Bahan-bahan 1 ekor ikan bandeng ukuran besar 5 buah Cabe keriting 2 buah cabe rawit 3 siung Bawang putih 1 cm Jahe Gula merah Garam Minyak goreng Langkah Bersihkan ikan, belah bagian badan ikan lalu perasi dengan jeruk nipis Ulek atau blender cabe keriting,rawit,bawang, jahe, gula merah,garam ...
Bahan-bahan 10 butir telor ayam kampung 250 ml air 2 sdm minyak goreng 1 sdm gula jawa (disisir) 2 lembar daun salam 4 lembar daun jeruk 2 batang serai 1 asam jawa 2 sdm garam 1 sachet bumbu penyedap 1 ruas kunir 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas 1 sdt terasi Bumbu halus:...
Bahan-bahan 4 ekor ikan selar (+/- 8ons) 2 bh jeruk nipis, peras airnya 3 cm kunyit, haluskan 15 bh cabe rawit 4 lbr daun jeruk secukupnya Garam sedikit Gula merah secukupnya Air 5 btr asam jawa larutkan dgn 4sdm air Minyak untuk menggoreng Bumbu halus : 10 siung bawang merah 4 siung bawah putih 2-3 cm jahe 15 bh cabe merah 8 bh cabe rawit secukupnya Garam Langkah 1. Cuci bersih ikan, kerat-kerat badan ikan agar nantinya bumbu meresap. 2. Lumuri dengan kunyit + perasan air jeruk nipis + garam. Biarkan 20menit. 3. Panaskan minyak, goreng ikan hingga matang kecoklatan. Angkat. 4. Tumis bumbu halus + daun jeruk + serai + air asam hingga harum. Tambahkan sedikit air. Aduk sebentar hingga mendidih. 5. Masukkan ikan yang sudah digoreng + cabe...
Ketika mendengar nama Lawar, mungkin sebagian dari anda langsung berpikir tentang resep masakan khas Bali yang dicampur darah. Padahal tidak semua Lawar mengandung darah contohnya resep yang saya posting ini. Sekilas sajian ini mirip Trancam dari Jawa. Serupa tapi tak sama ;-) Selain sayuran mentah, Lawar juga dilengkapi dengan daging ayam cincang yang disangrai (digoreng tanpa minyak ) serta bahan bumbu halus yang lebih komplit. Bumbu masakan khas Bali umumnya memiliki daftar panjang bumbu dapur ;-) Tapi untuk resep yang satu ini bumbunya termasuk simpel dan proses memasak juga singkat. Rasanya ???!! Hmmmm...kriuk-kriuk gurih, pedas dan lezat. Selamat mencoba. Cara Membuat: Sangrai daging ayam cincang hingga mengering, angkat dan sisihkan. Bumbu Kelapa: Jika anda memakai kelapa segar, kupas kulit ari kelapa, parut memanjang. Sisihkan. Jika anda memakai sediaan kelapa parut kering, tambahkan 50 ml santan kental dan...
Bahan-bahan ikan laut (bisa baronang, kakap, kembung, dsb) asama jawa garam 5 siung bawang merah 3 siung bawang putih 3 buah cabe merah 2 buah cabe rawit 3 buah kemiri terasi 1/2 buah tomat 75 ml santan gula Langkah 1. Lumuri ikan laut (bisa baronang, kakap, kembung, dsb) dengan air asam jawa dan garam – diamkan 15 menit 2. Bakar setengah matang (bisa di bakar menggunakan teflon) 3. Haluskan/blender bawang merah 5 siung, bawang putih 3 siung, cabe merah 3 bh, cabe rawit 2 bh, kemiri sangrai 3, terasi bakar secukupnya, tomat 1/2 bh 4. Tumis bumbu halus hingga harum 5. Masukkan santan 75ml, tambahkan garam dan sedikit gula secukupnya 6. Lumuri ikan dengan bumbu yang tadi telah dibuat, diamkan 10 menit 7. Bakar ikan hingga matang Sumber: https://cookpad.com/id/resep/5281957-ikan-ba...
