Beragam sekali bentuk pakaian tradisional yang ada di Indonesia ini. Mulai dari baju, celana, dan juga yang hampir selalu ada adalah pengikat kepala. Masing-masing dari itu memiliki keunikan yang berbeda. Masing-masing dari itu memiliki cerita bersejarah dibaliknya. Filosofi yang berbeda, namun dengan nilai estetika tinggi di setiap bagiannya. Pengikat kepala, alas kepala, topi, atau apa pun kalian menyebutnya, menjadi salah satu bagian penting pada sebuah pakaian tradisional. Blangkon dari Jogja, Iket dari Jawa Barat, dan Lacak dari Jambi. Ada pula bentuk ikat kepala yang berasal dari Bali. Sebagian orang tidak tahu namanya, sebagian orang tidak bisa membedakannya. Tetapi sebenarnya ikat kepala ini memiliki bentuk yang sangat berbeda, dengan filosofi unik di dalamnya. Udeng namanya. Udeng? Hewan? Makanan? Bukan. Udeng adalah sebuah bagian dari pakaian adat Bali yang diikat di bagian kepala yang digunakan oleh kaum laki-laki. Udeng umumnya dipakai di berbagai upacara adat dan ke...
Nelu Bulanin atau Tiga Bulanan adalah salah satu acara adat yang berasal dari Bali. Nelu Bulanin adalah bagian dari Manuseyatnye, yaitu Upacara Kemanusiaan dari Bali. Acara ini dilakukan saat bayi berumur 105 hari atau kurang lebih 3 bulan dalam hitungan pawukon. Tujuan dari acara ini adalah untuk memohon kepada Dewa di Hyang Kemulan atau merajan agar bayi dijauhkan dari segala keburukan. Upacara ini dilakukan di lingkungan rumah, seperti di halaman rumah. Serangkaian acara ini biasanya juga dilakukan bersamaan dengan 6 bulanan. Upacara ini dipimpin oleh Pandita atau Panindita, yang berarti Pendeta. Urutan acara ini adalah sebagai berikut: Tirtha Panglukatan, yang berarti air untuk menyucikan diri. Air ini dipercikkan ke bayi, agar terbersihkan dari kotoran yang ia bawa saat dilahirkan. Apabila sudah disucikan, maka bayi sudah boleh dibawa ke Pure. Potong rambut bayi. Biasanya jika bayi merupakan laki-laki, maka rambut digundul. Tirt...
Upacara Ngaben merupakan bagian dari ajaran Hindu berupa tradisi yang bertujuan untuk menyucikan arwah orang yang sudah meninggal. Dilakukan dengan pembakaran jenazah yang diletakkan pada peti/tempat. Setelah pembakaran selesai keluarga orang yang bersangkutan akan mengantarkan abunya ke laut sebagai simbol agar orang yang meninggal tersebut bersatu kembali dengan penciptanya.
JAJE ABUG merupakan salah satu makanan/jajanan tradisional dari Pulau Dewata, Bali yang terbuat dari bahan tepung ketan dengan bentuk yang beraneka ragam. Kekhasan bentuk abug adalah berlapis-lapis dengan warna merah dan putih, dengan ketebalan kurang lebih 3-5mm. Terdapat lapisan warna merah dan putih dikarenakan pada waktu mencetak makanan dibuat berselang-seling antar lapisan yang dibuat dari abug dengan tambahan gula pasir. Jajanan ini dibuat khusus untuk keperluan upacara keagamaan atau upacara adat di Bali, tapi kadang-kadang dapat dibuat untuk dikonsumsi oleh masyarakat. BAHAN : Tepung ketan 1000 gr Gula merah 500 gr Gula pasir 500 gr Kelapa 1 buah Garam secukupnya Pewarna CARA PEMBUATAN : Dalam membuat jaje abug, dilakukan lapis demi lapis secara bergantian dengan menggunakan dua adonan yang berbeda sebagai berikut : Buat adonan pertama dengan memasukan tepung ketan sebanyak 500 gr, 500 gr gula me...
BATIK KHAS KUNINGAN Kabupaten Kuningan adalah satu kota kecil yang terletak di kaki Gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat. Kuningan terkenal dengan makanan khasnya yaitu peuyeum ketan yang bungkus daun jambu dan dikemas dalam ember plastik. Namun di akhir 2011, Kabupaten Kuningan mulai mengembangkan industri batik yang dipelopori oleh Dewan Kerajinan Seni Daerah (Dekranasda). Hal itu ditandai dengan beberapa motif batik Kuningan yang dilaunching dari sebuah lomba cipta desain batik Kuningan diselenggarakan oleh Dekranasda. Batik Kuningan dengan motif baru tersebut antara lain Batik Kuda Si Windu, Ikan Dewa, Bokor, dan Gedung Perundingan Linggarjati. Dari lomba tersebut yang menjadi juara adalah motif Kagungan, yang didalamnya terdapat gambar Kuda, ikan dewa, bokor dan Gedung Linggarjati. Pada perjalanannya batik motif Kagungan ditetapkan menjadi motif batik seragam resmi PNS di Kabupaten Kuningan. Setiap motif menga...
Janur merupakan simbol/ lambang sedang berlangsungnya pernikahan. Janur biasa digunakan oleh masyarakat Jawa dan Bali dan telah berlangsung berabad silam. Janur kuning terbuat dari daun muda tanaman palma sepeti kelapa, enau dan rumbia dan di untai seperti umbul umbul. Namun belakangan ini kreasi janur semakin berkembang. Di Bali, pemanfaatan janur lebih luas lagi. Rangkaian janur yang disebut penjor biasanya digunakan dalam upacara penduduk setempat. Berbeda dengan di Bali, masyarakat Jawa menganggap Janur sebagai sumber kebahagian dan di olah menjadi beragam bentuk dan fungsi. Ada 3 teknik utama dalam rangkaian janur, yaitu melipat, mengiris dan menganyam. sumber: mahligai-indonesia.com
Ornamen pepatran yaitu ornamen yang ide atau konsep nya di ambil dari tamanan yang merambat, seperti: tanaman labu, pare, timun, dan tanaman merambat liar, yang biasanya numpang pada pohon-pohon besar sebagai pagar rumah. Tanaman ini oleh senimannya dirubah menjadi sebuah karya seni berupa pengulangan, baik secara melingkar maupun lurus dikenal dengan nama pepatran. Tujuan pepatran ini adalah untuk menghias rumah pribadi/adat/tempat suci yang khusus berkembang di Bali. Pepatran ini menghiasi bagian-bagian yang lebar dan memanjang, baik berupa segi empat, segi empat panjang, baik tempatnya ditengah, dipinggir/bidang bidang yang lebar, juga sebagai pelengkapdari ornament kekarangan. Makna yang terkandung pada pepatran adalah memberikan perlindungan kepada kehidupan manusia dari rasa takut, panas, haus dan yang lainnya. Sehingga memberikan kenyamanan bagi manusia yang tinggal dilingkungan bangunan yang dihiasi oleh pepatran. Karakteristik dari patra samblun...
Masyarakat Indonesia ditengarai baru mulai mengonsumsi tembakau pada awal abad 16. Namun kreativitas masyarakat Indonesia untuk menemukan berbagai cara guna menikmati tembakau memang luar biasa. Selain kretek, yang kini mendominasi produk tembakau Indonesia, masyarakat Indonesia sebelumnya juga sudah memiliki berbagai produk olahan daun tembakau. Mereka memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai inovasi, guna meningkatkan cita rasa dan khasiat daun tembakau. Tradisi menikmati daun tembakau di Indonesia semula memang diperkenalkan oleh orang-orang asing yang menjajah Indonesia. Mereka memperkenalkan tradisi tersebut kepada raja-raja dan kaum bangsawan. Orang Belanda menyebutnya dengan rokken dan orang Indonesia melafalkannya dengan rokok. Rokok adalah rajangan daun tembakau yang dilinting dengan kertas tipis lalu dibakar pada salah satu ujungnya dan dihisap pada ujung yang lain. Kegiatan merokok kemudian menjadi status simbol elite yang hanya dipunyai kalan...
Kisah ini terjadi ketika para raksasa dan para Dewa bekerja sama mengaduk lautan susu untuk mencari “Tirtha Amertha” atau Tirtha Kamandalu. Konon siapa saja yang meminum tirtha itu maka dia akan abadi (tidak bisa mati). Maka setelah tirtha itu didapatkan kemudian dibagi rata. Tugas membagi tirtha adalah Dewa Wisnu yang menyamar menjadi gadis cantik, lemah gemulai. Dalam kesepakatan diatur bahwa para Dewa duduk dibarisan depan sedangkan para Raksasa dibarisan belakang. Syahdan ada Raksasa bernama “Kala Rahu” yang menyusup dibarisan para Dewa, dengan cara merubah wujudnya menjadi Dewa. Namun penyamarannya ini segera diketahui oleh Dewa Candra atau Dewa Bulan. Maka ketika tiba giliran Raksasa Kala Rahu mendapatkan “Tirtha Keabadian”, disitulah Dewa Candra berteriak. “Dia itu bukan Dewa, dia adalah Raksasa Kala Rahu”. Namun sayang tirtha itu sudah terlanjur diminum. Maka tak ayal lagi Cakra Dewa Wisnu menebas leher Sang Kala Rahu. Maka...