Di kalangan masyarakat Jambi, jika seorang anak hendak melangsungkan pernikahan, terdapat beberapa ritual atau prosesi yang harus ia jalani. Ritual ini disebut dengan Berserambahan. Pada acara Berserambahan, calon mempelai pria dan wanita saling bertukar pantun, yang disebut juga dengan Sloka Mudo. Tahapan setelah Seloka Mudo adalah : Berusik Sirih, Bergurau Pinang Ritual ini adalah proses dimana kedua belah pihak (calon mempelai pria dan wanita) menjajaki perasaan mereka. Menilik lagi apakah mereka akan melanjutkan ke jenjang pernikahan atau tidak. Duduk Bertuik, Tegak Bertanyo Tahapan ini adalah tahap dimana pihak pria menggali tentang calon mempelai wanita. Terkait tentang silsilah keluarga, sopan santun, serta persetujuan dari orangtuanya. Ikat Buatan Janji Semayo Merupakan tahapan dimana keluarga dari kedua belah pihak membicarakan tanggal yang tepat untuk pertunangan. Ulur Antarserah Terimo Pusako...
Permainan umban tali dapat ditemui di beberapa kabupaten di provinsi Jambi. Seperti di Kabupaten Kerinci, Sarko, dan Bungo Tebo. Permainan ini biasanya dilakukan oleh anak laki-laki pada rentang usia 10 - 17 tahun. Arena bermainnya berupa lapangan yang agak luas. Sekurang-kurangnya pemain terdiri dari dua orang. Alat permainan umban tali terbuat dari kulit kayu atau benang. Bahan tersebut kemudian dijalin sedemikian rupa sehingga bagian tengah berbentuk daun. Pada bagian ujung terdapat bulu-bulu yang tidak dianyam. Pada salah satu ujung lainnya berbentuk seperti cincin yang berfungsi sebagai alat pemegang dengan jalan memasukkan telunjuk ke dalam lobang tersebut. Teknis bermainnya adalah dengan jalan memegang pangkal tali dan memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang cincin. Lubang cincin ini disebut dengan kelaci. Selanjutnya memegang ujung tali lainnya yang disebut ciltak . Dengan demikian kondisi umban tali berlipat dua. Pada bagian daun diletakkan batu ke...
'Jontu' merupakan istilah lokal di Jambi yang berarti jengkrik atau jangkrik. Dengan demikian permainan adu si jontu merupakan jenis permainan yang mengadukan jengkrik. Permainan ini dimainkan di beberapa daerah seperti Kabupaten Bungo Tebo, Batanghari, dan Sarko. Umumnya dimainkan oleh anak-anak maupun remaja laki-laki berumur 10 - 15 tahun. Permainan adu si jontu dilakukan untuk mengisi waktu luang dan pada saat-saat tertentu. Arena bermain biasanya berupa halaman rumah atau tempat yang agak luas. Alat permainannya terdiri dari si jontu itu sendiri dan tempatnya. Sebelum permainan dimulai, si jontu sudah dimasukkan ke dalam sebuah tempat berbentuk silinder. Tempat tersebut terbuat dari bambu atau kayu yang bagian atasnya diberi tutup. Permainan ini bisa dilakukan oleh dua orang atau lebih. Setiap peserta memulai dengan melepas masing-masing jontunya dalam jarak yang dekat. Kemudian terjadilah perseteruan di antara kedua si jontu. Penentuan pemenang dilihat dari jo...
Rumah Adat Rantau Panjang terletak di Kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi yang berada pada koordinat 01º51’04.86” LS dan 102º11’25.14” BT. Rumah Adat Rantau Panjang sampai saat ini masih ditempati oleh pemiliknya yang bernama Aminah sehingga termasuk living monument. Bangunan tersebut berdenah segi enam dengan ukuran 6,70 x 11,05 m dan menghadap ke utara. Bentuknya panggung yang ditopang oleh 24 buah tiang kayu. Dindingnya terbuat dari kayu, sedangkan atapnya dari seng. Atap rumah berbentuk pelana yang meruncing pada kedua ujungnya. Pada bagian ujung atap terdapat hiasan yang berupa ukiran terawangan dengan motif daun. Ruangan yang terdapat di dalam rumah ini antara lain beranda, ruang tamu, kamar untuk orang tua, kamar untuk anak yang telah berkeluarga, kamar untuk anak gadis, dan dapur. Untuk mengatur sirkulasi udara dan memperoleh cahaya maka dibuatlah jendela. Di atas kamar tidur orang tua dan anak ga...
Upacara Besale (penyembuhan) merupakan ritual masyarakat Anak Dalam yang bertujuan untuk menyembuhkan seseorang yang sakit akibat roh-roh jahat. Dalam adat istiadat masyarakat Suku Anak Dalam atau Anak Rimba terdapat banyak kegiatan upacara/ritual yang memiliki tujuan untuk menghormati arwah nenek moyang, mengharapkan keberkahan dan untuk menjauhkan malapetaka. Salah satu upacara adat masyarakat Anak Dalam adalah upacara Besale. Arti Besale bagi masyarakat Anak Dalam adalah membersihkan jiwa seseorang yang sedang sakit akibat roh-roh jahat yang bersemayam dalam diri seseorang tersebut. Menurut hasil penelitian Pusat Penelitian Sejarah Dan Budaya Departemen Pendidikan Kebudayaan Indonesia (1977.127), masyarakat Anak Dalam menganggap jika ada anggota keluarga atau kerabat yang sakit maka itu merupakan pertanda bahwa dewa telah menurunkan malapetaka. Agar dewa menjauhkan malapetaka tersebut, masyarakat Anak Dalam melakukan upacara Besale sebagai wujud memohon ampun. Hal la...
Upacara Besale (penyembuhan) merupakan ritual masyarakat Anak Dalam yang bertujuan untuk menyembuhkan seseorang yang sakit akibat roh-roh jahat. Dalam adat istiadat masyarakat Suku Anak Dalam atau Anak Rimba terdapat banyak kegiatan upacara/ritual yang memiliki tujuan untuk menghormati arwah nenek moyang, mengharapkan keberkahan dan untuk menjauhkan malapetaka. Salah satu upacara adat masyarakat Anak Dalam adalah upacara Besale. Arti Besale bagi masyarakat Anak Dalam adalah membersihkan jiwa seseorang yang sedang sakit akibat roh-roh jahat yang bersemayam dalam diri seseorang tersebut. Untuk perlengkapan prosesi upacara Besale yaitu lonceng terbuat dari kuningan yang memiliki suara nyaring, 2 buah mangkuk kecil untuk air jampi-jampim kain putih yang ujungnya bernama pera dicelupkan kepada air jampi-jampi serta diteteskan kepada mata orang yang sakit. Semua perlengkapan ini disimpan di atas anyaman rotan Upacara Besale diawali dengan Nyanyian oleh dukun suku anak d...
TAUH, adalah suatu tari yang menggambarkan tentang pergaulan/hubungan muda mudi (Bujang Gadis) pada zaman dahulu sampai sekarang yang diwariskan secara turun temurun. Sampai sekarang masyarakat tidak mengetahui secara pasti pencipta Tari Tauh yang telah mengakar ditengah-tengah masyarakat Rantau Pandan tempat dimana penelitian ini dilakukan. Pada saat sekarang, Tari Tauh sangat populer di Kabupaten Bungo sebagai tari tradisional vang. sangat disukai oleh masyarakat. Tari Tauh biasanya ditarikan ketika menyambut Rajo, Berelek Gedang, dan ketika Beselang Gedang (gotong royong menuai padi). Jumlah penari Tauh adalah 8 orang (4 wanita dan 4 laki-laki) dan termasuk jenis tari tradisi kerakyatan dengan lama pementasan tergantung kondisi sesuai panjang pantun dan kesanggupan penari dan tidak jarang dari senja hari sampai pagi hari. Adapun musik pengiring ialah Kelintang Kayu, Gong, Gendang dan Biol...
SEKATO, merupakan sebuah karya tari baru yang berangkat dari ragam gerak dasar tari daerah Jambi. Kehadiran tari Sekato ini merupakan suatu jalan dalam upaya untuk menambah perbendaharaan tari daerah Jambi. Tari ini adalah hasil dari kegiatan pengolahan tari yang dilaksanakan pada tahun 1992. Tari ini ditata oleh Sri Purnama Syam. Dalam penampilannya dibawakan oleh 8 penari yang terdiri dari 4 orang penari putra dan 4 orang penari putri. Tari ini menggunakan properti Kipas dan Payung dimana peggunaan Kipas dan Payung selain sebagai penghias juga mengandung arti untuk senjata dan perlindungan diri. Beberapa ragam gerak yang dominan dalam tari ini antara lain adalah gerak lenggang, langkah tigo, langkah tak jadi, buka ayun kipas. Tari ini telah dipentaskan di Taman Budaya Provinsi Jambi. Tari ini menggambarkan pasangan muda-mudi yang sedang memadu kasih, mereka bergembira bersama dan menari sebagai ungkapan dari rasa kebersamaan. Mus...
Besale adalah bentuk upacara yang dalam pelaksanaannya duduk bersama-sama memohon kepada Yang Kuasa agar diberikan kesehatan, ketentraman dan dihindarkan dari mara bahaya. Besale biasanya dilaksanakan pada malam hari, dipimpin oleh seorang tokoh yang dihormati dan memiliki kemampuan berkomunikasi dengan dunia ghaib/ arwah. Upacara dilengkapi dengan sesajian dengan bahan sesajian berupa kemenyan, bunga-bungaan sampai seratus macam, sama jenisnya dengan sesajian untuk acara perkawinan. Pada intinya upacara besale merupakan kegiatan sakral yang bertujuan untuk mengobati yang sakit atau untuk menolak bala. Pelengkap besale lainnya berupa bunyi-bunyian dan tarian yang mengiringi proses pengobatan dan tidak dibenarkan dilihat oleh orang luar/ orang terang/ orang kampung/ orang desa. Sumber : http://www.aman.or.id/wp-content/uploads/2014/05/Kesaksian-Tumenggung-Tarib_Orang-Rimba_pada-Sidang-Gugatan-UU-Kehutanan-ke-MK-1.pdf