Pohon Beringin yang bagi masyarakat Bali termasuk kayu larangan, bukan hanya memiliki peran vital dalam upacara Ngaben bagi masyarakat Bali tetapi juga sebagai obat. Beringin sejak dahulu telah dimanfaatkan sebagai obat, untuk mengobati berbagai macam penyakit dari sperma encer hingga kencing nanah. Demikian terungkap dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Fungsi dan Makna Simbolis Pohon Beringin dalam Kehidupan Masyarakat Bali” yang ditulis oleh Ni Luh Sutjiati Beratha, I Made Rajeg dan Ni Wayan Sukarini, serta dipublikasikan dalam Jurnal Kajian Bali Volume 08, Nomor 02 tahun 2018. Para peneliti dari Universitas Udayana tersebut menuliskan bahwa berdasarkan penelusuran berbagai lontar, salah satunya Usada Taru Pramana disebutkan pohon beringin memiliki khasiat obat. Dimana bagian-bagian dari pohon beringin memiliki kandungan tertentu. Bunga beringin mengandung zat yang sejuk, daunnya mengandung zat yang panas, akar hawanya mengandung zat yang sejuk, kulitnya mengan...
Kakawin Nitisastra dapat dipandang sebagai model pola asuh anak menurut perspektif budaya Bali. Dimana proses perlakuan anak dianggap sebagai kewajiban agama di samping kewajiban biologis. Demikian terungkap dalam artikel ilmiah berjudul “Citra dan Hak Anak Menurut Kakawin Nitisastra ” yang ditulis oleh I Nyoman Suarka, A.A. Gede Bawa dan Komang Paramartha. Artikel tersebut dipublikasikan dalam Jurnal Kajian Bali, Volume. 06, Nomor. 02, tahun 2016. Dalam artikel tersebut dituliskan bahwa Kakawin Nitisastra merupakan sebuah karya sastra Jawa Kuna yang diperkirakan dikarang pada abad ke-15 di Jawa. Teks Kakawin Nitisastra merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang menyimpan informasi dan pengetahuan tradisional tentang citra dan hak-hak anak. Hak anak yang dijelaskan dalam teks Kakawin Nitisastra meliputi hak anak untuk tumbuh dan berkembang, hak untuk mendap...
Sehari setelah Hari Saraswati, pada Minggu Paing Sinta umat Hindu melanjutkannya dengan malaksanakan prosesi Banyu Pinaruh . Secara filosofi Banyu Pinaruh bermakna menyucikan pikiran dengan menggunakan air ilmu pengetahuan. Demikian terungkap dalam sebuah artikel berjudul “Banyu Pinaweruh: Bersihnya Jiwa Dengan Air Pengetahuan” yang ditulis oleh Drs. I Wayan Astika, M.Si dan dipublikasikan dalam phdi.or.id . Banyu Pinaruh , berasal dari kata banyu (air) dan pinaruh atau pangewuruh (pengetahuan). Secara nyata, umat memang membersihkan badan, mandi, keramas di laut atau sumber-sumber air. Sebagaimana diuraikan dalam pustaka Bagavadgita sebagai berikut: ” Abhir gatrani sudyanti manah satyena sudayanti .” Artinya, badan dibersihkan dengan air sedangkan pikiran dibersihkan dengan ilmu pengetahuan. Disebutkan dalam artikel tersebut bahwa Banyu Pinaruh diibartkan sebagai air ilmu pengetahuan. Pada hari ini umat Hindu membersihkkan di...
Hari Saraswati atau disebut juga Piodalan Sang Hyang Aji Saraswati yang jatuh pada hari Saniscara (Sabtu) Umanis wuku Watugunung sering dikaitkan dengan adanya larangan untuk membaca dan menulis selama satu hari (24 jam). Larangan tersebut berkaitan dengan pelaksanaan Brata Saraswati .Demikian terungkap dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Motivasi Belajar dan “Beasiswa Dewi Saraswati di Tengah Perayaan Hari Saraswati” yang ditulis oleh Ketut Sumadi dari Fakultas Dharma Duta IHDN Denpasar dan dipublikasikan pada Jurnal Guna Widya, Volume 3, No.1, tahun 2011. Ketut Sumadi menuliskan sebelum pemujaan Saraswati dilaksanakan dan sebelum lewat tengah hari tidak boleh membaca atau menulis mantra dan kesusastraan. Bagi orang yang melaksanakan brata saraswati secara penuh dengan melakukan meditasi, yoga, samadhi , tidak diperkenankan membaca dan menulis selama 24 jam. Dalam mempelajari segala ilmu pengetahuan agar senantiasa dilandasai...