mengambil nasi kukus tersebut dan mencoba untuk memberikannya pada bayi. Ibu bergumam dalam hatinya : Apakah anak ini ingin merasakan nasi kukusan ini? Umurnya belum cukup untuk makan nasi?” Tak d...
ALKISAH di daerah Klungkung, Bali, hiduplah seorang duda yang kaya raya dengan lima orang anak laki-laki, yaitu Gede Pastika, Made Pastika, Nyoman Pastika, Ketut Pastika dan Putu Pastika. Sang Ayah mempunyai sawah dan ladang yang luas. Namun sayang, kelima anak tersebut memiliki sifat pemalas. Mereka tidak pernah membantu sang Ayah bekerja di sawah maupun di ladang. Setiap hari mereka hanya bermalasan-malasan di rumah dan mengadu ayam. Mereka juga suka berfoya-foya menghabiskan harta benda sang Ayah. Duda kaya itu hampir setiap hari menasehati kelima anaknya, namun mereka berpura-pura tidak mendengar. Bahkan, terkadang mereka membantah. Sang Ayah hanya bisa bersabar menghadapi sifat dan perilaku mereka. Ia pun selalu berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar anak-anaknya cepat sadar dan diberi petunjuk ke jalan yang lurus. Namun, semakin hari perilaku kelima anak tersebut semakin menjadi-jadi. Mereka tak hentihentinya berfoya-foya sehingga harta kekayaan sang Ayah habis. Suatu h...
Pada zaman dahulu, ratusan tahun yang lalu, Raja Surakarta mempunyai empat orang anak. Keempat anak itu selalu tinggal di dalam Istana. Pada suatu hari ketika mereka sedang bercengkrama di Tamansari, mereka mencium bau harum, bau harum aneh yang sama sekali belum pernah dicium selama hidupnya. Mereka amat tertarik akan bau itu sehingga ingin mencari sumbernya. Mereka berjalan ke arah timur, menyusuri pantai utara. Mereka terus berjalan kea arah timur, bahkan sampai menyebrangi pulau Bali. Mula-mula mereka menginjak perbatasan pulau Bali sebelah timur, yaitu antara desa-desa Culik Karangasem dan Buleleng. Disini keempat putra raja itu mencium bau yang lebih harum lagi. Bau harum itu makin bertambah ketika mereka tiba di daerah Batur. Mereka berjalan terus tanpa menghiraukan rintangan dan halangan alam. Tentu saja mereka keluar masuk hutan belantara yang amat lebat dan susah dilalui. Harus berkelahi dengan binatang buas, seperti harimau dan ular. Setibamya di kaki selatan Gunu...
Seorang raja yang memerintah negeri Madura. Prabu Kangsa namanya. Sang raja sangat sakti. Tubuhnya kebal, tidak mempan kulitnya dilukai oleh aneka senjata. Serasa tidak ada yang mampu mengalahkannya. Tidak mengherankan jika Prabu Kangsa sangat ditakuti. Prabu Kangsa amatlah kejam lagi sewenang- wenang tindakannya. Ia gemar menghukum siapa pun juga yang dianggapnya bersalah. Orang yang dianggapnya bersalah atau menentang kehendaknya akan segera dihukumnya dengan hukuman mati. Syahdan, Prabu Kangsa mendengar ramalan ahli nujum. Menurut ahli nujum itu, Prabu Kangsa sebenarnya dapat menguasai dunia. Namun, keinginan itu akan terhalang oleh seorang anak lelaki Prabu Wasudewa yang bertakhta di Dwarawati. Prabu Kangsa lantas memberikan perintah kejamnya kepada para patihnya untuk mengamat- amati Diah Dewaki, istri Prabu Wasudewa. Jika anak yang dilahirkan Diah Dewaki itu perempuan, maka hendaknya dibiarkan saja. Namun, jika anak itu lelaki, hendaknya anak itu dibunuh seketika itu j...
Ratusan pemuda di Desa Adat Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Selat, Karangasem melaksanakan sebuah tradisi unik yang disebut Neruna yang memiliki makna sebagai bentuk memperkenalkan lingkungan atau wewidangan Desa Adat kepada para pemuda Desa yang nantinya akan mewarisi tradisi atau ayah-ayah desa Adat. Ratusan pemuda di Desa Adat Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Selat, Karangasem pagi ini Kamis (20/09) melaksanakan sebuah tradisi unik yang disebut Neruna yang memiliki makna sebagai bentuk memperkenalkan lingkungan atau wewidangan Desa Adat kepada para pemuda Desa yang nantinya akan mewarisi tradisi atau ayah-ayah desa Adat. Tidak hanya untuk memperkenalkan wilayah Desa, menurut cerita, dahulu tradisi neruna ini juga dijadikan sebagai ajang silaturahmi apabila di satu rumah terdapat seorang gadis maka itu bisa dijadikan momen perkenalan truna truni mengingat keterbatasan sarana komunikasi pada masa itu. Tradisi Neruna merupakan rangkaian dari piodalan...
Sebagai wujud rasa sukacita atas hasil panen, desa pekraman Geriana Kangin, Desa Duda Utara Kecamatan Selat, kabupaten Karangasem menggelar tradisi ‘ Ngelawang ’. Tradisi yang dilakukan setiap setahun sekali pada Sasih Kesanga ini ditandai dengan iring-iringan para pemuda setempat mengelilingi desa dengan membawa ‘ucur’ atau obor disertai alunan gambelan ‘ kulkul ’ atau kentongan. Sedikitnya terdapat 70 orang pemuda terlibat dalam prosesi tersebut. Uniknya, suara tabuh yang dihasilkan merupakan hasil kreatif antara kolaborasi bunyi kulkul dengan gambelan beleganjur seperti kendang, ceng - ceng dan gong. Tradisi Ngelawang dipercayai sangat erat kaitannya dengan hasil bumi. Jika dilihat dari sudut pandang sekala, kata dia tradisi tersebut memiliki makna sebagai doa kepada Tuhan agar hasil panen berikutnya lebih baik dari sebelumnya. Simbol dari suara kentongan yang digunakan mempunyai arti agar sari bunga pada pohon buah - buahan b...