Pohon Beringin yang bagi masyarakat Bali termasuk kayu larangan, bukan hanya memiliki peran vital dalam upacara Ngaben bagi masyarakat Bali tetapi juga sebagai obat. Beringin sejak dahulu telah dimanfaatkan sebagai obat, untuk mengobati berbagai macam penyakit dari sperma encer hingga kencing nanah. Demikian terungkap dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Fungsi dan Makna Simbolis Pohon Beringin dalam Kehidupan Masyarakat Bali” yang ditulis oleh Ni Luh Sutjiati Beratha, I Made Rajeg dan Ni Wayan Sukarini, serta dipublikasikan dalam Jurnal Kajian Bali Volume 08, Nomor 02 tahun 2018.
Para peneliti dari Universitas Udayana tersebut menuliskan bahwa berdasarkan penelusuran berbagai lontar, salah satunya Usada Taru Pramana disebutkan pohon beringin memiliki khasiat obat. Dimana bagian-bagian dari pohon beringin memiliki kandungan tertentu. Bunga beringin mengandung zat yang sejuk, daunnya mengandung zat yang panas, akar hawanya mengandung zat yang sejuk, kulitnya mengandung zat yang panas, dan daun mudanya mengandung zat yang sedang-sedang.
Pustaka lontar Usada Taru Pramana menunjukkan bahwa pohon beringin dapat menyembuhkan sakit pamalinan (pantangan) dan seseorang yang menderita sakit kencing nanah. Untuk menyembuhkan orang yang terkena pamalinan (pantangan) beringin dicampur dengan mesui, sedangkan untuk mengobati orang yang sakit kencing bernanah, beringin dicampur dengan bawang dan adas.
Disebutkan dalam lontar Usada Cukil Daki, akar beringin yang lumrah disebut sulur atau bangsing dalam bahasa Bali dapat digunakan salah satunya untuk mengobati sperma encer. Sarananya pucuk daun beringin, akar kendal betuka, kelapa muda (kelongkang) yang baru ada sedikit dagingnya, tumbung kelapa panggang, ketan gajih buah demila yang telah tua, sari kuning telur, dipipis dengan batu Jawa, digambari penis, vagina. Terdapat juga sarana bangsing beringin, akar kenanga, air basuhan ketan gajih, asam, diminum setelah ditumbuk dan disaring.
Pohon beringin sering dikatakan sebagai tumbuhan sorga. Bijinya yang kecil dapat tumbuh menjadi tumbuhan besar yang memberikan kesejukan sekaligus peneduh bagi yang berteduh di bawahnya. Akarnya yang kuat melambangkan kekokohan yang tak tergoyahkan. Daun beringin secara filsafati bagi umat Hindu sebagai lambang kesucian, lambing agni, dan sebagai alas untuk kesucian, baik dalam upacara Dewa Yajnya, Pitra Yadnya, maupun pelaksanaan yajnya lainnya.
sumber: https://www.beritabali.com/read/2018/11/23/201811220012/Beringin-Sebagai-Obat-Sperma-Encer-Hingga-Kencing-Nanah.html
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja